This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 31 Mei 2011

[Copas] Uang 3-4 (Ustad Anis Matta)

Sekarang  saya  ingin  lebih  jauh  menembus  kembali  mengapa  kita miskin selama ini. Sebabnya kita miskin adalah: Pertama, karena kita memiliki pemahaman agama yang salah. Salah satunya 5 alasan tadi tidak beredar dikalangan kita. Sekarang coba kita tonton acara TV, nonton acara ceramah subuh di televisi. Kita akan lihat sebagian besar ceramah-ceramah  televisi  itu  menyuruh  orang-orang  miskin  itu semakin miskin atas nama kesabaran. Bahkan ada perang terhadap materialisme, karena kita harus zuhud sekarang. Pemahaman tentang kezuhudan itu salah satu pemahaman yang paling banyak merusak kita.  Karena  kita  tidak  tahu  bedanya  orang  zuhud  dengan  orang miskin. Imam  Ghazali  mengatakan  orang zuhud  itu  adalah  orang yang punya dunia lalu meninggalkannya dengan sadar. Orang miskin itu adalah orang yang ditinggal dunia. Kalau ada orang miskin tidak dapat makan lalu puasa Senin-Kamis itu bukan orang zuhud. Itu orang miskin yang berusaha memaksimalisasi kondisi keterbatasannya agar tetap dapat pahala. Daripada tidak makan dan tidak dapat pahala lebih bagus tidak makan dapat pahala. Orang zuhud itu orang pasca dunia kalau orang miskin itu orang pra dunia. Kita lihat Rasulullah SAW itu sudah kaya raya sebelum jadi Nabi. Kemiskinan Rasulullah yang kita baca di hadits-hadits itu adalah kemiskinan atas pilihan. Itu adalah pilihannya karena dia punya misi yang jauh lebih besar, yakni: yang begini  itu  dia  tidak  perlu  lagi,  sudah  selesai.  Bahkan  Rasulullah mengatakan semua nabi-nabi itu sebagian besarnya kaya. Tidak ada lagi nabi yang diutus setelah nabi Syu’aib melainkan pasti dia berasal dar keluarga kaya dari kaumnya.

Sabtu, 28 Mei 2011

Go!

Sungguh tidak pantas bagiku dengan keadaan seperti ini mengeluh. Keadaanku sudah lebih dari cukup untuk bersyukur. Kuliah di salah satu universitas terbaik di negeri ini. Mendapat kesempatan bergabung dengan rekan-rekan hebat selama 2 tahun. Mendapatkan pengalaman organisasi yang melatih skill. Memenangkan beberapa kompetisi. Apalagi yang kurang?

Bahwa ya aku punya masalah. Tapi bukan cuma aku, setiap orang punya masalah. Banyak orang bahkan punya masalah yang lebih berat dari yang aku punya. Tapi kulihat mereka tegar-tegar aja. Mereka tetep senyum. Beberapa dari mereka malah tambah kenceng berlari. So?

Di antara mereka ada yang telah kehilangan salah satu dari orang tuanya. Beberapa yang lain sudah mewarisi keadaan yang sulit sejak kecil bersama orang tua mereka. Ada yang hanya diberikan kiriman dana seadanya, sehingga mereka harus mencari tambahan dana. Jelas itu sangat menyulitkan, baik psikis maupun finansial. Tapi kulihat mereka tetap tegar. Beberapa malah sudah mencapai kesuksesan seperti yang diharapkannya.

Kamis, 19 Mei 2011

Cobaan..



“Cobaan hidup bisa membuat kita jatuh, tapi kita yang memutuskan akan bangkit atau tidak.” (Jackie Chan)

Banyak sekali kisah tentang kesuksesan manusia yang diawali oleh kepahitan hidup di atas rata-rata manusia biasa. Tapi yang penting untuk kita perhatikan adalah semangat mereka. Mereka memiliki masalah yang sangat besar, tetapi semangat dan perjuangan mereka jauh melebihi masalah yang mereka punya.

Beethoven dipaksa oleh ayahnya untuk berlatih piano berjam-jam setiap harinya karena ayahnya ingin Beethoven bisa menjadi legenda seperti Mozart. Keinginan ayahnya terwujud, tapi sayangnya beethoven mengalami tuli tepat di saat puncak karirnya. Tidak sampai di situ, krisis keuangan, penolakan wanita yang dicintainya dan konflik dengan keluarganya membuat beethoven depresi. Menyerahkah?? Tidak sama sekali! Di tengah keadaan itu, beethoven tetap produktif menciptakan berbagai macam lagu yang akhirnya menjadi karya legendaris hingga saat ini.