Kamis, 11 November 2010

Learning and Gayus

 

Learning. Sering dikaitkan pada perubahan permanen. Proses dimana seseorang mengubah dirinya menjadi bentuk berbeda. Faktor penentunya ada dua, lingkungan dan DNA.

Faktor kedua, DNA, adalah faktor yang taken for granted. Tak bisa diubah karena kodrat Illahi. Apakah DNA berperan dalam learning? Bisa jadi. Instrumen-instrumen psikologi ilmiah berhasil menghitung berapa IQ seseorang. Walaupun beberapa orang yakin IQ bisa diciptakan, tapi pada umumnya berkata tidak.

Tidak ada yang bisa melatih kemampuan otaknya sehingga mampu melampaui IQ einstein. Seberapapun orang tersebut mencoba. Yang bisa diubah hanya hasil kerja IQ tersebut, bukan IQ itu sendiri.

Lain udang lain belalang. Faktor pertama, lingkungan, adalah pilihan manusia. Buat saya lingkungan itu diciptakan. Karena lingkungan adalah sistem. Dan sistem terdiri dari fungsi. Sementara manusia adalah fungsi.

Lingkungan terbentuk dari manusia. Lingkungan yang baik terbentuk dari manusia baik. Dan lingkungan buruk terbentuk dari manusia buruk.

Barusan aku menonton penjelasan mengenai Gayus. Penjelasan ini muncul dari pakar psikologi forensik. Beliau mengatakan bahwa seorang Gayus, adalah manusia manipulatif. Dia sudah sangat terbiasa dengan lingkungan yang manipulatif. Sehingga sifat manipulatif lingkungan ini tertransformasikan dalam dirinya. Seperti sebuah hal yang biasa dan tanpa dosa.

Jangan heran jika sangking terbiasanya, Gayus nekad menonton pertandingan tennis di Bali. Padahal seharusnya saat itu dia di penjara. Jangan heran. Karena itu bukan sesuatu yang hebat. Itu adalah bagian dari dirinya. itu adalah produk dari hasil learning selama bertahun-tahun. Manipulasi adalah dirinya, dan dirinya adalah manipulasi. Tak ada yang aneh buatnya. Biasa-biasa saja.

Lingkungankah yang paling dominan membentuk hasil learning? Bisa jadi. Setiap manusia diciptakan dalam keadaan yang suci dan bersih. Semuanya sama. Hanya ayah dan ibunya (lingkungan) yang menjadikan dia nasrani ata majusi.

DNA seorang Gayus sama dengan DNA kita, bersih, dan tanpa dosa. Lingkungan yang berperan membedakan kita dengannya.

Imajinasi ini kemudian terbang, seperti biasa untuk merefleksikan apa yang terjadi pada diriku.

Tiga tahun sudah bangku kuliah mewarnai hidupku. Menjadikan pandanganku berbeda. Setidaknya ketika memandang dunia. Ini lingkungan. Yang akan memberikan efek pada hasil learning yang aku lakukan.

Akuntan. Sebutan yang begitu ingin diraih mahasiswa sepertiku. Sebutan yang jika salah bisa menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Pernahkah kita terpikir, sifat apa yang melekat padanya? Manipulatif? cerdas memainkan sistem dan celah? Apalagi?

Salah-salah kita tak sadar sedang mempelajari dan diajari di lingkungan yang ‘sama’ seperti Gayus. Lingkungan yang manipulatif. Lingkungan yang serba bercelah. Dan kita menikmatinya. Naudzubillah.

Proses learning dalam lingkungan terjadi secara tidak sadar. Tau-tau hasilnya ada. Dan kita tak pernah sadar. Bahkan ketika sadar pun, tak ada yang bisa dirubah.

Menghapus gayus seharusnya menghapus lingkungan gayus. Tak ada yang bisa merubah diri seorang ‘sarjana manipulasi’ kecuali Dia Yang Maha Berkehendak. ‘sarjana manipulasi’ sudah sangat expert dalam bidang manipulasi. Jika ingin perbaikan, jangan bunuh sarjananya, tapi hancurkan sekolahnya.

Bersihkan lingkungan negeri ini dari tiap manipulasi. Sehingga bibit unggul ‘sarjana manipulasi’ tak akan tumbuh. Tanduskan tanah yang sekarang subur menumbuhkan bakal biji Gayus-gayus baru. Dan jangan berikan air yang menyiraminya. Jadikan kemarau agar lingkungan benar-benar tak mendukung tumbuhnya manipulasi.

Kembali kepada kalimat di awal. Lingkungan itu bisa dibuat. Lingkungan tidak taken for granted. Lingkungan itu sistem. Sistem didasari fungsi. Dan manusia adalah fungsi. Sistem yang baik karena fungsi yang baik. Lingkungan yang baik karena manusia yang baik.

Jika ingin menghapus Gayus, jangan jadi bakal Gayus. Jangan tinggal di lingkungan Gayus. Pahami pupuk, tanah, dan air yang menjadikan lingkungan Gayus subur. Fungsi berperan dalam sistem. Dan manusia berperan dalam lingkungan.

Berputar, tetapi fatal. Jika tak berhasil akan menggelinding seperti bola salju, akhirnya negeri ini bangkrut. Jika berhasil, negeri ini maju. Itu konsekuensi.

10 komentar:

  1. intinya saling mengingatkan dalam kebaikan.. tetap istiqomah.. :D

    BalasHapus
  2. tetep istiqomah, sem9a Allah selalu menjaga kita dalam jalan kebaikan... :)
    tak bosan untuk selalu saling mengingatkan dan diingatkan.. :D

    BalasHapus
  3. Amien... nie siapa? ^^

    BalasHapus
  4. haha.. komenx kdobel.. ^^'
    kenalin nama saya ayun.. salam kenal, nov.. hehe.. :D

    BalasHapus
  5. benar-benar artikel yang menggugah mas Nova..
    apalagi untuk quote..
    "manusia manipulatif sudah sangat terbiasa dengan lingkungan yang manipulatif"

    semoga negeri ini semakin baik kedepannya..
    yang penting kita jangan pernah kapok untuk tetap berkreatifitas dan memberikan sumbangsih demi kemajuan negeri tercinta ini..
    sukses selalu..! :)

    *blog ini sudah ditayangkan di ParkirBlogger.Com - numpang promosi mas :))*

    BalasHapus
  6. Hehehe, Wah, okay mas, thank U...

    BalasHapus
  7. Ealah Ayun to, wkwkwk, okay yun... thank U dah nyempetin baca yaa... ^^

    BalasHapus
  8. betewe, nie siapa?? duh maap lupa..

    BalasHapus
  9. oalah ayun to, hehehe...

    BalasHapus