Minggu, 18 Juli 2010

Jasad, Ruh, dan Fikri,,,,

Setiap manusia memang memiliki kelebihannya masing. Kepercayaan ini mengatakan bahwa tak kan ada manusia yang memiliki berbagai kelebihan. Maka lebih baik menanamkan satu fokus yang bisa dicapai oleh manusia secara maksimal. Inilah yang terjadi dengan pendidikan modern yang mengkotak-kotakkan spesialisasi manusia dan memberikan mereka ruang kreatifitas dalam sistem.

Tadinya pun aku berpendapat seperti itu. Tapi pemikiranku mulai berubah. Tepatnya saat kami para mahasiswa melakukan segala program hampir sendirian. Dari mengumpulkan bahan kompos, mengaduk, memberikan zat tambahan, sampai proses penutupan. Semuanya kami lakukan sendiri, yang seharusnya dilakukan oleh warga.

Tapi di situlah kekuatan sebenarnya berada. Aku tiba-tiba teringat tentang konsep tarbiyah jasadiyah, ruhiyah, dan fikriyah yang dikenalkan oleh Hasan Al-Banna. Konsep komprehensifitas dari pengembangan secara maksimal seluruh potensi manusia. Mungkin ini yang membedakan kualitas gebrakan yang dimiliki oleh Rasulullah dan para sahabatnya dengan kita saat ini.

Salah satu contoh, Ali, sahabat Rasulullah adalah sahabat yang dijuluki ‘gerbang ilmu’ Rasulullah. Dengan kepandaian seperti itu Ali juga seorang yang pandai berperang dan kuat dalam beribadah. Begitu juga dengan Umar Bin Khattab dengan seringai pedangnya tak melupakan kekuatan daya pikir dan kemegahan spiritualitas.

Mari kita bandingkan dengan orang-orang terbaik dunia saat ini. Apakah mereka memiliki kelebihan se-komprehensif para sahabat Rasul dahulu? Sepertinya tidak. Sistem pendidikan yang saat ini digulirkan memaksa cetakan manusia-manusia spesialis yang buta terhadap lingkungan sekitarnya.

Dalam proses perubahan, jelas manusia-manusia seperti ini tidak mampu diharapkan. Dalam kungkungan tirani, perubahan hanya akan tercipta dari dobrakan manusia-manusia mandiri yang berkualitas.

Kungkungan militer dan ekonomi Israel kepada Palestina hanya bisa dirubah dengan kemandirian dan kualitas pejuang-pejuang Palestina. Dengan kecerdasan mereka menata, merencanakan, dan memikirkan. Dengan kekuatan spiritualitas mereka bertahan dan tegar dalam menghadapi berbagai rintangan. Dan dengan kekuatan fisik mereka berperang serta melaksanakan rencana dan hasil pemikiran mereka.

Jika ada pertanyaan kapan Indonesia bisa maju? Mungkin dengan konsep ini aku bisa menjawabnya. Yaitu saat Indonesia berhasil mencetak generasi penerus yang masing-masingnya memiliki kekuatan jasad, ruh, dan fikriyah.

Sejujurnya kemarin aku kelelahan saat mengangkat bahan pembuatan kompos. Dan tambah kelelahan saat terjun dalam proses pembuatan kompos. Mahasiswa-mahasiswa dengan kecerdasannya akhirnya dipaksa berkontribusi dengan kekuatan fisiknya. Jika dengan dua potensi saja kami mahasiswa sudah kelelahan, bagaimana jika ditambah dengan pengembangan potensi spiritual? Dan jika dengan level seperti itu kami sudah sangat kelelahan, bagaimana dengan level para sahabat nabi?

Oh.... di situlah indahnya. Tarbiyah menyejarah. Jalan ini memang masih sangat panjang. Karena tujuan yang ingin kita capai akan jauh melampaui usia kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar