This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 19 Desember 2009

Menyoalkan Kembali Gerakan Mahasiswa

Tidak ada yang meragukan peran serta mahasiswa bagi perubahan negeri ini. Di tahun 1908, mahasiswa sebagai garda terdepan perubahan tercatat mendirikan organisasi pergerakan pertama, Boedi Oetomo, yang saat ini banyak dikenal sebagai tonggak awal kebangkitan bangsa Indonesia. Dan sejak tahun itu, mahasiswa terus-menerus melancarkan beragam aksi –aksi politis yang sangat berpengaruh dalam perjalanan bangsa ini. Kita bisa melihat bagaimana keberanian mereka ketika mengumandangkan sebuah sumpah yang dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Kita juga bisa melihat bagaimana kekuatan intelektual mereka melahirkan organisasi-organisasi mahasiswa sebagai pusat-pusat pengkaderan pemimpin masa depan Indonesia. Aksi-aksi monumentalpun tak ketinggalan menjadi goresan tinta emas bagi mereka. 1998 menjadi bukti kepahlawanan mahasiswa dalam melakukan perubahan negeri ini. Mereka yang tak mampu berbicara sebelum 1998 akhirnya terbebas dari cengkeraman tiran dan menjadi martir-martir baru penyumbang ide perubahan.

Namun sayangnya zaman telah berubah. Zaman baru dan era baru saat ini seolah tanpa ampun menggerus paradigma lama yang mengatakan bahwa politik merupakan panglima utama. Kita bisa melihat bagaimana negara-negara maju dengan berbagai cara, mati-matian membangkitkan potensi SDMnya dengan berbagai skill, teknologi, kemampuan berbahasa, matematika, biologi, dan kualitas lainnya. Anggaran negara hampir seluruhnya difokuskan untuk memelihara tunas-tunas bangsanya. Dan mirisnya, yang terjadi di Indonesia adalah sebaliknya. Ketika bangsa lain sibuk mengurusi peningkatan keahlian Ilmu pengetahuannya, bangsa ini masih saja berkutat dalam permasalahan sosial politik yang tiada henti.

Sialnya masalah ini terjadi bukan hanya pada tataran elit pemerintahan negeri ini, bahkan gerakan-gerakan intelektual mahasiswa seolah apatis dengan perubahan yang terjadi. Sampai sekarang gerakan mahasiswa umumnya masih saja terkotak dalam romantisme masa lampau yang memang gencar diwarnai oleh aksi-aksi politis. Ya! Gerakan mahasiswa masih saja terkotak melulu pada urusan sosial politik. Tidak masalah jika memang mahasiswa tersebut berasal dari ilmu-ilmu yang berkaitan, tapi akan bermasalah ketika ternyata mahasiswa tersebut tidak berasal dari ilmu yang berkaitan. Bayangkan saja seorang mahasiswa kedokteran ‘dipaksa’ untuk belajar masalah konflik antar partai ketimbang berbicara masalah kanker dan perkembangan tingkat kesehatan Indonesia. lebih parah lagi ketika seorang mahasiswa jurusan teknik kimia ‘dicekoki’ dengan ilmu-ilmu gerakan-gerakan sosial ala marxisme dibanding meneliti kemungkinan penggunaan bioenergi.

Di mana letak relevansi antara agitasi, propaganda, blow up isu dan sebagainya dengan teknologi, informatika, dan ilmu penyakit??? Jika sebelumnya dikatakan bahwa salah satu’master piece’ mahasiswa adalah organisasi-organisasi mahasiswa sebagai kawah candra dimuka kepemimpinan nasional, maka makna ini seharusnya terkandung dan terefleksi sampai saat ini. Saya tidak hendak mengatakan bahwa mahasiswa seharusnya anti politik, tetapi lebih menekankan bahwa fokus terhadap politik seharusnya dikurangi jika memang ingin bangsa ini berubah.

Nah, pertanyaannya adalah, apakah gerakan mahasiswa sampai saat ini masih relevan menggendong makna pencetak pemimpin masa depan bangsa?? Perlu diperhatikan bahwa zaman telah berubah. Dengan perubahan zaman yang terjadi niscaya syarat-syarat yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin perubahan bangsa ini pun juga pasti berubah.

Gerakan mahasiswa seharusnya memahami bahwa ending cerita yang ditulis pada zaman ini berbeda dengan ending cerita gerakan mahasiswa masa lampau. Jika gerakan mahasiswa tidak mampu memahami perbedaannya, maka tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa gerakan mahasiswa itu absurd, tak paham zaman, ga’ logis, dan semerawut. Umpatan-umpatan terhadap gerakan mahasiswa tidak akan selesai sampai di sini, bahkan akan lebih dari ini jika memang gerakan mahasiswa tidak berubah dari waktu ke waktu.

Musuh utama gerakan mahasiswa bukan lagi manusia berlencana dengan sebuah rifle, bukan lagi sepatu boot yang siap melayang ke dada dan muka, bukan lagi terik matahari dan kerasnya jalanan, bukan lagi kerajaan tiran yang membungkam ide dan kebebasan berpikir, sekali-kali bukan!! Musuh gerakan mahasiswa saat ini adalah budaya hedonisme, konsumerisme, apatisme, moralitas, ketidak-pekaan, dan kebodohan, itulah musuh utama gerakan mahasiswa sekarang. Bukan lagi angin ribut yang siap mengombang-ambingkan monyet dari atas pohon, tetapi justru angin sepoi-sepoi yang mampu menidurkan monyet dan terjatuh itulah sebenar-benar bahayanya.

Hal ini yang seharusnya menjadi bahan renungan bagi aktor-aktor gerakan sosial mahasiswa. Paradigma gerakan mahasiswa sudah saatnya bertransformasi, secara utuh dan mendasar. Gerakan mahasiswa sudah seharusnya tidak dipandang sebagai gerakan sosial komunis yang anti kemapanan dan cenderung sangat politis. Sudah saatnya gerakan mahasiswa segera mentransformasikan dirinya dalam bentuk yang baru, persis seperti ulat bulu yang mentransformasikan dirinya menjadi kupu-kupu. Perubahan yang benar-benar mendasar, bukan hanya seperti ulat bulu yang diberi lipstik dan baju, bukan hanya bungkus, tapi esensi.

Jika zaman memang sedang bergerak untuk menghargai ilmu pengetahuan dan tunas-tunas bangsa yang berprestasi, maka ke sanalah seharusnya gerakan mahasiswa menuju. Tidak ada yang menyangkal bahwa budaya-budaya seperti hedonisme, konsumerisme, apatisme, moralitas, ketidak-pekaan, dan kebodohan menjadi momok utama dalam membangkitkan ilmu pengetahuan dan prestasi generasi muda. Budaya-budaya tersebut akan seperti borok yang perlahan-lahan merusak mental dan pikiran generasi muda Indonesia.

Perlu diingat, bahwa budaya-budaya kontraproduktif yang telah disebutkan  sebagai musuh gerakan mahasiswa tersebut tidak hanya seperti aliran air, tetapi jauh lebih besar, seperti arus besar yang siap menenggelamkan sebuah kota sebesar Jakarta. Ditambah lagi arus besar budaya kontraproduktif tersebut bergerak secara linear, searah, dan sangat sistematis, sehingga menuntut solusi perubahan yang juga besar, linear, searah, dan sangat sistematis. Di sinilah gerakan mahasiswa berperan penting, mengomandoi individu-individu perubah, agar perubahan tersebut bisa terkoordinasi dengan baik melawan budaya yang juga terkoordinasi dengan baik.

Perubahan ini harus dilakukan secepatnya atau gerakan mahasiswa akan tersisa menjadi keping-keping fosil yang siap dimuseumkan. Atau bisa juga menjadi kenangan yang diceritakan turun-temurun dari generasi ke generasi, sebagai sebuah legenda yang sudah lama mati. Berubah atau tidak adalah pilihan, tapi yang pasti sembari menunggu pilihan berubah atau tidak, perubahan akan tetap berlanjut.

Sabtu, 28 November 2009

Harapan Seorang Muslim

UNTAIAN DO'A

Ya ALLAH,
berikan taqwa kepada jiwa-jiwa kami dan sucikan dia.
Engkaulah sebaik-baik yang,mensucikannya.
Engkau pencipta dan pelindungnya Ya ALLAH, perbaiki hubungan antar kami
Rukunkan antar hati kami
Tunjuki kami jalan keselamatan Selamatkan kami dari kegelapan kepada terang
Jadikan kumpulan kami jamaah orang muda yang menghormati orang tua
Dan jama'ah orang tua yang menyayangi orang muda

Jangan Engkau tanamkan di hati kami kesombongan dan kekasaran terhadap sesama hamba beriman
Bersihkan hati kami dari benih-benih perpecahan, pengkhianatan dan kedengkian Ya ALLAH,
wahai yang memudahkan segala yang sukar
Wahai yang menyambung segala yang patah
Wahai yang menemani semua yang tersendiri
Wahai pengaman segala yang takut
Wahai penguat segala yang lemah

Mudah bagimu memudahkan segala yang susah
Wahai yang tiada memerlukan penjelasan dan penafsiran
Hajat kami kepada-Mu amatlah banyak Engkau Maha Tahu dan melihatnya Ya ALLAH,
kami takut kepada-Mu
Selamatkan kami dari semua yang tak takut kepada-Mu
Jaga kami dengan Mata-Mu yang tiada tidur
Lindungi kami dengan perlindungan-Mu yang tak tertembus
Kasihi kami dengan kudrat kuasa-Mu atas kami
Jangan binasakan kami, karena Engkaulah harapan kami Musuh-musuh kami dan semua yang ingin mencelakai kami

Tak akan sampai kepada kami, langsung atau dengan perantara
Tiada kemampuan pada mereka untuk menyampaikan bencana kepada kami
"ALLAH sebaik baik pemelihara dan Ia paling kasih dari segala kasih"
Ya ALLAH, kami hamba-hamba-Mu, anak-anak hamba-Mu
Ubun-ubun kami dalam genggaman
Tangan-Mu Berlaku pasti atas kami
hukum-Mu Adil pasti atas kami

keputusan-Mu Ya ALLAH,
kami memohon kepada-Mu
Dengan semua nama yang jadi milik-Mu
Yang dengan nama itu Engkau namai diri-Mu
Atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu
Atau Engkau ajarkan kepada seorang hamba-Mu
Atau Engkau simpan dalam rahasia
Maha Tahu-Mu akan segala ghaib
Kami memohon-Mu agar Engkau menjadikan Al Qur'an yang agung
Sebagai musim bunga hati kami Cahaya hati kami
Pelipur sedih dan dukan kami
Pencerah mata kami

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Nuh dari taufan yang menenggelamkan dunia
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Ibrahim dari api kobaran yang marak menyala
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Musa dari kejahatan Fir'aun dan laut yang mengancam nyawa
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Isa dari Salib dan pembunuhan oleh kafir durjana
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Muhammad alaihimusshalatu wassalam dari kafir Quraisy durjana, Yahudi pendusta, munafik khianat, pasukan sekutu Ahzab angkara murka
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Yunus dari gelap lautan, malam dan perut ikan
Ya ALLAH, yang mendengar rintihan hamba lemah teraniaya Yang menyambut si pendosa apabila kembali dengan taubatnya Yang mengijabah hamba dalam bahaya dan melenyapkan prahara
Ya ALLAH, begitu pekat gelap keangkuhan, kerakusan dan dosa Begitu dahsyat badai kedzaliman dan kebencian menenggelamkan dunia Pengap kehidupan ini oleh kesombongan si durhaka yang membuat-Mu murka Sementara kami lemah dan hina, berdosa dan tak berdaya
Ya ALLAH, jangan kiranya Engkau cegahkan kami dari kebaikan yang ada pada-Mu karena kejahatan pada diri kami Ya ALLAH, ampunan-Mu lebih luas dari dosa-dosa kami Dan rahmah kasih sayang-Mu lebih kami harapkan daripada amal usaha kami sendiri
Ya ALLAH, jadikan kami kebanggaan hamba dan nabi-Mu Muhammad SAW di padang mahsyar nanti

Saat para rakyat kecewa denganpara pemimpin penipu yang memimpin dengan kejahilan dan hawa nafsu
Saat para pemimpin cuci tangan dan berlari dari tanggung jawab
Berikan kami pemimpin berhati lembut bagai Nabi yang menangis dalam sujud malamnya tak henti menyebut kami, ummati ummati, ummatku ummatku
Pemimpin bagai para khalifah yang rela mengorbankan semua kekayaan demi perjuangan yang rela berlapar-lapar agar rakyatnya sejahtera
Yang lebih takut bahaya maksiat daripada lenyapnya pangkat dan kekayaan

Ya ALLAH, dengan kasih sayang-Mu Engkau kirimkan kepada kami da'i penyeru iman
Kepada nenek moyang kami penyembah berhala
Dari jauh mereka datang karena cinta mereka kepada da'wah
Berikan kami kesempatan dan kekuatan, keikhlasan dan kesabaran
Untuk menyambung risalah suci dan mulia ini
Kepada generasi berikut kami
Jangan jadikan kami pengkhianat yang memutuskan mata rantai kesinambungan ini
Dengan sikap malas dan enggan berda'wah
Karena takut rugi dunia dan dibenci bangsa

DO'A RABITHAH

Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam mencintai-Mu, telah bertemu dalam mentaati-Mu, telah bersatu dalam menyeru-Mu, telah berpadu dalam membela syariat-Mu, kokohkanlah, ya Allah, ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya, Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tak pernah pudar, lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakkal kepada-Mu, hidupkanlah hati kami dengan ma'rifat-Mu, wafatkanlah kami dengan syahadah di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau-lah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik pembela. Ya Allah, amin.

diambil dari: (http://agung.ourfamily.com/untaian_doa.htm)

Kamis, 19 November 2009

Buku dan Tulisan dalam Gerakan Pembaharu Gerakan Perubahan

Begitu kuatnya pengaruh sebuah bacaan dalam proses perubahan, sampai-sampai ada sebuah pepatah yang mengatakan: “jika ingin merubah seseorang maka ubahlah terlebih dahulu buku-buku yang dia baca.” Pernyataan ini membawa kesan yang sangat dalam tentang arti penting buku dalam kehidupan manusia. Buku yang sering dilihat hanya berupa kumpulan kertas dengan tinta yang terurai di atasnya ternyata memiliki sisi lain yang luar biasa, yang ternyata sangat dahsyat dan berpengaruh dalam peradaban manusia.

Tidak akan ada satu pun yang menampik, bahwa perubahan sikap dan cara pandang manusia-manusia luar biasa di dunia ini tidak hanya dipengaruhi oleh pengalaman dan fakta yang sering tidak sesuai dengan idealita yang ada di pikirannya, tetapi juga seringkali dipengaruhi oleh buku-buku apa saja yang dia baca. Che Guevarra, seorang legendaris dari Cuba mulai berubah sejak dia merasakan kondisi yang tidak ideal di negaranya. Akibat dari hal itu, dia memutuskan untuk mulai mengelilingi Amerika Latin untuk mengetahui fakta tentang negaranya. Alhasil dia terkejut karena menemui banyak sekali fenomena-ketidak adilan di kawasan Amerika Latin. Kegelisahan pun muncul dalam diri anak muda dari Cuba tersebut, walaupun dia tidak tahu persis tentang apa masalah mendasar dari negaranya. Ketika pulang dari berkelana, dia mulai membaca berbagai macam buku yang sangat dekat dengan pemikiran kiri. Hasilnya, dia memiliki kesimpulan bahwa ketidak-adilan, kemiskinan, kesengsaraan bangsanya sebenarnya menyentuh aspek yang paling fundamental, yaitu permasalahan pada sistem hidup liberal yang dianut negaranya.

Kita bisa melihat bahwa kombinasi dari buku dan kesenjangan yang terjadi antara idealita dan realita bisa merubah seseorang begitu hebatnya, sampai-sampai perubahan itu tertanam tajam dalam alam bawah sadarnya dan membuat seorang Che berani untuk melakukan perubahan. Itu pula yang terjadi dengan banyak manusia hebat di dunia ini. Manusia-manusia seperti Hasan Al-Banna, Karl Marx, Adam Smith, Napoleon Bonaparte, Adolf Hitller dan sebagainya pasti memiliki sebuah buku pegangan yang mengubah cara pikir dan sikap hidupnya. Dan akhirnya, mereka pun menulis pemikiran mereka secara murni seperti orang-orang yang menginspirasi mereka dan membuat lebih banyak lagi orang-orang dengan pemikiran yang sama seperti mereka.

Buku-buku kuat yang bisa mempengaruhi  itulah yang kurang dimiliki bangsa ini. Pemikiran-pemikiran Che Guevarra, Hasan Al-Banna, Adam Smith, dan manusia-manusia itu memang sangat kuat, tetapi tidak akan cukup kuat dalam merubah aksi-aksi gerakan perubahan di Indonesia. Penyebab utamanya jelas adalah perbedaan kondisi dari sang ideolog dengan pembacanya yang akhirnya berdampak pada sebatas perubahan mindset tanpa aksi konkret yang aplikatif. Dampaknya adalah aksi-aksi dan gerakan perubahan pun terkungkung dalam batas pemikiran yang kuno dan tidak relevan diterapkan saat ini.

Itulah penyebab gerakan-gerakan perubahan di negeri ini masih saja mengarah kepada aksi-aksi frontal yang cenderung politis dan kurang populis. Era baru dan zaman baru telah datang di negeri ini. Kondisi represif yang terjadi sebelum 1998 sudah tidak lagi terjadi. Saat ini bangsa Indonesia bebas meluapkan pemikirannya dan tidak akan ada yang melarang untuk mengkritisi pandangan siapapun di negeri ini. Hal ini seharusnya dilihat sebagai faktor yang sangat menentukan jalan perubahan yang akan digunakan, sehingga aksi-aksi perubahan tidak lagi jumud, tidak relevan, dan akhirnya mandeg dalam kebingungan.

Gerakan perubahan saat ini memiliki peran yang cukup berbeda dengan gerakan perubahan sebelum 1998. Peran gerakan perubahan saat ini bukan lagi mengurusi masalah perebutan ‘kemerdekaan’, tetapi lebih berat dari itu, yaitu mengisi ‘kemerdekaan’. Jika gerakan-gerakan perubahan sebelum 1998 menggunakan sarana jalanan dan aksi-aksi politis untuk merubah ketidak-adilan, maka sudah saatnya sekarang aksi-aksi itu bergeser kepada aksi inspiring. Alasan utama dari keharusan pergeseran ini karena jelas tujuan jangka pendek yang ada sangat berbeda dengan aksi-aksi sebelum 1998. Jika sebelum 1998 aksi-aksi gerakan perubahan bertujuan untuk menggulingkan rezim dan mengangkat penghargaan terhadap pemikiran dan perbedaan, maka setelah 1998, aksi gerakan perubahan seharusnya mengarah kepada pendidikan besar-besaran terhadap jiwa dan akal bangsa Indonesia yang pasti akan sangat berhubungan dengan dunia penulisan.

Perubahan adalah sebuah kepastian. Masalahnya tinggal dimana keberadaan seseorang dalam perubahan tersebut, bisa sebagai penonton perubahan, bisa sebagai prajurit perubahan, atau bisa juga sebagai panglima perubahan. Era telah berganti, dan gerakan perubahan pun juga butuh sebuah pembaharuan. Gerakan penulisan dengan produk buku-buku yang cukup kuat memiliki peran yang jauh lebih besar saat ini karena akan berfungsi sebagai sarana-sarana pendidikan bagi bangsa Indonesia. Tulisan-tulisan yang kuat akan membentuk pemikiran dan kepribadian seseorang sehingga mendorong orang lain juga menuliskan pemikirannya. Akselerasi produk-produk penulisan tersebut bak bola salju yang menggelinding, makin lama makin besar, makin cepat, dan makin kuat dan akhirnya cukup mampu mendobrak dinding batu yang kokoh.

Upaya pembaharuan membutuhkan kesinergisan dan koordinasi yang baik. Jika tidak, maka keburukanlah yang akan menjadi pemenang dalam pentas kehidupan. Wadah seperti FLP bisa menjadi jalan baru bagi pembaharuan ini. Hal ini selaras dengan pepatah yang mengatakan, “Kebaikan yang tidak terkoordinir akan kalah oleh keburukan yang terkoordinir”. Perubahan peran ini bukanlah hal yang cukup mudah dan sepele dilakukan. Jumlah dua ratus juta rakyat Indonesia tidaklah sedikit. Ditambah lagi dengan gempuran berbagai media dengan budaya-budaya ala kebarat-baratan yang dibawanya. Jika melupakan pentingnya koordinasi, sinergisitas, dan persatuan, gerakan pembaharu ini akan kandas tanpa makna melawan gerakan keburukan yang jauh lebih terkoordinir.

Rabu, 11 November 2009

Demi Cinta

"Maaf.. ku telah menyakitimu Ku telah kecewakanmu Bahkan ku sia-siakan hidupku, dan kubawa kau s'perti diriku Walau hati ini t'rus menangis Menahan kesakitan ini Tapi ku lakukan semua demi cinta Akhirnya juga harus ku relakan kehilangan cinta sejatiku Segalanya t'lah ku berikan Juga semua kekuranganku Jika memang ini yang terbaik Untuk diriku dan dirinya Kan ku t'rima semua demi cinta

Jujur, aku tak kuasa, saat terakhir ku genggam tanganmu Namun yang pasti terjadi, kita mungkin tak bersama lagi Bila nanti esok hari Ku temukan dirimu bahagia Ijinkan aku titipkan kisah cinta kita selamanya"

Ini liriknya kerispatih....

hmphh.. luar biasa banget...

dalem banget...

Senin, 02 November 2009

Pemuda Sejati Pembangunan Sejati

Aset potensial terbesar dalam kehidupan ini ada pada diri seorang manusia. Kalimat ini mengawali jelajah panjang tulisan ini sebagai paradigma awal perjalanan imajinasi. Manusia yang mana, dalam keadaan seperti apa, dan selama apa, menjadi pertanyaan serius yang mungkin tidak semua orang bisa mengetahuinya. Banyak orang yang mengetahui bahwa manusia sebenarnya merupakan robot tercanggih, terindah, tercepat, terpintar, dan terbaik yang ada di bumi ini. Dia memiliki aspek yang sangat kompleks dengan emosi, pikiran, spiritualitas, semangat, karsa, dan rasa yang tidak mungkin terbandingi oleh robot manapun di bumi ini.

Manusia sendiri terbagi dalam tiga fase di kehidupannya, yang akhirnya juga menjadi batas, bagi perbedaan kelebihan yang satu dengan yang lainnya. Tuhan menciptakan manusia dari bayi yang tidak bisa apa-apa sendirian, lalu bayi kecil itu tumbuh menjadi sosok yang lebih dewasa, bersahabat, kuat, dan tegar. Seiring dengan berjalannya waktu, sosok tumbuh dari bayi tersebut tenryata makin berkurang kekuatannya. Sesosok itu makin berjalan membungkuk, lemah, tak bertenaga, bahkan seringkali hanya bisa tertidur di ataas ranjangnya. Tuhan memang menciptakan manusia dari lemah, lalu menjadi kuat, dan menjadi lemah kembali. Saat kuat itulah saat pemuda hidup, saat dimana manusia berada di pertengahan sepanjang kehidupannya.

Sejarah mencatat bahwa peran pemuda menjadi sangat sentral dalam peran perubahan. Tidak ada satupun revolusi, reformasi, transformasi dalam sejarah peradaban yang tidak digawangi oleh pemuda sebagai pionernya. Dari masa kenabian ala Nuh, Musa, Muhammad, sampai beberapa abad setelahnya yang memunculkan Napoleon, hitller, che, dan sebagainya selalu dipersembahkan oleh pemuda. Master piece dunia yang begitu indah dan menakjubkan selalu pasti tercetus dan terlontar dari sosok-sosok pemuda luar biasa. Pemuda itu seperti kertas tebal putih yang bersih dan indah. Siapapun bisa melukiskan warna di atas kertas putih itu. Dengan warna tersebut, kertas putih itu berubah menjadi kertas baru yang lebih matang, lebih bertenaga, dan lebih bermakna.

Kondisi Indonesia masih memprihatinkan. Kasus korupsi besar-besaran dengan mafia-mafia yang bekerja di dalamnya memperburuk keadaan bangsa yang sudah digerogoti berbagai penyakit moral, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Belum lagi ketika melihat di tengah keadaan saat ini, kepemimpinan masih saja ditalangi oleh orang-orang yang itu-itu saja. Roda besar kemajuan bangsa ini masih saja ditopang oleh mesin-mesin tua yang konservatif dan cenderung tidak idealis. Berpikir dengan pola pikir kuno yang tidak menuntut adanya perubahan.

Sudah saatnya Indonesia berubah. Perubahan sejati yang hanya bisa dilakukan oleh generasi penerus bangsa ini. perubahan yang seharusnya dipelopori oleh peran para remajanya, peran para pemudanya. Mirip dengan boedi utomo yang dengan kekuatan perubahan dan idelaismenya berhasil menjadikan dirinya sebagai pondasi perjuangan pergerakan Intelektual dalam kemerdekaan Indonesia.

Oleh pemudalah Indonesia seharusnya menyongsong masa depannya. Pembebasan yang dilakukan oleh pemuda akan lebih visioner dan berpikir jauh, bahkan melampaui batas usianya sendiri. Di saat para generasi tua masih berpikir bagaimana memper’kaya’ negeri ini dengan bangunan-bangunan fisik khas eropa, generasi muda akan hadir dan merubah paradigma tersebut. Generasi muda akan hadir dalam pembangunan yang sejati. Pembangunan yang tidak hanya terbatas pada pembangunan fisik ‘kosong’ ala Eropa, tetapi juga pembangunan sosial, ekonomi, politik, moral, agama ala Indonesia. Ketika negeri ini telah benar-benar bebas dan merdeka dari penjajahan asing, generasi muda akan tetap bekerja sampai negeri ini mencapai titik kebaikan tertingginya, yaitu implementasi sepenuh dan seutuhnya amanah konstitusi dan pembukaan UUD 1945. Di titik inilah peran pemuda dalam pembangunan yang seharusnya.

Jumat, 30 Oktober 2009

Wallahu maasshabirin.....

“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar”

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad[232] diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.”

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”

“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar”

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[99], sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

“Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.”

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar[1195]. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami."

Kamis, 29 Oktober 2009

Pergi jauh.....

Kuingin pergi jauh… terbang bebas...... melesapi ruang-ruang tak bernyawa dan memberikannya arti dari sebuah pengakuan….

Aku ingin berlari jauh mengejar kebahagiaan yang seolah terbendung dalam kesendirian dan kesedihan…..

Pahit ini terus menerus memberikanku pelajaran…

Takjubku pada diri-Nya yang memberiku pelajaran dengan sangat indah…. Memaksaku untuk mengerti bahwa keindahan memang tak selamanya menyenangkan…

Indah bisa berarti tangis…

Indah bisa berarti perpisahan…

Indah bisa berarti tawa…

Indah… bukan hanya kebersamaan… tetapi juga perpisahan…

Indah bisa berarti mengejar sekuat tenaga tanpa henti dan putus asa, sampai saatnya harus berhenti total dan menyerah pada ketentuan-Nya….

Hmphh….

Masih banyak manusia menangis dengan perut kosong di tengah keberlimpahan pangan dan tidur beralaskan tanah dan batu…..

Sementara di sini aku melihat seorang manusia nista menangis hanya karena harus melupakan separuh nafasnya…

Afwan yaa Rabb….

Begitu lemah diri ini…. hanya karena kehilangan separuh nafas ini….

Rabu, 02 September 2009

Multi Paradigma Krisis Lingkungan

Bumi ini makin lama makin tandus. Hamparan kehijauan yang seharusnya terlihat semarak di sepanjang kawasan khatulistiwa mulai memutih. Warna putih yang identik dengan dinding beton tersebut telah benar-benar mewarnai lebih dari 2/3 daratan yang ada di dunia ini. Tak beda dengan siang, saat malam pun hampir tak ada bagian gelap yang menjadi ciri khas kawasan tak berpenghuni di hampir seluruh bagian bumi ini. Semuanya terang benderang berkelap-kelip oleh lampu rumah atau pun bangunan tingkat tinggi.

Di dalam tanah yang biasanya tak terlihat entah sudah tinggal tersisa berapa kubik lagi persediaan air yang seharusnya mencukupi kebutuhan manusia di bumi ini. padahal pertumbuhan jumlah populasi manusia yang pesat mengisyaratkan kapasitas cadangan air yang banyak, dan itu tidak ditemui sekarang dengan jumlah bangunan-bangunan tingkat tinggi yang makin banyak. Di beberapa temat bahkan pencarian air dilakukan dengan jalan berkilo-kilo karena memang tempat mereka tinggal tidak memiliki air alias tandus.

Cuaca yang terjadi belakangan ini juga mulai memberontak dengan siklus yang tak menentu. Musim hujan bisa berbulan-bulan tidak diimbangi dengan musim kemaraunya yang hanya sedikit, begitu juga sebaliknya. Tumbuhan-tumbuhan yang biasa mengikuti siklus cuaca secara teratur mengalami penurunan kualitas kehidupan. Buah-buah yang dihasilkan olehnya pun mengalami penurunan kualitas secara drastis. Hewan-hewan yang memiliki habitat di daerah hutan-hutan, rawa, ataupun padang savana harus menerima akibatnya. Habitat mereka rusak akibat cuaca yang tak menentu ini. Akibatnya jelas adalah penurunan jumlah populasi hewan secara drastis.

Gejala-gejala seperti ini jika dibiarkan terus menerus akan menyebabkan hal yang luar biasa berbahaya. Semua kehidupan di bumi ini saling mempengaruhi satu sama lainnya, tak ada yang independen terpisah dari kehidupan makhluk lainnya. Contoh mudahnya adalah masalah rantai makanan yang pasti akan terganggu dengan rusaknya lingkungan di bumi ini. kerusakan rantai makanan yang dimulai dari makin tandusnya bumi, berefek kepada makin langkanya air, lalu berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan, kehidupan tumbuhan yang terganggu menyebabkan terganggu pula hewan-hewan pemakan tumbuhan, terganggunya hewan pemakan tumbuhan menyebabkan terganggunya kehidupan hewan-hewan jenis karnifora, dan ujung-ujungnya berpengaruh terhadap kehidupan manusia itu sendiri yang notabene mengkonsumsi tumbuhan dan hewan.

Banyak hal yang menyebabkan permasalahan ini muncul. Permasalahan ini bisa dikaji dari permasalahan ekonomi, sosial, budaya, politik, pendidikan, tata perkotaan, teknologi, dan lain sebagainya. Walaupun memang hal-hal yang telah disebutkan di atas bukan merupakan penyebab utama dari krisis lingkungan yang terjadi, tetapi keikutsertaan beberapa hal tersebut dalam pemikiran dan langkah mengatasi krisis lingkungan menjadi penting.

Kita tidak bisa memungkiri bahwa kerusakan lingkungan ini terjadi atas sebagian kontribusi dari ekonomi yang mengukur kesejahteraan negaranya dengan pertumbuhan ekonomi, padahal seringkali hal tersebut menjadi bumerang bagi diri sendiri. Ilmu ekonomi yang fatal, hal ini terkait mindset yang salah dalam menafsirkan masalah pertumbuhan ekonomi dan hubungannya dengan kesejahteraan. Dalam buku Paul Ormerod yang berjudul “Matinya Ilmu Ekonomi”, beliau menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak bisa membuktikan kesejahteraan masyarakat di sebuah negara, tetapi malah bisa menjadi bumerang, sebagai angka kehancuran bagi lingkungan negaranya.

Belum lagi ditambah permasalahan tata kota yang semerawutan. Di tempat yang seharusnya menjadi kantung-kantung cadangan air, tiba-tiba dibangun mall, apartment, gedung bertingkat, dan sebagainya yang pasti mengambil berliter-liter air cadangan tersebut. Lapangan golf yang makin banyak membabat hutan-hutan tempat produksi utama udara menambah kacau polusi yang ada di daerah kota tersebut. Di desa pun tak lepas dari permasalahan tata kota ini. Sawah-sawah hijau yang terhampar dan begitu anggunnya terlihat makin lama makin berkurang dan menyempit. Alhasil, akhirnya tempat-tempat tersebut tak ubahnya dengan kota.

Kesadaran masyarakat terkait krisis lingkungan memang seharusnya mulai menjadi perhatian serius. Hal ini penting karena manusia yang berkumpul menjadi masyarakat itulah yang menjadi tonggak perubahan. Banyak hal yang bisa dilakukan manusia untuk mengurangi atau mengatasi krisis lingkungan yang terjadi. Solusi-solusi bisa berasal dari penggunaan teknologi ramah lingkungan, perekonomian yang tidak hanya mengejar angka pertumbuhan ekonomi semata tetapi juga sektor riil dan lingkungan, tata kota yang lebih rapi dan terencana, dan sebagainya. Akan tetapi tetap saja semua itu harus dimulai dengan penanaman mindset yang benar terkait permasalahan krisis lingkungan yang terjadi.

Jumat, 14 Agustus 2009

Maha Besar Allah, atas Ujian dan Cobaan-Nya

“Benarkah Hawa tercipta dari bagian tulang Adam, sehingga Kau menetapkan dirinya untuk Adam….., jika benar, aku mohon jadikan aisyah berasal dari bagian diriku…. Dan tetapkan dirinya untukku yaa Allah…”

Sungguh Maha Besar Engkau .. Yaa Allah…. Engkaulah Tuhan Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Engkau berkuasa untuk membolak-balikkan hati anak manusia, dari benci menjadi cinta, dari cinta menjadi bosan, dari bosan menjadi rindu, dari rindu menjadi benci, dan begitu seterusnya. Engkaulah Yang Maha Berkuasa dalam merekayasa sesuatu hal sesuai keinginan-Mu, bahkan rekayasa yang tak pernah terbayangkan akan terjadi. Rekayasa yang sungguh halus, tak terasa, sangat elegan, dan sangat tak mungkin terpikirkan oleh manusia mana pun bisa Kau lakukan dengan sekejap saja. Seorang anak manusia yang menerimanya pun terkejut yaa Allah. Tak sadar dia ternyata sudah berada pada rekayasa-Mu, berada di dalam suatu kondisi yang tidak mungkin terpikirkan sebelumnya. Seorang yang awalnya tegar…. Mampu berpikir besar…. Bersikap layaknya seorang pemimpin yang sudah selesai dengan dirinya sendiri….. tiba-tiba berbalik….

Tiba-tiba saja dia seperti lumpuh, tak memiliki kekuatan. Otaknya yang terbiasa memikirkan negara, bangsa, agama, tiba-tiba berbalik, hilang. Tiba-tiba saja sel-sel otak itu memuncukan bentuk-bentuk kerinduan, cinta, kasih sayang, kecemburuan yang sebelumnya sangat tidak mungkin berada di dalamnya. Tiba-tiba mata yang terbiasa membaca buku berhalaman-halaman dan rela terbuka sampai larut hanya untuk menyerap ilmu pengetahuan pun basah Yaa Allah, basah dengan air mata, air mata cinta, kerinduan, kecemburuan. Kelopak mata itu sekarang hanya menjadi waduk, bagi air mata yang tiba-tiba saja bisa jatuh. Tangan dengan jari-jarinya yang sangat biasa menari di atas tuts-tuts keyboard laptop pun telah jarang melakukan kebiasaannya. Tangan dan jari-jari ini tiba-tiba saja hanya menjadi sapu tangan, alat penyeka air mata bagi pipinya yang basah. Tangan ini juga menjadi sangat pasif, seolah tanpa semangat, sehingga hanya terbiasa menengadah untuk memohon keajaiban-Mu atas ujian cinta dan kecemburuan yang kau berikan. Bibir yang sering kali mengatakan wacana-wacana baru tentang ekonomi politik ini pun bisu, setiap saat yang terlontar darinya hanyalah kata-kata cinta, cemburu, rindu. Tubuh ini pun menjadi sangat lemah, mudah sekali sakit…..…lemah sekali…….

Masihkah akan Kau berikan ujian ini pada anak manusia itu Yaa Allah? Sungguh hati anak manusia itu telah lelah Yaa Allah. Setiap kali Kau angkat dia dan Kau bahagiakan dia dari kepedihannya, Kau jatuhkan lagi dia. Kau angkat kembali dia, lalu Kau jatuhkan kembali dia. Begitu seterusnya. Kau berikan dia tangisan yang keras, lalu Kau berikan dia senyuman, lalu Kau berikan lagi tangisan yang lebih keras dari sebelumnya. Kau tenangkan dia dengan hiburan-hiburan, lalu Kau berikan lagi kegelisahan dengan kecemburuan itu padanya. Begitu seterusnya. Kau buat dia menjadi sosok yang tak berharga, kehilangan hatinya, tergantung, tertusuk dari belakang dan bahkan tak punya kuasa untuk mampu melakukan apa-apa menghadapi kondisi seperti ini.

Yaa Allah….. ampuni aku dan segala kesalahanku. Ampuni segala kekuranganku untuk menepati semua janji yang telah aku ucapkan. Ampuni atas kebelum-mampuanku membimbing, menjaga, mengasihi, menyayangi, hamba-Mu yang indah, yang Kau titipkan padaku. Aku mengakuinya Yaa Allah, aku telah menyakitinya dan tidak mempedulikannya. Aku telah membiarkannya sendiri dengan mengerjakan amanah-amanah dan target-target pribadiku.

Tapi aku telah mengakuinya Yaa Allah, aku mengakuinya dan berjanji dengan hatiku sendiri untuk memperbaikinya, memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah aku perbuat sebelumnya kepadanya. Aku yakin Kau jauh lebih mengerti bagaimana sakit yang aku rasakan dibanding diriku sendiri, aku mohon Yaa Allah…. Sampai kapan Kau berikan aku cobaan ini Yaa Allah… Kau jauh lebih mengerti titik kelemahanku…. Kecemburuan adalah salah satu titik kelemahanku…. Dan Kau buatkan cobaan dengan titik itu…. Allahu akbar…. Maha Besar diri-Mu Yaa Allah…..

Semoga Kau mendengar curahan hatiku ini Yaa Allah… karena Kau telah mengetahui apa yang akan aku tulis ini, jauh sebelum tulisanku ini terbentuk. Kau Yang Maha Mengetahui apa yang telah terjadi padaku dan akan terjadi padaku, jauh lebih tahu dibandingku. Kau Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, jauh melebihi daripada kasih dan sayang yang aku berikan padanya selama ini.

Yaa Allah jangan marah atas tulisan yang aku buat ini. Aku hanya bingung, apalagi yang bisa aku lakukan selain menyerahkan semua urusan pada-Mu lewat doa, tulisan, dan kata-kata. Kau tinggikan derajat orang-orang yang Kau kehendaki, dan Kau rendahkan derajat orang-orang yang Kau Kehendaki.

Afwan Yaa Allah… hati ini telah mengerti dan sadar akan kesalahan yang telah diperbuat….

Apakah Kau berkenan mengakhiri ujian yang kau berikan ini Yaa Allah…..

Selasa, 28 Juli 2009

Ekonomi Kreatif ala Ekonomi Rakyat Kecil

Potensi Ekonomi Kreatif Indonesia

Pencanangan tahun 2009 sebagai tahun ekonomi kreatif bagi bangsa Indonesia bukanlah sebuah candaan belaka. Hal ini ditegaskan oleh presiden dalam pembukaan Jakarta International Handicraft Trade Fair ke-11, pameran Inacraft 2009, di Jakarta Convention Center, Rabu (22/4) pagi. Di kesempatan tersebut presiden memberikan dukungannya terhadap perkembangan ekonomi kreatif atau pun industri kreatif di Indonesia. Sebelumnya visi ekonomi kreatif 2025 pun telah tercanang dengan sangat tegas. Langkah-langkah konkret juga telah dijalankan dalam bentuk “Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015” serta “Rencana Pengembangan 14 Subsektor Industri Kreatif 2009-2015”. Berbagai kalangan optimis dengan langkah pemerintah tersebut. Diharapkan dengan ini, ekonomi Indonesia bisa tumbuh secara mandiri dengan kemampuan potensi lokal yang luar biasa.

Harapan berbagai masyarakat terhadap ekonomi kreatif ini sangatlah rasional. Indonesia memiliki berbagai macam potensi yang bisa menjamin pertumbuhan signifikan dari ekonomi kreatif. Contohnya adalah etnis yang begitu banyak dan sangat beragam. Data dari situs wikipedia menyebutkan bahwa etnis yang terdapat di Indonesia berjumlah sekitar 300 etnis dan tersebar di berbagai pulau di Indonesia[1]. Dengan keragaman etnis tersebut, Indonesia memiliki bahasa, budaya dan adat berbeda yang terdapat di masing-masing etnis. Di tengah-tengah keberagaman dan toleransi inilah ide dan gagasan akan tumbuh subur sehingga masa depan industri kreatif yang notabene berlandaskan pada ide dan gagasan menjadi cerah.

Indonesia juga memiliki potensi sektor pariwisata yang sangat besar. Dari pulaunya saja Indonesia memiliki sekitar tujuh belas ribu pulau. Jika asumsinya satu pulau memiliki masing-masing satu tempat pariwisata potensial, maka seharusnya Indonesia bisa mengembangkan industri pariwisatanya menjadi industri pariwisata terbesar di dunia dengan tujuh belas ribu daerah wisata. Hal ini belum ditambahkan dengan kenyataan bahwa tiap pulau tidak hanya mempunyai satu tempat wisata, tetapi lebih dari satu. Dengan keadaan seperti ini Indonesia memiliki kesempatan besar untuk mengembangkan industri kreatif berbasis pariwisata.

Tidak cukup dengan data-data tersebut, Indonesia juga memiliki jumlah penduduk yang luar biasa besar. Data wikipedia menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 238.452.952 jiwa penduduk.[2] Jumlah sebesar ini adalah pangsa pasar yang luar biasa bagi Indonesia mengembangkan industri di bidang kreatif. Dalam kondisi seperti saat ini, yaitu kondisi masa depan ekonomi global mulai terancam, jumlah penduduk sebesar ini menjadi jalan keluar yang jitu bagi pasar domestik dalam menghadapi permasalahan ekonomi global yang mulai dipenuhi ketidak-pastian.

Tak kalah dari potensi dalam negeri, potensi luar negeri pun juga sangat mendukung perkembangan industri kreatif di dunia internasional. Hal ini juga disampaikan presiden dalam situsnya. Beliau menyebutkan bahwa ekonomi global sedang melangkah ke arah ekonomi gelombang keempat. [3] Ekonomi gelombang keempat adalah ekonomi yang tidak lagi berlandaskan pertanian, industri, atau informasi tetapi lebih kepada basis ilmu pengetahuan atau lebih populer disebut knowledge-based economy. Di Indonesia kata-kata ini kemudian diterjemahkan menjadi ekonomi kreatif.

Potensi-potensi dalam dan luar negeri negeri tersebutlah yang akhirnya menjadi landasan bagi pemerintah untuk meningkatkan peran ekonomi kreatif dalam pertumbuhan ekonomi negeri. Pemerintah melihat peluang yang cukup besar di bidang industri kreatif Indonesia. Peluang tersebut juga dibuktikan dengan data-data tentang ekonomi kreatif di Indonesia yang menunjukkan pencapaian luar biasa. Data menyebutkan bahwa 1,5 juta usaha kecil dan menengah kreatif Indonesia menyerap 4,5 juta tenaga kerja dan menyumbang 7.8 persen terhadap PDB.[4] Hasil yang cukup mencengangkan dari sebuah industri kreatif. Apalagi jika mengingat sektor ini menghasilkan angka sebaik itu ketika sektor ini masih belum terlalu banyak didorong pertumbuhannya oleh pemerintah.

Mengenal Ekonomi Kreatif

Sebelum melangkah lebih jauh, perlu rasanya untuk mengenal secara mendalam ekonomi kreatif ini. Ekonomi kreatif memang bisa saja dipandang dengan simpel dan sederhana. Akan tetapi pengenalan lebih jauh terhadap ekonomi kreatif ini diperlukan sebagai landasan awal pemikiran sebelum membahasnya lebih lanjut. Pengenalan ekonomi kreatif ini mencakup definisi dan sarana yang diperlukan untuk menumbuh-kembangkannya.

Definisi ekonomi kreatif sudah cukup banyak terdapat di beberapa buku dan situs-situs yang mengulasnya. Aviliani, Ekonom Institute for Development Economy and Finance, berpendapat bahwa:

“Ekonomi kreatif merupakan proses peningkatan nilai tambah hasil dari eksploitasi kekayaan intelektual berupa kreativitas, keahlian, dan bakat individu menjadi suatu produk yang dapat dijual, di antaranya desain grafis, pembuatan baju kaos dengan desain yang terbatas, termasuk seni kerajinan tangan yang disesain khusus seperti: wayang batik dan boneka wayang yang dibuat dari kayu.” [5].

Dalam definisi ini Aviliani menekankan ekonomi kreatif merupakan proses penambahan nilai dari buah pemikiran intelektual. Buah pemikiran tersebut kemudian menjadi produk-produk ekonomi kreatif yang mayoritas berupa barang-barang kesenian.

Dalam pandangan yang hampir mirip, pemerintah (definisi UK Department of Culture, Media and Sport, 1999) mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai:

“Industri-industri yang mengandalkan kreatifitas individu, keterampilan serta talenta yang memiliki kemampuan meningkatkan taraf hidup dan penciptaan tenaga kerja melalui penciptaan (gagasan) dan eksploitasi HKI.”.[6]

Walaupun sekilas mirip, definisi kedua ini lebih melihat ekonomi kreatif sebagai kumpulan industri yang bergerak di bidang kreativitas. Industri-industri tersebut menyatu, saling bersinergi dan memberikan manfaat berupa pertumbuhan ekonomi.

Sumber lain lagi mendefinisikan ekonomi kreatif dalam kata-kata yang berbeda, John Howkins, dalam bukunya: "Creative Economy, How People Make Money from Ideas" menyebutkan:

“Ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana input dan outputnya adalah gagasan.”[7]

Pengertian ketiga ini merupakan definisi yang paling komprehensif dibanding dengan kedua definisi di atas. Dengan definisi ini, kegiatan ekonomi yang dicakup akan lebih luas. Definisi di atas memberikan ruang untuk semua kegiatan ekonomi yang input dan outputnya berupa gagasan diklasifikasikan dalam ekonomi kreatif.

Definisi-definisi di atas walaupun berbeda sebenarnya tetap memiliki arah dan tujuan yang satu. Ekonomi kreatif dari definisi-definisi di atas bisa disimpulkan sebagai sebuah perekonomian yang hidup karena kreativitas. Bakat, talenta, gagasan, ide, nilai tambah, dan sebagainya merupakan wujud nyata dari kreativitas tersebut. Ketiga definisi tersebut juga sama-sama menyatakan walaupun secara implisit, bahwa kekayaan intelektual merupakan sumber utama dari ekonomi kreatif. Hanya saja selanjutnya definisi ketiga akan lebih banyak digunakan karena dinilai merupakan definisi yang paling komprehensif.

Peran generasi muda dalam ekonomi kreatif

Oleh karena kreativitas merupakan modal dasar dari ekonomi ataupun industri kreatif, maka peran generasi muda jelas sangat dominan. Peran ini tidak bisa terbantahkan karena sampai sekarang generasi muda terbukti yang paling banyak berkecimpung di industri kreatif, mulai dari industri musik, kerajinan, film, design, dan masih banyak lagi yang lainnya. Seolah tanpa batas, ide-ide brilian selalu tercetus dari otak-otak para generasi muda.

Hal ini disebabkan oleh kondisi generasi muda yang sedang berada dalam masa-masa puncak kebebasan berpikir. Mereka para anak-anak muda itu bisa berjam-jam mengobrol bebas atau pun diskusi di kafe, warung, mall, game center, kelas-kelas kuliah, ruang organisasi, dan sebagainya. Gaya hidup mereka pun cenderung tidak biasa-biasa saja, selalu ada yang inovatif dari kehidupan generasi muda. Perbedaan cukup telak pun bisa terlihat secara kasat mata antara generasi tua dengan generasi muda. Kita ambil contoh baju yang dipakai oleh generasi muda. Jika dibandingkan dengan generasi tua, baju-baju mereka anak-anak muda itu sangat unik, kreatif, berbeda, bahkan bisa dibilang hampir ‘nyeleneh’. Sangat berbeda dibandingkan baju para orang tua yang cenderung simpel dan ‘normal’.

Beberapa kota di Indonesia membuktikan peran generasi muda ini dalam industri kreatif. Bandung contohnya, yang dengan pluralitas dan anak muda yang mendominasinya menjadi bukti salah satu kemegahan industri kreatif di Indonesia. Pertumbuhan produk-produk industri kreatif di Bandung memang luar biasa. Bahkan hal ini juga telah diamini oleh Hatta Rajasa dalam situs pemerintah.[8] Mengambil salah satu contoh industri di bidang clothing di bandung saja cukup membuat mulut ini berdecak kagum. Bagaimana tidak, jumlah distro di Indonesia saat ini sekitar 750 buah dengan 300 buah terdapat di Bandung.[9] Padahal sekitar 10 tahun yang lalu hanya berjumlah enam unit usaha. Hal ini praktis membuat konsumen-konsumen luar negeri tertarik dengan produk-produk industri kreatif Bandung. Implikasinya jelas akan memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi bangsa.

Tak kalah dari Bandung, Bali sebagai kota pariwisata dunia juga memiliki potensi untuk berperan luar biasa dalam industri kreatif Indonesia. SBY sendiri yang memberikan dukungannya dalam sebuah acara pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-31 di panggung terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Denpasar, Bali, Sabtu (13/6) malam. “Saya menaruh harapan sangat tinggi agar Bali terus menjadi motor dan pusat pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif, termasuk budaya Bali yang sudah dikenal memiliki keunggulan luar biasa”, kata SBY.[10] Warisan kebudayaan yang dimiliki Bali memang sangat beragam dan luar biasa. Bali memiliki tarian tradisional, tempat wisata budaya ataupun wisata alam, baju tradisional, kesenian lukis, dan berbagai macam kebudayaan dan kesenian  yang sangat terkenal di mata turis asing. Dengan segenap potensi budaya yang dimilikinya tersebut, pantas kiranya jika Bali memang diharapkan bisa menjadi salah satu garda terdepan dalam urusan ekonomi kreatif Indonesia.

Kedua gambaran penopang industri kreatif di atas nyatanya belum termasuk beberapa kota yang juga memiliki potensi yang sama. Kota-kota seperti Yogyakarta, Surabaya, Semarang, Pontianak, Banjarmasin,  Makasar, Padang, Riau, dan lain-lain juga memiliki potensi yang luar biasa. Segudang pemikiran, ide, budaya, warisan tempat wisata, bahasa, dan etnis menjadi sebuah ‘jaminan’ pertumbuhan industri kreatif yang tinggi. Hal ini ditambah dengan populasi anak muda yang cukup banyak di daerah-daerah tersebut, sehingga menjadikan prospek ekonomi kreatif benar-benar baik.

Kegelisahan dalam ekonomi kreatif

Jika dilihat dalam beberapa paragraf di atas ekonomi kreatif memang cukup potensial untuk mengangkat perekonomian negeri. Syarat-syarat yang menjadi basis berkembangnya ekonomi kreatif sudah dimiliki oleh bangsa ini. Pemerintah pun secara tegas menyatakan dukungannya kepada ekonomi kreatif. Di beberapa kota isu ekonomi kreatif juga menjadi perbincangan santer dan telah konkret menghasilkan produk-produk berkualitas yang bahkan telah sampai ke pasar international.

Namun terdapat kegelisahan dalam melihat opini publik yang berkembang tentang ekonomi kreatif. Kegelisahan ini utamanya muncul dari kepentingan-kepentingan rakyat miskin. Ekonomi kreatif memang secara luar biasa memberikan peranan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ekspor dari industri ini pun telah membantu negeri ini memasarkan produk-produk asli kebudayaannya kepada masyarakat internasional. Akan tetapi permasalahannya lebih jauh dari itu, memang benar ekonomi kreatif memberikan sumbangan besar untuk pertumbuhan ekonomi, namun harus diteliti lebih jauh juga tentang sumbangan yang diberikan ekonomi kreatif dalam pemerataan kesejahteraan.

Membawa permasalahan kemiskinan dalam ekonomi kreatif merupakan hal yang tepat. Lima sila dalam pancasila sendiri sebenarnya sudah menerangkan secara implisit tentang pentingnya kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.[11] Pancasila sendiri yang memberikan pemahaman pada bangsa Indonesia, bahwa seharusnya kesejahteraan tidak dimiliki oleh sebagian kecil anggota masyarakat. Ekonom Indonesia seharusnya menyadari dan mengakuinya, bahwa permasalahan kemiskinan adalah fokus permasalahan utama yang harus dipecahkan.

Walaupun presiden pernah mengatakan bahwa ekonomi kreatif ini diharapkan bisa mengurangi kemiskinan dan pengangguran,[12] namun beliau mengatakannya berdasarkan PDB. Ukuran PDB memang sudah merupakan acuan lazim bagi ukuran kesejahteraan ekonomi suatu negara, tetapi kemakmuran yang ditunjukkan oleh angka PDB tidak melulu refleksi kesejahteraan riil dari suatu negeri. Dalam jangka panjang masyarakat memang menjadi lebih makmur, tetapi tidak secepat yang diisyaratkan oleh PDB.[13] Apalagi angka yang ditunjukkan oleh perhitungan ini tidak menjelaskan perubahan kesejahteraan rakyat miskin. Angka PDB bisa tinggi tetapi hal tersebut tidaklah langsung berpengaruh kepada rakyat-rakyat miskin di negeri ini. Rakyat miskin bisa tidak mendapatkan hasil signifikan dari ketinggian angka PDB.

Permasalahan lainnya ada pada konteks SDM yang memadai kualitasnya. Ekonomi kreatif bersumber pada eksploitasi HAKI seorang manusia. Hal ini menuntut ketinggian kapasitas intelektual dari SDM yang terjun di bidang ekonomi kreatif. Jika kapasitas intelektual tidak mencukupi maka hasil dari produk industri kreatif ini pun tak akan bisa baik. Kapasitas intelektual inilah yang menjadi bahan perdebatan. Rakyat miskin Indonesia ini disinyalir tidak memiliki kapasitas intelektual seperti itu karena memang pendidikannya rendah. Bagaimana mungkin mereka para miskin tersebut bisa memiliki kapasitas intelektual yang tinggi sementara harga yang harus dibayarkan untuk sekolah saja luar biasa mahal, bahkan cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Dalam ekonomi kreatif input dan outputnya adalah gagasan. Oleh karena itu orang yang paling memiliki gagasan seharusnya merupakan orang yang bisa menikmati hasil paling besar dari keuntungan penjualan produk industri kreatif tersebut. Padahal kenyataannya tidak seperti itu adanya. Fakta-fakta menunjukkan bahwa pemilik gagasan sering kali kalah untung dibanding dengan orang yang hanya memiliki modal dan mau memberikan modalnya untuk penjualan produknya.

Contoh industri kreatif gabah di Jogja cukup menguatkan hal ini. Secara kasat mata sangat terlihat bagaimana kesenjangan sosial terjadi dari pekerja yang membuat gabah itu dari tanah liat hanya sampai gabah tanpa warna, dengan pekerja yang mewarnai gabah tersebut, berbeda juga dengan pekerja yang hanya menjualnya di toko, dan apalagi pasti sangat berbeda dengan pemilik toko penjualan gabah padahal pemilik tersebut bukan seorang pengrajin gabah / yang memiliki gagasan seni tentang gabah. Secara kasat mata industri gabah di yogya ini menjadi sampel dari keseluruhan industri kreatif di Indonesia, yang menunjukkan bahwa ternyata di industri kreatif yang diharapkan bisa memberikan sokongan ekonomi bangsa pun rakyat miskin tetaplah miskin. Masih banyak beberapa industri kreatif memiliki kasus serupa di beberapa tempat.

Ekonomi kreatif seharusnya menjadi jawaban dan jalan keluar bagi rakyat miskin untuk terbebas dari belenggu rantai kemiskinan. Gagasan merupakan modal utama dalam industri kreatif, sedangkan gagasan secara tidak langsung juga telah dimiliki manusia dan merupakan sesuatu yang natural dimiliki oleh manusia. Berbeda dengan faktor produksi lain yang membutuhkan biaya cukup besar dan cenderung hanya dimiliki orang-orang yang mampu, gagasan bisa secara natural dimiliki oleh rakyat miskin. Hal ini menyebabkan timbul sebuah harapan bahwa sebenarnya bisa menjadi senjata ekonomi dari rakyat miskin untuk memutus rantai kemiskinan mereka sendiri.

Sarana yang dibutuhkan

Oleh karena itu penting rasanya memperhatikan sarana-sarana sebagai langkah pengembangan ekonomi kreatif untuk Indonesia pada umumnya dalam penanggulangan kemiskinan khususnya. Ekonomi kreatif sebagai ekonomi yang seharusnya ditumbuhkembangkan membutuhkan sebuah jalan untuk mencapai tujuannya memajukan kehidupan perekonomian Indonesia. Sarana-sarana yang dibutuhkan untuk mengembangkan ekonomi kreatif berikut merupakan solusi dari permasalahan ekonomi kreatif yang ada. Hal ini didasarkan dengan maksud agar sarana-sarana tersebut memang benar-benar efektif menyelesaikan permasalahan yang ada.[14] Pada bagian awal akan membahas sarana dalam mengembangkan ekonomi kreatif, lalu setelahnya lebih memfokuskan perhatian kepada sarana yang dibutuhkan agar rakyat miskin bisa lebih berpartisipasi di ekonomi kreatif.

Sarana pertama yang harus ada agar ekonomi kreatif berkembang di negeri ini adalah sarana sumber daya manusia dari industri kreatif tersebut. Industri kreatif modal dasarnya berupa gagasan. Hal ini menjadikan syarat dari kapasitas kekayaan intelektual seseorang menjadi niscaya. Konkretnya, pendidikan di indonesia sudah seharusnya mulai memperkenalkan ekonomi kreatif pada anak-anak bangsa ini.

Sarana kedua adalah teknologi. Industri kreatif yang banyak berurusan dengan bidang seni dan estetika manusia membutuhkan peranan teknologi secara besar. Di negara-negara maju contohnya, pembuatan kartun, komik, film animasi, musik, dan lainnya banyak sekali menggunakan software-software dan hardware-hardware berkualitas tinggi. Hal ini sangat berbeda di negeri Indonesia, dimana teknologi yang digunakan untuk membuat sebuah produk industri kreatif lebih mengandalkan tenaga manusia.

Sarana ketiga adalah penciptaan iklim kondusif untuk pengembangan ekonomi kreatif. Penciptaan iklim kondusif seperti menegakkan HAKI di Indonesia, menciptakan iklim toleransi yang tepat, memberikan proteksi yang cukup agar industri dalam negeri tidak langsung kandas melawan industri-industri luar negeri, dan yang terakhir memberikan penghargaan terhadap industri kreatif. Pengkondisian agar ekonomi kreatif bisa berkembang lebih baik sangat diperlukan. Ekonomi kreatif masih merupakan industri baru dan layaknya bibit tanaman masih baru yang juga membutuhkan media kondusif, seperti itu pula ekonomi kreatif, yang membutuhkan kondisi kondusif untuk tempat berkembanganya.

Sarana keempat adalah pemanfaatan bahan baku lokal. Seperti yang kita ketahui bersama, Indonesia memiliki berbagai macam sumber daya alam. Indonesia adalah satu-satunya negara dengan berbagai potensi kenikmatan yang ada di dalamnya. Lautan, daratan, hutan, tambang, kayu, tumbuhan, hewan, pegunungan, lembah, dan sebagainya menjadi satu di negeri indah ini. Dengan potensi seperti ini seharusnya ekonomi kreatif bisa berkembang lebih pesat karena telah memiliki sumber-sumber daya pendukung kegiatannya.

Lalu yang terakhir adalah, peran dari financial intermediary yang sangat vital membantu keberlangsungan industri kreatif di Indonesia. Industri kreatif yang banyak berlandaskan pada bentuk usaha UMKM tidak akan mampu mengembangkan usahanya tanpa sebuah institusi keuangan yang membantunya. Belakangan lembaga keuangan ini masih sangat sukar memberikan pinjaman ataupun bantuan kepada para pekerja industri kreatif dengan alasan masih banyak industri kreatif yang kurang professional. Pemerintah juga seharusnya tidak tinggal diam dan turut membuat kebijakan untuk membantu pengembangan industri kreatif di Indonesia.

Tak cukup dengan sarana-sarana di atas, sarana-sarana tambahan juga diperlukan agar rakyat miskin bisa benar-benar berpartisipasi di dalam ekonomi kreatif. Pemerintah seharusnya membuat tata cara yang adil dan efektif dalam pelaksanaan industri atau pun ekonomi kretaif ini. Pemberian tata cara yang adil ini dimaksudkan agar terjadi keadilan dan pemerataan yang baik dan mencegah terjadinya kesenjangan sosial antara pemilik modal dengan pekerja murni dari industri kreatif ini.

Ada dua hal yang bisa dilakukan agar tujuan rakyat miskin bisa terakomodasi. Yang pertama adalah memberikan kemudahan akses yang lebih terhadap faktor modal bagi rakyat miskin yang memiliki gagasan dalam bidang industri kreatif. Faktor modal adalah hambatan utama bagi rakyat miskin untuk berkembang. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana kesenjangan yang terjadi di Indonesia saat ini. salah satu penyebab yang pasti adalah minimnya akses terhadap faktor produksi bagi mereka. Mereka tidak memiliki jaminan apapun dan ditambah tidak memiliki kemampuan dan kapasitas untuk memanfaatkan faktor modal. Oleh karena itu yang kedua yang perlu pula diperhatikan adalah peningkatan kemampuan intelektual maupun skill dari rakyat miskin. Peningkatan ini dimaksudkan agar rakyat miskin bisa mandiri dan mampu memutus rantai kemiskinan mereka sendiri.

Indonesia memang didirikan oleh seruan dan perjuangan senasib sepenanggungan rakyat. Sudah sepantasnya saat ini generasi penerus bangsa tidak hanya memikirkan kemajuan dan pertumbuhan ekonomi bangsa agar bisa bersaing dengan bangsa lain, tetapi juga ikut memikirkan nasib rakyat yang belum menikmati kemerdekaan hingga saat ini. Rakyat miskin tersebut bukan miskin karena malas, bukan pula karena tak mau kaya, tetapi mereka tersingkir dari sistem yang saat ini ada. Ekonomi kreatif menjadi solusi dari sistem yang ‘memiskinkan’ tersebut. Ekonomi kreatif dengan sarana-sarana yang telah di bahas tidak hanya akan berfokus pada pertumbuhan ekonomi saja, tetapi juga pendistribusian kesejahteraan. Kesenjangan sosial akan menurun, dan akhirnya adalah akan kembalinya martabat dan harkat bangsa ini, untuk dikenal di dunia, sekaligus mensejahterakan rakyatnya yang miskin.


[1] Diambil dari situs: http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia

[2] Diambil dari situs: http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_penduduk

[3] Diambil dari situs: http://sbypresidenku.com/content/ekonomi_kreatif

[4] Diambil dari situs: http://public.kompasiana.com/2009/06/16/demokrasi-lahan-subur-tumbuhnya-ekonomi-kreatif/

[5] Diambil dari situs: http://matanews.com/2009/05/30/pemerintah-dorong-ekonomi-kreatif/

[6] Diambil dari situs: http://kutucyber.multiply.com/journal/item/25

[7] Diambil dari situs: http://kutucyber.multiply.com/journal/item/25

[8] Diambil dari situs: http://www.ri.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=6277&Itemid=1907

[9] Diambil dari situs: http://www.dataworks-indonesia.com/resource/creativeindustries/index.php?act=article&id=349&title=Bandung%20Creative%20City&title2=Industri%20Kreatif%20Berkembang%20Pesat

[10] Diambil dari situs: http://www.antaranews.com/view/?i=1244903824&c=EKB&s=MAK

[11] Mubyarto.2002.Ekonomi Pancasila.Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta.hal.24

[12] Diambil dari situs: http://tkpkri.org/berita/berita/ekonomi-kreatif-penting-untuk-mengurangi-kemiskinan-dan-pengangguran-20080422443.html

[13] Paul Ormerod.1998.Matinya Ilmu Ekonomi.Bogor:SMK Grafika Mardi Yuana.hal.93

[14] Sarana-sarana yang digunakan di tulisan ini mengacu kepada buku 1, Rencana Pembangunan Ekonomi Kreatif di Indonesia 2025, yang dikeluarkan oleh departemen perdagangan.

Selasa, 14 Juli 2009

Seperti Sebuah festival Besar

Seperti sebuah festival besar, pemilu presiden lalu menunjukkan bagaimana besarnya bangsa ini. Biaya yang digunakan untuk menyelenggarakannya saja berkisar 4 triliun rupiah jika dilaksanakan dalam satu putaran. Angka yang cukup besar untuk mengadakan pesta. Belum lagi kertas-kertas contrengan yang menggunung, alat-alat scanner, server, kotak pencontrengan, dan surat-surat yang berbagai macam namanya yang akan menganggur paska pemilu pilpres.

Bagaimanapun angka 4 triliun bukanlah angka yang kecil. Angka sebesar itu akan sangat berguna jika digunakan untuk menyejahterakan rakyat. Jumlah tersebut terlampau besar untuk menyelenggarakan sebuah pesta. Apalagi jika mengingat bahwa pesta sebesar ini hanya menjadi hiburan bagi beberapa segmen masyarakat saja. Fakta menunjukkan bahwa walaupun pesta yang menghabiskan dana 4 triliun itu berlangsung, orang-orang miskin di perempatan jalan masih saja seperti semula, bahkan ketika ditanya, mereka tidak peduli dengan pesta yang sedang berlangsung. Mereka menganggap bahwa siapapun yang memimpin negeri ini tidak berpengaruh pada kehidupan mereka. Begitu juga dengan para petani di desa, anak-anaknya, masyarakatnya, orang-orang di pedalaman, penduduk di luar pulau jawa khususnya di kota-kota yang masih terpencil, mereka semua terasing dari glamour pesta demokrasi negeri ini. Terasing bukan berarti tidak tersentuh oleh arus pesta tersebut, tetapi terasing dari hasil akhir panggung teater pesta ini. Mayoritas mereka hampir tidak mendapatkan manfaat dari siapapun yang terpilih menjadi pemimpin negeri ini.

Pilpres hanyalah sebuah sarana. Bangsa ini harus mengingat hal tersebut. Tujuan utama dari sarana pemilihan presiden ini jelas adalah menciptakan Indonesia yang lebih baik dan bermartabat. Bukan sekedar mencitrakan diri, membuai masayarakat dan menunjukkan pada dunia sosok Indonesia. Tujuan utama dari pilpres ini adalah membawa negeri ini kepada persatuan bangsa, bukan memecah belahnya, dan menimbulkan permusuhan di antara sesama warga bangsa. Tujuan dari pilpres ini bukan hanya sebuah kisah festival besar dengan dana bertriliun rupiah, tetapi seharusnya menjadi sebuah kisah akan terwujudnya impian-impian orang-orang miskin dan tertindas.

Janji-janji capres yang diutarakan selama masa kampanye seharusnya menjadi tolak ukur keberhasilan pilpres kali ini. Janji mengenai kesejahteraan masyarakat, pertahanan militer, anggaran pendidikan, pemukiman untuk kaum miskin, perlindungan terhadap pasar tradisional, dan sebagainya menjadi bumbu-bumbu penyedap dalam masa-masa kampanye lalu. Banyak yang meragukan, walaupun banyak juga yang mengharapkan hal tersebut terjadi. Jangan sampai festival besar ini menyisakan ruang kosong setelahnya, tanpa tindak lanjut, tanpa efek sama sekali.

Terlepas dari tingginya angka golput, perubahan negeri ini adalah tanggung jawab yang harus dipikul oleh seluruh warga negara. Tidak hanya tim sukses, partai koalisi, partai oposisi, warga biasa, dosen, petani, nelayan, pedagang atau apapun statusnya, ketika nama warga negara Indonesia diemban di atas pundaknya, tanggung jawab yang dimilikinya pun juga sama dengan yang lain. Seluruh warga negara Indonesia memiliki tugas yang sama, yaitu membuat negeri indah ini menjadi lebih baik dan bermartabat. Jangan biarkan pilpres hanya menjadi festival besar tanpa manfaat. Seluruh warga bangsa wajib mengontrol janji-janji presiden terpilih. 11 tahun reformasi telah bergulir, dan sudah saatnya negeri ini melangkah maju dengan peran serta semua pihak.

Rabu, 24 Juni 2009

Fenomena Gunung Es Komunitas Motor Gede

“Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh para pengendara motor gede mirip dengan fenomena gunung es, dimana hanya sebuah gunung kecil yang terlihat di permukaannya padahal di dalam perairan terdapat gunung es besar yang tidak terlihat.”

Perilaku seseorang di mana pun tempatnya, siapa pun dia, sebenarnya hanya merupakan gejala-gejala kecil dari luapan jati dirinya yang sebenarnya. Seorang yang tidak bisa tepat waktu contohnya, tidak bisa dilihat dan diklaim hanya bahwa seorang tersebut orang yang tidak disiplin. Di dalam tindakan dan tingkah lakunya terdapat sesuatu yang lebih besar dan mendasari semua perbuatannya. Di dalam kasus seorang yang telat tersebut ada sebuah paradigma besar yang bermasalah di alam bawah sadarnya, itu adalah permasalahan respect. Bisa jadi tindakan-tindakan yang dilakukannya dan tingkah laku yang ditunjukkan tidak selesai pada permasalahan kedisiplinan waktu, pasti ada hal-hal lain yang ikut bermunculan dan berasal dari paradigma yang sama tetapi dalam wujud yang berbeda. Bisa jadi dia juga adalah orang yang tidak hormat pada orang lain, tidak konsisten dengan kata-kata yang telah dia ucapkan, suka berbohong dan sebagainya.

Hal ini mirip dengan fenomena gunung es. Yaitu fenomena di mana gunung-gunung es yang terlihat hanya yang berada di atas permukaan, padahal di bawah gunung es tersebut terdapat gunung es raksasa yang tersembunyi di balik perairan dan menjadi akar dari semua gunung es yang bermunculan.

Teori gunung es ini sangat berkaitan dan sangat bisa direfleksikan ke dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masih segar diingatan kita bagaimana cerita seorang Edwin yang menghadapi masalah dengan komunitas motor gede. Kejadian yang sebenarnya masih simpang siur, tetapi yang pasti, seorang istrinya yang sedang hamil 5 bulan beserta 3 orang anaknya menderita trauma. Kasus ini ter-blow up ke media dengan sangat santer dan mengisi headline-headline di berbagai tempat. Berbagai elemen masyarakat pun turut memberikan pendapat sesuai dengan bidang mereka masing-masing.

Motor gede paska kejadian itu memang menjadi pembicaraan hangat di beberapa tempat. Diskusi-diskusi di beberapa tempat bahkan sepakat bahwa komunitas motor gede tidak bisa ditolerir karena telah beberapa kali melakukan tindak anarki sehingga harus dibubarkan. Hal ini lumrah mengingat bagaimana track record dari kejadian-kejadian tindak kekerasan yang dilakukan komunitas ini memang telah beberapa kali terjadi.

Banyak sekali argumen miring yang terlontar dari masyarakat mengenai motor gede ini. Ada yang berpendapat bahwa motor gede hanyalah komunitas berisi preman-preman berduit. Ada yang mengatakan bahwa motor gede tidak membayar pajak. Ada yang mengadukan tentang pengalamannya yang tidak mengenakkan ketika berpapasan dengan pengendara motor gede di jalanan dan terpaksa harus mengalah. Lalu ada lagi yang mengkritik tindakan dan kelakuan mereka yang cenderung seperti raja, menerobos lampu merah, membuat pekak telinga dengan derum mesin motor mereka yang memang besar, berpenampilan layaknya orang yang harus ditakuti dan dihargai, dan sebagainya.

Beberapa lontaran penilaian negatif dari masyarakat kepada komunitas motor gede tersebut bisa jadi hanya sebuah gejala gunung es. Sebenarnya di bawah alam bawah sadar para pengendara motor gede tersebut ada paradigma yang bermasalah dan menyebabkan tindakan mereka menjadi seperti yang sekarang ini terjadi. Paradigma yang menjadi mayoritas penyebab masalah-masalah sosial yang terjadi. Paradigma respect.

Harga sebuah motor gede yang bisa disamakan dengan harga empat petak tanah itu pasti hanya bisa dimiliki oleh orang-orang kelas menengah atas dan bahkan cenderung kaya. Tidak mungkin sebuah motor gede bisa dimiliki oleh kalangan menengah ke bawah, apalagi mengingat perawatan dan bahan bakar yang harus menghabiskan biaya cukup banyak setiap periodenya. Di sinilah bisa di ambil akar permasalahannya. Komunitas motor gede yang mayoritas dimiliki oleh orang-orang kaya dan mapan tersebut pasti memiliki budaya dan etika bermasalah. Dan jika meminjam teori gunung es, bisa dikatakan bahwa budaya dan etika komunitas motor gede yang mayoritas dimiliki oleh orang-orang kaya dan mapan tersebut pasti berasal dari paradigma respect yang bermasalah.

Pendapat bahwa orang-orang kaya memiliki paradigma respect yang bermasalah memang tidak bisa digeneralisir. Tapi sayang, kenyataannya mayoritas seperti itu yang terjadi. Orang-orang yang berada di dalam komunitas itulah yang akhirnya membawa citra motor gede ke arah negatif dengan paradigma respect mereka yang bermasalah. Ini terbukti dari beberapa diskusi yang dilakukan bersama para anggota motor gede tersebut, dan mayoritas dari mereka mengatakan mereka tidak mengganggu kepentingan umum. Padahal dari penjaringan aspirasi yang dilakukan secara acak semua sampel masyarakat umum mengatakan motor gede mengganggu kepentingan umum. Percuma mengurusi sistematika dan mekanisme conrtrol terhadap komunitas ini. Permasalahan-permasalahan dalam bentuk yang lain pasti akan muncul dari komunitas motor gede ini jika paradigma respect tersebut masih bermasalah.

Selasa, 09 Juni 2009

Isu yang Teralihkan atau Dialihkan

Prita Mulyasari, ibu dua anak ini seketika mencuat namanya di media-media negeri ini. Penyebabnya sederhana, beliau menceritakan masalah perawatan yang didapatkan dari RS.Omni Internasional via e-mail kepada sepuluh orang temannya. Surat elektronik tersebut terus menyebar sampai ke beberapa milis dan akhirnya sampai kepada rumah sakit tersebut. Merasa nama baiknya dirugikan, rumah sakit Omni Internasional tersebut kemudian membawa permasalahan ini ke dunia hukum dengan dasar tuntutan pencemaran nama baik. Ibu Prita pun akhirnya dipenjara beberapa minggu sambil menunggu keputusan kejaksaan atas dirinya.

Setiap orang mengecam aksi RS. Omni Internasional yang dengan serta merta membawa kasus ini kepada meja peradilan. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pun ikut bersuara, “kasus pidana pencemaran nama baik dengan tersangka Prita Mulyasari merupakan bentuk pembungkaman terhadap konsumen,” kata Indah Suksmaningsih di Jakarta, Kamis 4 Juni silam (Kompas.com, kamis 4 Juni 2009, YLKI: Kasus Prita Bentuk Pembungkaman terhadap Konsumen).

Di momen yang hampir bersamaan, dua kasus yang lain pun muncul menghiasi headline-headline media, Manohara dan Ambalat menjadi selebritis dalam perjalanan pemberitaan negeri ini. Kedua kasus yang sama-sama berhubungan dengan negeri Malaysia ini memiliki kesamaan dalam efek yang terjadi di masyarakat, sudah pasti hal itu adalah kemarahan dari setiap elemen masyarakat kepada negeri tetangga Indonesia ini. Untuk Manohara, tidak main-main, Deplu sampai turun tangan langsung mengatasi permasalahan ini, ““Kita akan fasilitasi melibatkan keluarga, agar bisa bertemu. Kita sedang upayakan mudah-mudahan ada realisasi. Pihak Malaysia sudah memberikan sinyal positif,” terang Jubir Deplu RI,Teuku Faizasyah. (Surya online, Kamis, 23 April 2009, Posts by: Judi Prasetyo, Kasus Manohara Mulai Goyang Malaysia).

Ada yang janggal dari kondisi ini. Sekilas kejanggalan itu terasa ketika melihat bagaimana media menggembar-gemborkan permasalahan Prita, Manohara, maupun Ambalat. Pemberitaan kasus-kasus tersebut seperti terlalu dibesar-besarkan, padahal masih banyak yang merasakan kasus seperti itu atau bahkan lebih berat tetapi tidak mendapatkan porsi pemberitaan yang layak. Efek yang dihasilkan oleh kasus-kasus tersebut pun jika dipikirkan secara jernih tidak cukup besar untuk mempengaruhi jalan dari negara ini. Bukan berarti juga bahwa kasus-kasus tersebut tidak perlu mendapatkan perhatian. Kasus-kasus tersebut perlu mendapatkan perhatian, namun tidak seharusnya mencuat sebesar saat ini.

Kejanggalan ini semakin menggelitik ketika meninjau rekam jejak keadaan yang hampir mirip 2008 lalu ketika bentrok FPI dengan AKBB di Monas menjadi kasus yang tiba-tiba mencuat. Kasus tersebut terjadi di Monas saat massa AKBB sedang berorasi untuk membela jemaah Ahmadiyah, bentrok terjadi ketika tiba-tiba massa FPI datang dan langsung merangsak ke daerah massa AKBB. Beberapa terluka termasuk ibu-ibu dan seketika itu pula kasus tersebut menjadi bahan pembicaraan santer di seluruh media nasional.

Kejadian bentrok tersebut dinilai oleh Amien Rais sebagai rekayasa politik saja, ”Saya sudah niteni, rezim yang terbukti gagal membuat kesejahteraan bagi rakyat dan menambah pengangguran serta kemiskinan pasti akan mencari isu untuk mengalihkan perhatian rakyatnya. Ini hanya untuk mengalihkan masalah saja,” kata beliau. (Suara Merdeka, 06 Juni 2008). Tidak cukup sampai situ, kasus-kasus lain pun seperti kekerasan di UNAS, bantuan mahasiswa lima ratus ribu per semester, dan foto syuur anggota DPR-RI menjadi kasus-kasus yang tiba-tiba mencuat dan seketika mengalihkan perhatian masyarakat tentang isu kenaikan harga BBM yang memang momennya bertepatan saat itu.

Melihat rekam sejarah tersebut ada indikasi saat ini pemerintah sengaja mengalihkan isu permasalahan DPT legislatif lalu dan permasalahan DPT pilpres nanti, serta meredam kasus Antasari Azhar yang penangkapannya mau tidak mau juga pasti mempengaruhi prestasi dan kinerja dari lembaga KPK. DPT pilpres contoh yang masih bermasalah, "Kasus DPT yang terjadi di 15 provinsi ini cukup banyak. Dalam satu Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur saja terdapat 2.216 kasus DPT," kata anggota Bawaslu Agustiani Tio Friedelina Sitorus di Jakarta, Senin, 1 Juni 2009 (Media Indonesia.com). Belum lagi permasalahan DPT legislatif lalu dan Antasari Azhar yang tidak terbayangkan multiplier effectnya jika diperhatikan secara serius oleh media.

Indikasi permainan konspirasi yang berasal dari pihak-pihak yang berkepentingan terasa cukup kuat jika melihat sistematika sejarah yang telah disebutkan. Walaupun bukti-bukti kongkret tidak bisa dimunculkan, benang merah antara beberapa kejadian tersebut tidak bisa terbantahkan dan sepatutnya diperhatikan secara seksama. Prioritas atas hal-hal yang terjadi perlu dibuat untuk menjadikan hal-hal yang sangat penting yang terkait penyelenggaraan negara atau korupsi bisa dikonsumsi secara proporsional oleh warga negara ini. Rakyat sudah cukup lelah dibohongi dan dibodohi. Era demokrasi hanya menjadi omong kosong jika informasi dan media masih dikuasai oleh satu kepentingan. Keadilan harus ditegakkan, dengan langkah awal penyebaran informasi yang merata dan proporsional.

Rabu, 27 Mei 2009

Reinkarnasi Intelektual Sejati

Seorang "intelektual" bukan hanya sekadar berfikir tentang kebenaran tetapi harus menyuarakannya, walau apapun rintangannya. Seorang intelektual yang benar tidak boleh berkecuali, dan harus memihak kepada kebenaran dan keadilan. “Dia tidak boleh menjadi intelektual bisu, kecuali dia betul-betul bisu atau dibisukan". (Sharif Shaary)[1]

Demikian pandangan seorang tokoh tentang makna intelektual. Seolah terkesan sangat suci, mulia, dan sarat akan kesan kepahlawanan. Bayangkan saja seorang anak manusia yang pikirannya penuh akan ilmu pengetahuan, tetapi hatinya sadar akan kondisi dan realita yang terjadi di sekitarnya. Dia berusaha keras berpikir untuk menjadi penghubung ilmu langit yang idealis dengan kondisi bumi yang cenderung pragmatis. Lebih jauh dari itu seperti yang telah dikatakan, “dia tidak boleh menjadi intelektual bisu, kecuali dia betul-betul dibisukan,” secara kongkret dia mengatakan dengan lantang dan berani akan apa yang dia yakini kebenarannya dengan ilmu yang cukup, bukan dengan pikiran yang kosong.

Anak manusia ini mungkin tercatat dalam sejarah sebagai orang-orang yang segelintir saja, tetapi kontribusi mereka melebihi jumlah mereka secara kasat mata. Pernah terdengar sebuah penelitian yang dikabarkan oleh seorang dosen, tentang penelitian yang dilakukan terhadap profesor-profesor muda Universitas Gajah Mada. Entah apa latar belakang penelitian tersebut, tetapi yang pasti hasilnya sangat mengejutkan dan membuka mata kita. hasil dari penelitian tersebut adalah mayoritas profesor-profesor muda yang ada di UGM mengalami kematian muda dengan penyakit yang bermacam-macam. Banyak yang mengambil kesimpulan bahwa otak manusia dan tubuh manusia memiliki keterbatasan yang tidak bisa dipaksakan. Profesor-profesor muda tersebut dikatakan mencapai bahkan melebihi batas maksimal dari tubuh dan otak manusia sehingga ketidak-kuatan tersebut menumpuk dan terakumulasi menjadi umur yang berkurang.

Boleh saja setiap orang mengambil kesimpulan apapun tentang penelitian ini, namun akan lebih bijak apabila pengambilan kesimpulan tidak hanya diambil sebatas itu, terlalu dangkal. Hal ini terkait dengan jumlah intelektual yang tercatat dalam sejarah sebagai segelintir manusia yang sedikit. Namun sejarah mencatat, bahwa jumlah selalu bukanlah faktor kesuksesan yang utama, melainkan kualitaslah faktor utamanya. Semua orang bisa melihat, bahwa umur seorang profesor muda, pasti akan lebih bermakna dan berkualitas walaupun sedikit dibanding oleh umur seorang koruptor misalnya. Jumlah umur bukanlah segalanya, ada yang lebih dari itu, yaitu kualitas umur. Begitu pula analoginya dengan jumlah para intelektual yang cuma sedikit tersebut, walaupun sedikit kontribusi mereka ternyata luar biasa.

Makna intelektual yang umurnya berkualitas karena mereka berani untuk mengatakan kebenaran berdasarkan ilmu yang mereka miliki seharusnya menjadi sebuah pencerahan baru bagi putra-putra kampus yang saat ini tenang berada dalam kuri-kursi kayu di dalam kelas dingin dan papan tulis putih yang dilengkapi dengan LCD proyektornya. Intelektual-intelektual yang tercatat dalam sejarah lalu tidak memiliki kemiripan pola belajar seperti yang saat ini ditunjukkan dalam kegiatan belajar mengajar universitas. Mereka belajar secara kongkret dan nyata dengan membandingkan apa yang mereka pelajari dengan kenyataan yang ada lalu mengatakan “tidak” ketika melihat bahwa realita yang terjadi memang ternyata tidak seperti yang seharusnya. Mereka berani mengatakan itu, berbeda sekali dengan ‘intelektual-intelektual’ masa kini yang duduk tenang dengan kebanggaan di hati mereka tentang gelar dan payung universitas besar yang mereka miliki padahal mereka belum berkontribusi apa-apa minimal untuk lingkungan di sekitarnya.

Kondisi Indonesia masih miris sampai saat ini, walaupun telah 10 tahun era reformasi bergulir. Di sana-sini banyak sekali keadaan yang menyedihkan, dimana selalu kondisi tersebut tidak seharusnya terjadi, tidak seharusnya ada, bahkan jika direfleksikan dengan ilmu pengetahuan yang dipelajari di kampus-kampus idealis. Hal ini seharusnya mendorong bakal-bakal tunas intlektual untuk muncul dan memberantas anomali-anomali yang terlalu banyak ini. Siapapun tahu bahwa Indonesia pantas untuk menjadi sebuah negara maju bahkan super power sekalipun dengan sumber daya dan potensi yang dimilikinya.

Mulai dari diri sendiri mungkin salah satu jawaban jangka pendeknya. Jangka pendek, karena kebangkitan intelektual tidak bisa dibangun secara individual, tetapi secara kolektif seharusnya. Namun untuk membuat sebuah langkah kongkret yang tegas, mulai dari diri sendiri mungkin jawaban tepat. Mulai untuk berani mengatakan apa yang seharusnya tidak terjadi, menanyakan terus menerus akan apa yang terlihat aneh dan tidak benar, dan tanggap serta peka terhadap permasalahan sekitar. Tidak hanya fokus menjadi pembelajar sukses, tetapi lebih jauh dari itu fokus untuk menjadi intelektual sukses.


[1] www.wikipedia.co.id, intelektual.

Jumat, 15 Mei 2009

Era Turbulance, Paradigma Turbulance

Banyak orang mengatakan bahwa dunia telah memasuki era yang disebut era informasi. Era dimana informasi menjadi kekuatan utama yang tak terbantahkan dan tak terelakkan jika ingin memenangkan pertarungan. Lihat saja Hilton Hotel yang berinvestasi triliunan rupiah  dalam pengembangan sistem customer servicenya. Dengan sistem tersebut Hilton memiliki informasi customernya secara lengkap dan detail, jauh meninggalkan competitor-competitornya dan menjadi satu pemain teratas untuk kompetisi bisnis perhotelan. Contoh lain bisa dilihat pada perusahaan Coca Cola, yang juga menginvestasikan triliunan rupiah hanya demi informasi customer, melakukan survey untuk mengetahui informasi selera customer sebelum launching produk barunya, zero sugar, yang walaupun tidak seperti yang diharapkan ternyata mampu memberikan kesimpulan pada Coca Cola bahwa customernya sangat fanatik dengan Coca Cola Classicnya. Di bidang politik, kita bisa melihat beberapa partai yang cukup keberatan dengan aktivitas Quick Count dengan alasan informasinya mampu mempengaruhi suara pemilih jika di publish ketika proses pencoblosan dilakukan. Alhasil dibuatlah peraturan dalam mekanisme Quick Count oleh negara agar jalannya pemilu tidak timpang ke arah satu pihak. Informasi memang telah menjadi harta karun berharga bagi setiap orang yang hidup di masa sekarang.

Tidak hanya era informasi ternyata, banyak orang yang mengatakan bahwa era saat ini telah memasuki era velocity (kecepatan). Kecepatan menjadi modal utama setiap orang menghadapi zaman yang semakin turbulance dan bergolak. Krisis ekonomi beberapa saat lalu yang dipicu oleh subprime mortgage di Amerika begitu mencengangkan dunia karena peristiwa tersebut begitu tidak bisa diduganya. Pada masa-masa itu dunia berada pada keadaan yang tenang dan seolah tanpa bahaya, namun seketika itu pula semua orang takjub melihat perubahan kondisi ekonomi dunia yang tiba-tiba berubah. Investor-investor dunia tiba-tiba berada pada kondisi ekstrem dan selangkah menuju kebangkrutan saham yang baru kemarin nilainya melambung tinggi. Salah satu contoh ini adalah bukti bahwa setiap negara dan orang yang tidak memiliki kemampuan beradaptasi dan bereaksi secara cepat pastilah akan tergusur di era velocity ini.

Kedua trend ini harus dipahami oleh bangsa Indonesia sebagai bangsa dengan potensi sumber daya alam luar biasa. Di zaman yang sangat kompetitif bangsa Indonesia harus faham bahwa uang ataupun sumber daya alam bukanlah satu-satunya kekuatan dalam memenangkan pertarungan. Kekuatan utama yang menjadi kunci kemenangan ada pada knowledge. Banyak bangsa besar yang memiliki potensi sumber daya alam berlimpah tetapi berada pada urutan cukup bawah dalam hal kekayaan dan kesejahteraan. Sebaliknya banyak bangsa yang jika dipandang kasat mata hanya memiliki daerah sempit dan tanah yang gersang, tetapi mampu menempati posisi cukup atas dalam hal kesejahteraan. Fenomena ini bukanlah hal yang ajaib jika cara berpikir di mulai dari trend era yang saat ini terjadi. Seperti kata seorang tokoh: Money is what fueled the industrial society. But in informational society, the fuel, the power, is knowledge[1].

Latar belakang tersebut menjadi dasar pemikiran bahwa bangsa Indonesia harus merubah tindakannya ke arah yang lebih radikal. Era baru yang telah dijelaskan di awal tulisan jelas tidak bisa dihadapi dengan sikap dan aktivitas zaman kuno, dimana sikap dan tindakan muncul dari keadaan lingkungan yang stabil dan tidak kompetitif. Era baru yang menjadi trend saat ini mensyaratkan setiap bangsa mampu bersikap terhadap kondisi lingkungan yang turbulance dan kompetitif. Jika Bangsa Indonesia tidak mampu bersikap dan mengantisipasi kondisi lingkungan modern yang ada sekarang, bisa dipastikan nasib bangsa ini akan stagnan tanpa kemajuan.

Salah satu langkah kongkret yang bisa dilakukan oleh bangsa ini untuk menghadapi berbagai kondisi lingkungan modern adalah meningkatkan secara signifikan kualitas perencanaan di tingkat strategik[2]. Perencanaan di tingkat strategik memiliki arti perencanaan yang didasarkan pada informasi masa depan bukan informasi masa lalu. Perencanaan di tingkat strategik memfokuskan diri pada hal-hal yang bersifat strategis dan jangka panjang, bukan hal-hal yang bersifat tactical dan operational.

Hal inilah yang menjadi kelemahan utama bangsa Indonesia dalam menetapkan perencanaan. Bangsa Indonesia masih menetapkan perencanaan bukan di tingkat atau tataran strategik, melainkan masih berkutat pada perencanaan di tingkat atau tataran tactical dan operational semata. Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah sama sekali tidak diambil berdasarkan informasi atau kondisi yang diperkirakan terjadi di masa depan, tetapi diambil berdasarkan informasi atau kondisi yang ada saat ini atau bahkan telah berlalu. Setiap orang bisa melihat bagaimana kebijakan BLT diambil sebagai akibat perencanaan yang buruk pada tahun-tahun sebelumnya karena tidak memasukkan unsur inflasi minyak bumi dunia. Akibatnya saat harga minyak bumi dunia benar-benar melambung bangsa ini kewalahan dan menetapkan kebijakan yang sangat pragmatis, BLT. Terlepas dari setuju atau tidak, penilaian obyektif harus dilakukan pada perencanaan kebijakan tersebut. Seandainya perencanaan pemerintah beberapa tahun sebelumnya matang dan berkualitas bisa dipastikan kebijakan yang dikeluarkan pun akan bersifat lebih strategik, solutif, dan jangka panjang. Era Informasi atau beberapa orang menyebutnya dengan nama era kecepatan seperti yang saat ini terjadi diprediksi akan tetap seperti ini dalam beberapa dekade ke depan. Oleh karena itu bangsa ini harus cepat merubah perencanaannya ke arah yang lebih strategis sebagai modal utama menghadapi tantangan masa depan.

Salah satu perencanaan kongkret yang bisa dilakukan oleh bangsa ini untuk menghadapi kondisi lingkungan masa depan adalah pengembangan di bidang IPTEK. Era informasi dan kecepatan mau tidak mau pasti akan sangat dekat dengan teknologi dan ilmu pengetahuan di dalamnya. Kedua hal tersebut terkait erat bahkan bisa diibaratkan sebuah mata koin yang memiliki dua sisi. Sebuah bangsa yang telah menyiapkan IPTEK sebagai senjata untuk menanggulangi masa depan yang turbulance, lebih dari yang saat ini terjadi, akan menjadi bangsa yang besar dan siap dengan perubahan. Sebaliknya bangsa yang tidak menyiapkan kemampuan IPTEKnya dan hanya memfokuskan kebijakan pada hal-hal yang bersifat tactical dan operational hanya akan menjadi korban dari ganasnya perubahan.

Hal ini bisa dipahami karena dari masa ke masa Ilmu pengetahuan dan Teknologi pada era informasi menjadi pilar utama penyangga kemajuan suatu bangsa. Jepang misalnya, yang dengan IPTEKnya berhasil memajukan sektor kelautan mereka jauh melebihi Indonesia sebagai negara maritim dengan cara memanggil ikan-ikan di perairan indonesia mendekat ke daerahnya; Amerika yang dikenal dengan Negeri Paman Sam, berhasil menguasai ekonomi dunia dengan berbagai-macam kelebihannya di bidang teknologi informasi, industri, dan bisnis; Korea Utara yang selalu berselisih dengan Korea Selatan, sekarang ditakuti bahkan oleh negara superpower sekelas Amerika hanya karena teknologi Nuklir yang dirintisnya; dan masih banyak lagi kisah-kisah negara besar yang diakui kekuatannya dengan bermodalkan sebuah IPTEK.

Penting rasanya untuk merefleksi dan mengikuti beberapa jejak negara maju tersebut dalam langkah Indonesia berikutnya. Namun ada hal penting yang harus digaris bawahi secara tebal jika membandingkannya dengan Indonesia. Negara besar yang memiliki berbagai macam potensi ini ternyata memiliki berbagai permasalahan yang mendasari pengembangan IPTEKnya. Salah satu penyebabnya adalah investasi yang lemah dari pemerintah dalam upayanya mengembangkan IPTEK dan menjadikannya investasi jangka panjang di masa depan.

Investasi yang lemah tersebut sebenarnya memiliki turunan penyebab-penyebab lain yang mendasari sikap pemerintah tidak memilih investasi dalam bidang IPTEK sebagai kebijakan utama. Salah satu penyebabnya adalah persoalan dana, yang biasanya juga menjadi alasan pertama yang mendasari. Pengembangan IPTEK seperti yang dilakukan oleh Korea Utara untuk Nuklirnya tidak membutuhkan dana yang sedikit, menurut sebuah sumber, dana yang dipakai oleh Korea Utara dalam mengembangkan teknologi Nuklirnya berkisar sekitar USD 25 juta[3]. Hal ini juga yang terjadi dalam pengembangan IPTEK beberapa negara maju dunia, rata-rata mereka menghabiskan banyak sekali dana untuk pengembangannya. Indonesia sempat mencoba untuk melangkah dengan pengembangan IPTEK anak bangsanya dalam hal alternatif bahan bakar non migas beberapa waktu lalu. Ketika itu pemerintah memberikan harapan dan apresiasi kepada seorang Joko Soeprapto[4] yang bahkan oleh UMY telah diberikan dana 1 Milyar untuk menemukan alternatif bahan bakar tersebut,  namun sayang, penelitian itu tidak seperti yang diharapkan dan akhirnya uang 1 Milyar tersebut habis tanpa memberikan arti.

Pengembangan IPTEK memang membutuhkan kesabaran, ketelatenan, dana yang sangat besar dan juga waktu yang cukup lama. Bayangkan, dana 1 Milyar bukanlah dana yang sedikit. Dana sebesar itu akan sangat berguna jika diposkan ke pos-pos yang lebih membutuhkan dan memiliki turn over lebih cepat, apalagi jika dibenturkan dengan realita bahwa Indonesia saat ini tengah berada dalam kondisi yang tidak begitu baik dan membutuhkan suntikan dana di beberapa posnya.

Permasalahan lain yang menyebabkan pengembangan IPTEK cukup terhambat adalah tingkat kepopuleran kebijakan pengembangan IPTEK di negeri ini yang cukup rendah dibanding kebijakan seperti BLT, swasembada beras, atau yang lainnya. Hal ini wajar jika melihat alur kepemimpinan Indonesia tidak memiliki tongkat estafet kebijakan yang jelas. Di negeri ini, pergantian kepemimpinan berarti juga pergantian kebijakan secara frontal, tanpa estafet kebijakan dan tanpa planning pewarisan yang jelas. Di awal dikatakan bahwa kebijakan di Indonesia masih berada pada tingkatan tactical dan operational, dan mungkin saja masalah kepemimpinan ini adalah masalah yang dominan mendasarinya.

Akibat dari estafet kebijakan yang tidak berjalan, kebijakan yang diambil di negeri ini tidak diarahkan ke arah yang strategis dan jangka panjang. Pengambilan keputusan yang bersifat strategis dan jangka panjang memiliki resiko besar untuk ditentang beberapa pihak dan rakyat utamanya, karena memang dampak dan hasil yang didapatkan dari proses pengembangan IPTEK tersebut baru bisa dirasakan dalam waktu yang lama. Sementara selagi menunggu dampak dan hasil dari investasi pemerintah terhadap pengembangan IPTEK masalah terus bermunculan dan rakyat serta semua pihak menuntut hak dan kemajuan negeri bisa dirasakan secepatnya.

Permasalahan inilah yang menjadi tantangan besar di negeri ini terkait dengan pengembangan IPTEK yang ingin dilakukan. Pemimpin negeri ini harus berani berpikir dan bersikap radikal dalam membuat kebijakan, yaitu dengan mempertimbangkan keadaan yang akan terjadi di masa depan, bukan hanya mendasarkan perencanaan pada informasi masa lalu. Perencanaan harus diangkat ke tingkatan dan tataran yang lebih strategik yang kongkretnya bisa diwujudkan dengan pengembangan IPTEK.

Change is the law of life. And those who look only to the past or present are certain to miss the future[5]. Bangsa ini harus secepat mungkin mengganti cara merencanakan kebijakan yang berbasis informasi masa lalu karena era masa depan sangat berbeda dibanding dengan era sekarang atau masa lalu. Oleh karena itu, perubahan paradigma secara radikal penting ditanamkan sehingga bangsa ini akan siap dengan perubahan yang akan terjadi di masa depan.


[1] John Kenneth Galbraith

[2] Diambil dari slide presentasi Mulyadi yang berjudul “Strategic management Accounting”

[3]http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=9421&coid=3&caid=31&gid=3

[4]http://www.kompas.com/read/xml/2008/06/18/19100611/joko.soeprapto.demonstrasikan.temuannya.

[5] J.F. Kennedy

Kamis, 14 Mei 2009

Sepotong Cinta Seorang Muslim

Manusia tidak akan mampu menjalani hidup tanpa cinta. Tanpa cinta, kehidupan akan gersang, hati menjadi keras, dan tubuh menjadi kurus kering laksana mayat. Selayaknyalah manusia hidup dengan perasaan cinta kasih. Manusia yang telah kehilangan perasaan cinta, biasanya tubuhnya laksana mayat, atau menderita depresi dan gangguan kejiwaan dan kesedihan. Karena, ia telah kehilangan gairah hidup.[1]

Cinta….cinta….cinta…..

Kaitan huruf indah ini tak bisa sembarangan terucap dalam kehidupan seseorang, sakral. Walaupun hanya terdiri dari lima huruf, kata ‘cinta’ ternyata mampu menghipnotis seorang lumpuh berjuang sekuat tenaga melawan keadaannya dan sebaliknya mampu membuat seorang penguasa kerajaan takluk tanpa perlawanan. ‘cinta’ adalah misteri yang tak kan bisa disentuh oleh seseorang berhati batu karena kodratnya yang lembut, indah, dan menyejukkan.

Pernahkah terpikir dalam pikiran kita, makna ‘cinta’ yang sebenarnya, yang murni, jernih, tanpa campuran noda apa pun?? Pernahkah terbayangkan bahwa ciuman atau kecupan sayang seorang ibu yang tulus merupakan bukti cinta dan keindahan yang mendalam dan kesetiaan yang teguh tanpa harus terurai dalam kata-kata. [2] Akuilah kenyataannya, cinta terindah yang kita rasakan dalam kehidupan kita selama ini adalah cinta yang telah ibu berikan pada kita semua, sejak kita lahir tak mampu berbuat apa-apa dan mendapatkan makanan pertama dari tubuhnya, sampai saat ini menjadi mahasiswa yang masih membutuhkan kata-kata penyemangat dan doa beliau untuk kesuksesan kita. Ingatlah, jika kita sudah jauh merantau dan jarang bertemu ibu, maka begitu ada waktu untuk pulang melihat ibu, pulanglah atau aturlah jadwal untuk itu! Mereka menantikan kehadiran kita. hati akan semakin tersayat, ketika pulang hanya untuk melihat jasad ibu. Nikmatilah kebersamaan dengan ibu tercinta, sebelum terlambat.[3]

Perhatikan gejolak yang ada dalam dada ini, yang seolah ingin merangsak keluar ketika mengingat ibu, itulah cinta yang sebenarnya. Perumpamaan yang indah tersembur deras dari kata-kata F.Rene Van de Carr,, M.D dalam puisinya:

………..

Pertama kali kau menyapaku

Tanpa suara;

Tetapi sangat asih

Dari diriku yang paling dalam

Di sini

Ummi, Aku Di sini

Sekarang perhatikan cinta Allah kepada hambanya yang terpercik dari hadits Qudsi:

“barangsiapa yang mendekat padaKu sejengkal, maka aku akan mendekat padanya sehasta; barangsiapa mendekat padaKu sehasta, maka Aku akan mendekat padanya sedepa; dan barangsiapa yang datang padaKu dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari-lari kecil.” (H.R Bukhari dan Muslim)

Lihatlah, Allah dengan segala Maha Tinggi-Nya berkenan menunjukkan rasa cintanya pada kita,, siapakah kita, wahai kasihan, sehingga Dia mencintai dan mendatangi kita dengan berlari-lari kecil!!?

“tidak aneh hamba yang mencintai tuannya, tetapi sungguh amat aneh tuan yang mencintai hambanya.”

Wahai pemuda yang berkalung kebanggaan dan berbaju kepandaian, ingatlah jati dirimu. Setiap siapa pun yang beragama islam adalah muslim, tak terlepas apakah engkau adalah mahasiswa FEB UGM, anak jakarta, anak Yogyakarta, mantan ini, mantan itu, atau yang lainnya. Seorang yang beragama Islam adalah Muslim, yang harus selalu mengingat keislamannya adalah hal yang akan dipertanggungjawabkan pada sosok ibu yang kita mencintainya dan dia mencintai kita, juga pada Dzat yang Maha Mencintai, yang telah menciptakan kita, ibu, dan sahabat-sahabat kita, karena kecintaan-Nya pada diri yang tak tahu berterimakasih ini.

Selembar penyesalan atau setetes air mata, tak kan berarti apa pun, jika dalam langkah kehidupan berikutnya, jejak yang tertinggal tak ubahnya seperti jejak yang tertinggal sebelum lembaran penyesalan dan tetesan air mata tersebut. Allah dengan segala cintaNya dan ibu dengan segala kerelaan berkorbannya adalah bukti nyata, yang seharusnya menjadikan inspirasi dan menyadarkan kita. Bermuhasabahlah pada-Nya saat ini juga, sebelum saat dimana mulut ini tak mampu berbicara karena kuasa-Nya, dan kita hanya bisa melihat dan meratapi fakta, bahwa kita merupakan seorang yang mengaku muslim, tetapi ternyata menjadi orang pertama yang hatinya mengingkari dan berkhianat terhadap cintaNya. Na’udzubillahimindzalik.


[1] Diambil dari buku, “hati sebening mata air” karya Amru Khalid

[2] Diambil dari buku, “Setengah isi, setengah kosong” karya parlindungan marpaung

[3] Diambil dari buku, “Setengah isi, setengah kosong” karya parlindungan marpaung