This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 28 Juli 2009

Ekonomi Kreatif ala Ekonomi Rakyat Kecil

Potensi Ekonomi Kreatif Indonesia

Pencanangan tahun 2009 sebagai tahun ekonomi kreatif bagi bangsa Indonesia bukanlah sebuah candaan belaka. Hal ini ditegaskan oleh presiden dalam pembukaan Jakarta International Handicraft Trade Fair ke-11, pameran Inacraft 2009, di Jakarta Convention Center, Rabu (22/4) pagi. Di kesempatan tersebut presiden memberikan dukungannya terhadap perkembangan ekonomi kreatif atau pun industri kreatif di Indonesia. Sebelumnya visi ekonomi kreatif 2025 pun telah tercanang dengan sangat tegas. Langkah-langkah konkret juga telah dijalankan dalam bentuk “Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015” serta “Rencana Pengembangan 14 Subsektor Industri Kreatif 2009-2015”. Berbagai kalangan optimis dengan langkah pemerintah tersebut. Diharapkan dengan ini, ekonomi Indonesia bisa tumbuh secara mandiri dengan kemampuan potensi lokal yang luar biasa.

Harapan berbagai masyarakat terhadap ekonomi kreatif ini sangatlah rasional. Indonesia memiliki berbagai macam potensi yang bisa menjamin pertumbuhan signifikan dari ekonomi kreatif. Contohnya adalah etnis yang begitu banyak dan sangat beragam. Data dari situs wikipedia menyebutkan bahwa etnis yang terdapat di Indonesia berjumlah sekitar 300 etnis dan tersebar di berbagai pulau di Indonesia[1]. Dengan keragaman etnis tersebut, Indonesia memiliki bahasa, budaya dan adat berbeda yang terdapat di masing-masing etnis. Di tengah-tengah keberagaman dan toleransi inilah ide dan gagasan akan tumbuh subur sehingga masa depan industri kreatif yang notabene berlandaskan pada ide dan gagasan menjadi cerah.

Indonesia juga memiliki potensi sektor pariwisata yang sangat besar. Dari pulaunya saja Indonesia memiliki sekitar tujuh belas ribu pulau. Jika asumsinya satu pulau memiliki masing-masing satu tempat pariwisata potensial, maka seharusnya Indonesia bisa mengembangkan industri pariwisatanya menjadi industri pariwisata terbesar di dunia dengan tujuh belas ribu daerah wisata. Hal ini belum ditambahkan dengan kenyataan bahwa tiap pulau tidak hanya mempunyai satu tempat wisata, tetapi lebih dari satu. Dengan keadaan seperti ini Indonesia memiliki kesempatan besar untuk mengembangkan industri kreatif berbasis pariwisata.

Tidak cukup dengan data-data tersebut, Indonesia juga memiliki jumlah penduduk yang luar biasa besar. Data wikipedia menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 238.452.952 jiwa penduduk.[2] Jumlah sebesar ini adalah pangsa pasar yang luar biasa bagi Indonesia mengembangkan industri di bidang kreatif. Dalam kondisi seperti saat ini, yaitu kondisi masa depan ekonomi global mulai terancam, jumlah penduduk sebesar ini menjadi jalan keluar yang jitu bagi pasar domestik dalam menghadapi permasalahan ekonomi global yang mulai dipenuhi ketidak-pastian.

Tak kalah dari potensi dalam negeri, potensi luar negeri pun juga sangat mendukung perkembangan industri kreatif di dunia internasional. Hal ini juga disampaikan presiden dalam situsnya. Beliau menyebutkan bahwa ekonomi global sedang melangkah ke arah ekonomi gelombang keempat. [3] Ekonomi gelombang keempat adalah ekonomi yang tidak lagi berlandaskan pertanian, industri, atau informasi tetapi lebih kepada basis ilmu pengetahuan atau lebih populer disebut knowledge-based economy. Di Indonesia kata-kata ini kemudian diterjemahkan menjadi ekonomi kreatif.

Potensi-potensi dalam dan luar negeri negeri tersebutlah yang akhirnya menjadi landasan bagi pemerintah untuk meningkatkan peran ekonomi kreatif dalam pertumbuhan ekonomi negeri. Pemerintah melihat peluang yang cukup besar di bidang industri kreatif Indonesia. Peluang tersebut juga dibuktikan dengan data-data tentang ekonomi kreatif di Indonesia yang menunjukkan pencapaian luar biasa. Data menyebutkan bahwa 1,5 juta usaha kecil dan menengah kreatif Indonesia menyerap 4,5 juta tenaga kerja dan menyumbang 7.8 persen terhadap PDB.[4] Hasil yang cukup mencengangkan dari sebuah industri kreatif. Apalagi jika mengingat sektor ini menghasilkan angka sebaik itu ketika sektor ini masih belum terlalu banyak didorong pertumbuhannya oleh pemerintah.

Mengenal Ekonomi Kreatif

Sebelum melangkah lebih jauh, perlu rasanya untuk mengenal secara mendalam ekonomi kreatif ini. Ekonomi kreatif memang bisa saja dipandang dengan simpel dan sederhana. Akan tetapi pengenalan lebih jauh terhadap ekonomi kreatif ini diperlukan sebagai landasan awal pemikiran sebelum membahasnya lebih lanjut. Pengenalan ekonomi kreatif ini mencakup definisi dan sarana yang diperlukan untuk menumbuh-kembangkannya.

Definisi ekonomi kreatif sudah cukup banyak terdapat di beberapa buku dan situs-situs yang mengulasnya. Aviliani, Ekonom Institute for Development Economy and Finance, berpendapat bahwa:

“Ekonomi kreatif merupakan proses peningkatan nilai tambah hasil dari eksploitasi kekayaan intelektual berupa kreativitas, keahlian, dan bakat individu menjadi suatu produk yang dapat dijual, di antaranya desain grafis, pembuatan baju kaos dengan desain yang terbatas, termasuk seni kerajinan tangan yang disesain khusus seperti: wayang batik dan boneka wayang yang dibuat dari kayu.” [5].

Dalam definisi ini Aviliani menekankan ekonomi kreatif merupakan proses penambahan nilai dari buah pemikiran intelektual. Buah pemikiran tersebut kemudian menjadi produk-produk ekonomi kreatif yang mayoritas berupa barang-barang kesenian.

Dalam pandangan yang hampir mirip, pemerintah (definisi UK Department of Culture, Media and Sport, 1999) mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai:

“Industri-industri yang mengandalkan kreatifitas individu, keterampilan serta talenta yang memiliki kemampuan meningkatkan taraf hidup dan penciptaan tenaga kerja melalui penciptaan (gagasan) dan eksploitasi HKI.”.[6]

Walaupun sekilas mirip, definisi kedua ini lebih melihat ekonomi kreatif sebagai kumpulan industri yang bergerak di bidang kreativitas. Industri-industri tersebut menyatu, saling bersinergi dan memberikan manfaat berupa pertumbuhan ekonomi.

Sumber lain lagi mendefinisikan ekonomi kreatif dalam kata-kata yang berbeda, John Howkins, dalam bukunya: "Creative Economy, How People Make Money from Ideas" menyebutkan:

“Ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana input dan outputnya adalah gagasan.”[7]

Pengertian ketiga ini merupakan definisi yang paling komprehensif dibanding dengan kedua definisi di atas. Dengan definisi ini, kegiatan ekonomi yang dicakup akan lebih luas. Definisi di atas memberikan ruang untuk semua kegiatan ekonomi yang input dan outputnya berupa gagasan diklasifikasikan dalam ekonomi kreatif.

Definisi-definisi di atas walaupun berbeda sebenarnya tetap memiliki arah dan tujuan yang satu. Ekonomi kreatif dari definisi-definisi di atas bisa disimpulkan sebagai sebuah perekonomian yang hidup karena kreativitas. Bakat, talenta, gagasan, ide, nilai tambah, dan sebagainya merupakan wujud nyata dari kreativitas tersebut. Ketiga definisi tersebut juga sama-sama menyatakan walaupun secara implisit, bahwa kekayaan intelektual merupakan sumber utama dari ekonomi kreatif. Hanya saja selanjutnya definisi ketiga akan lebih banyak digunakan karena dinilai merupakan definisi yang paling komprehensif.

Peran generasi muda dalam ekonomi kreatif

Oleh karena kreativitas merupakan modal dasar dari ekonomi ataupun industri kreatif, maka peran generasi muda jelas sangat dominan. Peran ini tidak bisa terbantahkan karena sampai sekarang generasi muda terbukti yang paling banyak berkecimpung di industri kreatif, mulai dari industri musik, kerajinan, film, design, dan masih banyak lagi yang lainnya. Seolah tanpa batas, ide-ide brilian selalu tercetus dari otak-otak para generasi muda.

Hal ini disebabkan oleh kondisi generasi muda yang sedang berada dalam masa-masa puncak kebebasan berpikir. Mereka para anak-anak muda itu bisa berjam-jam mengobrol bebas atau pun diskusi di kafe, warung, mall, game center, kelas-kelas kuliah, ruang organisasi, dan sebagainya. Gaya hidup mereka pun cenderung tidak biasa-biasa saja, selalu ada yang inovatif dari kehidupan generasi muda. Perbedaan cukup telak pun bisa terlihat secara kasat mata antara generasi tua dengan generasi muda. Kita ambil contoh baju yang dipakai oleh generasi muda. Jika dibandingkan dengan generasi tua, baju-baju mereka anak-anak muda itu sangat unik, kreatif, berbeda, bahkan bisa dibilang hampir ‘nyeleneh’. Sangat berbeda dibandingkan baju para orang tua yang cenderung simpel dan ‘normal’.

Beberapa kota di Indonesia membuktikan peran generasi muda ini dalam industri kreatif. Bandung contohnya, yang dengan pluralitas dan anak muda yang mendominasinya menjadi bukti salah satu kemegahan industri kreatif di Indonesia. Pertumbuhan produk-produk industri kreatif di Bandung memang luar biasa. Bahkan hal ini juga telah diamini oleh Hatta Rajasa dalam situs pemerintah.[8] Mengambil salah satu contoh industri di bidang clothing di bandung saja cukup membuat mulut ini berdecak kagum. Bagaimana tidak, jumlah distro di Indonesia saat ini sekitar 750 buah dengan 300 buah terdapat di Bandung.[9] Padahal sekitar 10 tahun yang lalu hanya berjumlah enam unit usaha. Hal ini praktis membuat konsumen-konsumen luar negeri tertarik dengan produk-produk industri kreatif Bandung. Implikasinya jelas akan memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi bangsa.

Tak kalah dari Bandung, Bali sebagai kota pariwisata dunia juga memiliki potensi untuk berperan luar biasa dalam industri kreatif Indonesia. SBY sendiri yang memberikan dukungannya dalam sebuah acara pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-31 di panggung terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Denpasar, Bali, Sabtu (13/6) malam. “Saya menaruh harapan sangat tinggi agar Bali terus menjadi motor dan pusat pengembangan kepariwisataan dan ekonomi kreatif, termasuk budaya Bali yang sudah dikenal memiliki keunggulan luar biasa”, kata SBY.[10] Warisan kebudayaan yang dimiliki Bali memang sangat beragam dan luar biasa. Bali memiliki tarian tradisional, tempat wisata budaya ataupun wisata alam, baju tradisional, kesenian lukis, dan berbagai macam kebudayaan dan kesenian  yang sangat terkenal di mata turis asing. Dengan segenap potensi budaya yang dimilikinya tersebut, pantas kiranya jika Bali memang diharapkan bisa menjadi salah satu garda terdepan dalam urusan ekonomi kreatif Indonesia.

Kedua gambaran penopang industri kreatif di atas nyatanya belum termasuk beberapa kota yang juga memiliki potensi yang sama. Kota-kota seperti Yogyakarta, Surabaya, Semarang, Pontianak, Banjarmasin,  Makasar, Padang, Riau, dan lain-lain juga memiliki potensi yang luar biasa. Segudang pemikiran, ide, budaya, warisan tempat wisata, bahasa, dan etnis menjadi sebuah ‘jaminan’ pertumbuhan industri kreatif yang tinggi. Hal ini ditambah dengan populasi anak muda yang cukup banyak di daerah-daerah tersebut, sehingga menjadikan prospek ekonomi kreatif benar-benar baik.

Kegelisahan dalam ekonomi kreatif

Jika dilihat dalam beberapa paragraf di atas ekonomi kreatif memang cukup potensial untuk mengangkat perekonomian negeri. Syarat-syarat yang menjadi basis berkembangnya ekonomi kreatif sudah dimiliki oleh bangsa ini. Pemerintah pun secara tegas menyatakan dukungannya kepada ekonomi kreatif. Di beberapa kota isu ekonomi kreatif juga menjadi perbincangan santer dan telah konkret menghasilkan produk-produk berkualitas yang bahkan telah sampai ke pasar international.

Namun terdapat kegelisahan dalam melihat opini publik yang berkembang tentang ekonomi kreatif. Kegelisahan ini utamanya muncul dari kepentingan-kepentingan rakyat miskin. Ekonomi kreatif memang secara luar biasa memberikan peranan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ekspor dari industri ini pun telah membantu negeri ini memasarkan produk-produk asli kebudayaannya kepada masyarakat internasional. Akan tetapi permasalahannya lebih jauh dari itu, memang benar ekonomi kreatif memberikan sumbangan besar untuk pertumbuhan ekonomi, namun harus diteliti lebih jauh juga tentang sumbangan yang diberikan ekonomi kreatif dalam pemerataan kesejahteraan.

Membawa permasalahan kemiskinan dalam ekonomi kreatif merupakan hal yang tepat. Lima sila dalam pancasila sendiri sebenarnya sudah menerangkan secara implisit tentang pentingnya kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.[11] Pancasila sendiri yang memberikan pemahaman pada bangsa Indonesia, bahwa seharusnya kesejahteraan tidak dimiliki oleh sebagian kecil anggota masyarakat. Ekonom Indonesia seharusnya menyadari dan mengakuinya, bahwa permasalahan kemiskinan adalah fokus permasalahan utama yang harus dipecahkan.

Walaupun presiden pernah mengatakan bahwa ekonomi kreatif ini diharapkan bisa mengurangi kemiskinan dan pengangguran,[12] namun beliau mengatakannya berdasarkan PDB. Ukuran PDB memang sudah merupakan acuan lazim bagi ukuran kesejahteraan ekonomi suatu negara, tetapi kemakmuran yang ditunjukkan oleh angka PDB tidak melulu refleksi kesejahteraan riil dari suatu negeri. Dalam jangka panjang masyarakat memang menjadi lebih makmur, tetapi tidak secepat yang diisyaratkan oleh PDB.[13] Apalagi angka yang ditunjukkan oleh perhitungan ini tidak menjelaskan perubahan kesejahteraan rakyat miskin. Angka PDB bisa tinggi tetapi hal tersebut tidaklah langsung berpengaruh kepada rakyat-rakyat miskin di negeri ini. Rakyat miskin bisa tidak mendapatkan hasil signifikan dari ketinggian angka PDB.

Permasalahan lainnya ada pada konteks SDM yang memadai kualitasnya. Ekonomi kreatif bersumber pada eksploitasi HAKI seorang manusia. Hal ini menuntut ketinggian kapasitas intelektual dari SDM yang terjun di bidang ekonomi kreatif. Jika kapasitas intelektual tidak mencukupi maka hasil dari produk industri kreatif ini pun tak akan bisa baik. Kapasitas intelektual inilah yang menjadi bahan perdebatan. Rakyat miskin Indonesia ini disinyalir tidak memiliki kapasitas intelektual seperti itu karena memang pendidikannya rendah. Bagaimana mungkin mereka para miskin tersebut bisa memiliki kapasitas intelektual yang tinggi sementara harga yang harus dibayarkan untuk sekolah saja luar biasa mahal, bahkan cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Dalam ekonomi kreatif input dan outputnya adalah gagasan. Oleh karena itu orang yang paling memiliki gagasan seharusnya merupakan orang yang bisa menikmati hasil paling besar dari keuntungan penjualan produk industri kreatif tersebut. Padahal kenyataannya tidak seperti itu adanya. Fakta-fakta menunjukkan bahwa pemilik gagasan sering kali kalah untung dibanding dengan orang yang hanya memiliki modal dan mau memberikan modalnya untuk penjualan produknya.

Contoh industri kreatif gabah di Jogja cukup menguatkan hal ini. Secara kasat mata sangat terlihat bagaimana kesenjangan sosial terjadi dari pekerja yang membuat gabah itu dari tanah liat hanya sampai gabah tanpa warna, dengan pekerja yang mewarnai gabah tersebut, berbeda juga dengan pekerja yang hanya menjualnya di toko, dan apalagi pasti sangat berbeda dengan pemilik toko penjualan gabah padahal pemilik tersebut bukan seorang pengrajin gabah / yang memiliki gagasan seni tentang gabah. Secara kasat mata industri gabah di yogya ini menjadi sampel dari keseluruhan industri kreatif di Indonesia, yang menunjukkan bahwa ternyata di industri kreatif yang diharapkan bisa memberikan sokongan ekonomi bangsa pun rakyat miskin tetaplah miskin. Masih banyak beberapa industri kreatif memiliki kasus serupa di beberapa tempat.

Ekonomi kreatif seharusnya menjadi jawaban dan jalan keluar bagi rakyat miskin untuk terbebas dari belenggu rantai kemiskinan. Gagasan merupakan modal utama dalam industri kreatif, sedangkan gagasan secara tidak langsung juga telah dimiliki manusia dan merupakan sesuatu yang natural dimiliki oleh manusia. Berbeda dengan faktor produksi lain yang membutuhkan biaya cukup besar dan cenderung hanya dimiliki orang-orang yang mampu, gagasan bisa secara natural dimiliki oleh rakyat miskin. Hal ini menyebabkan timbul sebuah harapan bahwa sebenarnya bisa menjadi senjata ekonomi dari rakyat miskin untuk memutus rantai kemiskinan mereka sendiri.

Sarana yang dibutuhkan

Oleh karena itu penting rasanya memperhatikan sarana-sarana sebagai langkah pengembangan ekonomi kreatif untuk Indonesia pada umumnya dalam penanggulangan kemiskinan khususnya. Ekonomi kreatif sebagai ekonomi yang seharusnya ditumbuhkembangkan membutuhkan sebuah jalan untuk mencapai tujuannya memajukan kehidupan perekonomian Indonesia. Sarana-sarana yang dibutuhkan untuk mengembangkan ekonomi kreatif berikut merupakan solusi dari permasalahan ekonomi kreatif yang ada. Hal ini didasarkan dengan maksud agar sarana-sarana tersebut memang benar-benar efektif menyelesaikan permasalahan yang ada.[14] Pada bagian awal akan membahas sarana dalam mengembangkan ekonomi kreatif, lalu setelahnya lebih memfokuskan perhatian kepada sarana yang dibutuhkan agar rakyat miskin bisa lebih berpartisipasi di ekonomi kreatif.

Sarana pertama yang harus ada agar ekonomi kreatif berkembang di negeri ini adalah sarana sumber daya manusia dari industri kreatif tersebut. Industri kreatif modal dasarnya berupa gagasan. Hal ini menjadikan syarat dari kapasitas kekayaan intelektual seseorang menjadi niscaya. Konkretnya, pendidikan di indonesia sudah seharusnya mulai memperkenalkan ekonomi kreatif pada anak-anak bangsa ini.

Sarana kedua adalah teknologi. Industri kreatif yang banyak berurusan dengan bidang seni dan estetika manusia membutuhkan peranan teknologi secara besar. Di negara-negara maju contohnya, pembuatan kartun, komik, film animasi, musik, dan lainnya banyak sekali menggunakan software-software dan hardware-hardware berkualitas tinggi. Hal ini sangat berbeda di negeri Indonesia, dimana teknologi yang digunakan untuk membuat sebuah produk industri kreatif lebih mengandalkan tenaga manusia.

Sarana ketiga adalah penciptaan iklim kondusif untuk pengembangan ekonomi kreatif. Penciptaan iklim kondusif seperti menegakkan HAKI di Indonesia, menciptakan iklim toleransi yang tepat, memberikan proteksi yang cukup agar industri dalam negeri tidak langsung kandas melawan industri-industri luar negeri, dan yang terakhir memberikan penghargaan terhadap industri kreatif. Pengkondisian agar ekonomi kreatif bisa berkembang lebih baik sangat diperlukan. Ekonomi kreatif masih merupakan industri baru dan layaknya bibit tanaman masih baru yang juga membutuhkan media kondusif, seperti itu pula ekonomi kreatif, yang membutuhkan kondisi kondusif untuk tempat berkembanganya.

Sarana keempat adalah pemanfaatan bahan baku lokal. Seperti yang kita ketahui bersama, Indonesia memiliki berbagai macam sumber daya alam. Indonesia adalah satu-satunya negara dengan berbagai potensi kenikmatan yang ada di dalamnya. Lautan, daratan, hutan, tambang, kayu, tumbuhan, hewan, pegunungan, lembah, dan sebagainya menjadi satu di negeri indah ini. Dengan potensi seperti ini seharusnya ekonomi kreatif bisa berkembang lebih pesat karena telah memiliki sumber-sumber daya pendukung kegiatannya.

Lalu yang terakhir adalah, peran dari financial intermediary yang sangat vital membantu keberlangsungan industri kreatif di Indonesia. Industri kreatif yang banyak berlandaskan pada bentuk usaha UMKM tidak akan mampu mengembangkan usahanya tanpa sebuah institusi keuangan yang membantunya. Belakangan lembaga keuangan ini masih sangat sukar memberikan pinjaman ataupun bantuan kepada para pekerja industri kreatif dengan alasan masih banyak industri kreatif yang kurang professional. Pemerintah juga seharusnya tidak tinggal diam dan turut membuat kebijakan untuk membantu pengembangan industri kreatif di Indonesia.

Tak cukup dengan sarana-sarana di atas, sarana-sarana tambahan juga diperlukan agar rakyat miskin bisa benar-benar berpartisipasi di dalam ekonomi kreatif. Pemerintah seharusnya membuat tata cara yang adil dan efektif dalam pelaksanaan industri atau pun ekonomi kretaif ini. Pemberian tata cara yang adil ini dimaksudkan agar terjadi keadilan dan pemerataan yang baik dan mencegah terjadinya kesenjangan sosial antara pemilik modal dengan pekerja murni dari industri kreatif ini.

Ada dua hal yang bisa dilakukan agar tujuan rakyat miskin bisa terakomodasi. Yang pertama adalah memberikan kemudahan akses yang lebih terhadap faktor modal bagi rakyat miskin yang memiliki gagasan dalam bidang industri kreatif. Faktor modal adalah hambatan utama bagi rakyat miskin untuk berkembang. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana kesenjangan yang terjadi di Indonesia saat ini. salah satu penyebab yang pasti adalah minimnya akses terhadap faktor produksi bagi mereka. Mereka tidak memiliki jaminan apapun dan ditambah tidak memiliki kemampuan dan kapasitas untuk memanfaatkan faktor modal. Oleh karena itu yang kedua yang perlu pula diperhatikan adalah peningkatan kemampuan intelektual maupun skill dari rakyat miskin. Peningkatan ini dimaksudkan agar rakyat miskin bisa mandiri dan mampu memutus rantai kemiskinan mereka sendiri.

Indonesia memang didirikan oleh seruan dan perjuangan senasib sepenanggungan rakyat. Sudah sepantasnya saat ini generasi penerus bangsa tidak hanya memikirkan kemajuan dan pertumbuhan ekonomi bangsa agar bisa bersaing dengan bangsa lain, tetapi juga ikut memikirkan nasib rakyat yang belum menikmati kemerdekaan hingga saat ini. Rakyat miskin tersebut bukan miskin karena malas, bukan pula karena tak mau kaya, tetapi mereka tersingkir dari sistem yang saat ini ada. Ekonomi kreatif menjadi solusi dari sistem yang ‘memiskinkan’ tersebut. Ekonomi kreatif dengan sarana-sarana yang telah di bahas tidak hanya akan berfokus pada pertumbuhan ekonomi saja, tetapi juga pendistribusian kesejahteraan. Kesenjangan sosial akan menurun, dan akhirnya adalah akan kembalinya martabat dan harkat bangsa ini, untuk dikenal di dunia, sekaligus mensejahterakan rakyatnya yang miskin.


[1] Diambil dari situs: http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia

[2] Diambil dari situs: http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_penduduk

[3] Diambil dari situs: http://sbypresidenku.com/content/ekonomi_kreatif

[4] Diambil dari situs: http://public.kompasiana.com/2009/06/16/demokrasi-lahan-subur-tumbuhnya-ekonomi-kreatif/

[5] Diambil dari situs: http://matanews.com/2009/05/30/pemerintah-dorong-ekonomi-kreatif/

[6] Diambil dari situs: http://kutucyber.multiply.com/journal/item/25

[7] Diambil dari situs: http://kutucyber.multiply.com/journal/item/25

[8] Diambil dari situs: http://www.ri.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=6277&Itemid=1907

[9] Diambil dari situs: http://www.dataworks-indonesia.com/resource/creativeindustries/index.php?act=article&id=349&title=Bandung%20Creative%20City&title2=Industri%20Kreatif%20Berkembang%20Pesat

[10] Diambil dari situs: http://www.antaranews.com/view/?i=1244903824&c=EKB&s=MAK

[11] Mubyarto.2002.Ekonomi Pancasila.Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta.hal.24

[12] Diambil dari situs: http://tkpkri.org/berita/berita/ekonomi-kreatif-penting-untuk-mengurangi-kemiskinan-dan-pengangguran-20080422443.html

[13] Paul Ormerod.1998.Matinya Ilmu Ekonomi.Bogor:SMK Grafika Mardi Yuana.hal.93

[14] Sarana-sarana yang digunakan di tulisan ini mengacu kepada buku 1, Rencana Pembangunan Ekonomi Kreatif di Indonesia 2025, yang dikeluarkan oleh departemen perdagangan.

Selasa, 14 Juli 2009

Seperti Sebuah festival Besar

Seperti sebuah festival besar, pemilu presiden lalu menunjukkan bagaimana besarnya bangsa ini. Biaya yang digunakan untuk menyelenggarakannya saja berkisar 4 triliun rupiah jika dilaksanakan dalam satu putaran. Angka yang cukup besar untuk mengadakan pesta. Belum lagi kertas-kertas contrengan yang menggunung, alat-alat scanner, server, kotak pencontrengan, dan surat-surat yang berbagai macam namanya yang akan menganggur paska pemilu pilpres.

Bagaimanapun angka 4 triliun bukanlah angka yang kecil. Angka sebesar itu akan sangat berguna jika digunakan untuk menyejahterakan rakyat. Jumlah tersebut terlampau besar untuk menyelenggarakan sebuah pesta. Apalagi jika mengingat bahwa pesta sebesar ini hanya menjadi hiburan bagi beberapa segmen masyarakat saja. Fakta menunjukkan bahwa walaupun pesta yang menghabiskan dana 4 triliun itu berlangsung, orang-orang miskin di perempatan jalan masih saja seperti semula, bahkan ketika ditanya, mereka tidak peduli dengan pesta yang sedang berlangsung. Mereka menganggap bahwa siapapun yang memimpin negeri ini tidak berpengaruh pada kehidupan mereka. Begitu juga dengan para petani di desa, anak-anaknya, masyarakatnya, orang-orang di pedalaman, penduduk di luar pulau jawa khususnya di kota-kota yang masih terpencil, mereka semua terasing dari glamour pesta demokrasi negeri ini. Terasing bukan berarti tidak tersentuh oleh arus pesta tersebut, tetapi terasing dari hasil akhir panggung teater pesta ini. Mayoritas mereka hampir tidak mendapatkan manfaat dari siapapun yang terpilih menjadi pemimpin negeri ini.

Pilpres hanyalah sebuah sarana. Bangsa ini harus mengingat hal tersebut. Tujuan utama dari sarana pemilihan presiden ini jelas adalah menciptakan Indonesia yang lebih baik dan bermartabat. Bukan sekedar mencitrakan diri, membuai masayarakat dan menunjukkan pada dunia sosok Indonesia. Tujuan utama dari pilpres ini adalah membawa negeri ini kepada persatuan bangsa, bukan memecah belahnya, dan menimbulkan permusuhan di antara sesama warga bangsa. Tujuan dari pilpres ini bukan hanya sebuah kisah festival besar dengan dana bertriliun rupiah, tetapi seharusnya menjadi sebuah kisah akan terwujudnya impian-impian orang-orang miskin dan tertindas.

Janji-janji capres yang diutarakan selama masa kampanye seharusnya menjadi tolak ukur keberhasilan pilpres kali ini. Janji mengenai kesejahteraan masyarakat, pertahanan militer, anggaran pendidikan, pemukiman untuk kaum miskin, perlindungan terhadap pasar tradisional, dan sebagainya menjadi bumbu-bumbu penyedap dalam masa-masa kampanye lalu. Banyak yang meragukan, walaupun banyak juga yang mengharapkan hal tersebut terjadi. Jangan sampai festival besar ini menyisakan ruang kosong setelahnya, tanpa tindak lanjut, tanpa efek sama sekali.

Terlepas dari tingginya angka golput, perubahan negeri ini adalah tanggung jawab yang harus dipikul oleh seluruh warga negara. Tidak hanya tim sukses, partai koalisi, partai oposisi, warga biasa, dosen, petani, nelayan, pedagang atau apapun statusnya, ketika nama warga negara Indonesia diemban di atas pundaknya, tanggung jawab yang dimilikinya pun juga sama dengan yang lain. Seluruh warga negara Indonesia memiliki tugas yang sama, yaitu membuat negeri indah ini menjadi lebih baik dan bermartabat. Jangan biarkan pilpres hanya menjadi festival besar tanpa manfaat. Seluruh warga bangsa wajib mengontrol janji-janji presiden terpilih. 11 tahun reformasi telah bergulir, dan sudah saatnya negeri ini melangkah maju dengan peran serta semua pihak.