Rabu, 05 Januari 2011

Surat Untuk Sahabat



Sahabatku, bukan aku tak ingin memaafkan. Kalian dengar sendiri semua yang aku rasakan malam itu, di 1 Januari 2011. Karena itu tolong, biarkan keadaan ini berjalan seperti ini. Tak perlu kalian ikut masuk dalam kompleksnya masalah ini. Kenapa? Karena sakit itu ada di diriku sendiri, tidak pernah kalian rasakan. Betapa tidak adilnya jika kalian menuntut untukku melakukan seperti yang kalian harapkan, sementara hal itu sangat sulit untuk aku lakukan.

Jika kalian memang sahabat terbaikku, mengertilah. Kondisiku berbeda dengan kalian. Aku punya batas. Aku punya harga diri.

Aku tidak ingin kehilangan kalian. Karena buatku kalian anugerah yang sangat indah yang Dia berikan untukku. Kalian bukan sekedar sahabatku, tapi saudaraku. Aku mengerti kalian ingin semuanya baik-baik saja. Aku pun mengerti kalian ingin aku tak punya masalah dan bisa tertawa bersama kalian. Aku juga ingin seperti itu, tapi tidak saat ini. Tidak sekarang. Aku sudah bilang kan? Let it flow.

Kadang aku berpikir, mungkin masalah ini membuat persahabatan kita menjadi dinamis, rancak, dan berubah. Tapi ini tidak akan berjalan selamanya. Yakinlah. Mungkin nanti, ketika kita sudah saling berjuang sendiri-sendiri dan mendapatkan kebahagiaan sendiri-sendiri, lalu bertemu kembali, semua masalah ini akan sirna. Terhapus oleh rasa rindu yang menggelayut di hati kita semua. Saat itu, pasti yang ada hanya senyuman, tidak ada lagi dendam.

Aku sudah mencoba memaafkannya. Tapi seperti yang salah satu dari kalian bilang, aku mudah terpicu. Aku belum bisa memaafkannya secara total. Masih tersisa rasa sakit itu. Masih ada rasa tidak terima itu.

Menurut kalian, apakah baik menyimpan dendam itu dan berlagak baik? Itu bukan aku. Bayangkan jika itu terjadi, lantas suatu saat kita berkumpul bersama, tertawa bersama, lalu ada satu hal yang membuatku terpicu, lalu aku terdiam. Kalian seperti baru dua hari mengenalku. Kalian sudah lama kan mengenalku? Aku tidak bisa menyembunyikan kesedihan. Rasa itu pasti langsung terpancar di wajahku. Jika itu terjadi, apa kebahagiaan kita bakal tetap ada? Yang ada aku merusak tawa kita yang telah dibangun.

Sahabatku. Mengertilah. Maaf aku belum bisa sebaik Rasulullah yang benar-benar pemaaf. Dulu aku sudah mencobanya. Tapi hasilnya? Gagal. Rasa itu mencuat lagi.

Mungkin memang lebih baik jika keadaannya seperti ini. Jika kalian ingin jalan, atau berkumpul bersamanya, lakukanlah tanpaku. Asal kalian tau, salamku selalu untuk kalian. Dan kebahagiaan kalian pasti akan tersampaikan padaku. Dan jika kalian ingin jalan dan berkumpul denganku, lakukanlah, walaupun ada dia. Tapi jangan paksa aku untuk bersikap baik padanya. Lebih baik aku diam, daripada api ini membakar segalanya.

Keadaan ini pasti akan berubah. Pasti. Yakinlah. Karena tidak pernah ada satu hal pun yang diam. Semuanya bergerak.

Aku sayang kalian semua. Maaf aku belum bisa jadi seorang seperti yang kalian harapkan. Semoga kebaikan selalu tercurah untuk kita semua. Amien.

4 komentar:

  1. That's OK though.
    Definisi Ikhlas um artinya perjalanan panjang-sebuah proes,ga semalam jadi.I do understand even though I could not feel it. keep workin on it

    BalasHapus
  2. Thank U for supporting me ri..

    BalasHapus
  3. wua,,, nova, ternyata. ayo, kita katarsis lewat theatre saja (nah, lo)

    BalasHapus
  4. aku ga ngerti yov, katarsis itu apa???

    BalasHapus