Minggu, 05 September 2010

Kejumudan di Kompleks Perumahan

Mencoba menulis kembali sejak beberapa saat tak menulis. Mood, emang musuh para penulis. Ga ada mood ga ada tulisan. Konsekuensi yang hampir jadi sebuah hukum. Padahal ga bagus juga terlalu tergantung ama mood. Hmph, btw, kangen ma temen-temen FLP nie. Mungkin gara-gara itu juga jadi jarang nulis. Ga ada semangat.

Tapi ga bisa dibiarin. Nie harus mulai menulis lagi. Mulai.

Masalah yang ingin aku jabarkan di sini mengenai kondisi kompleks perumahan seperti perumahan karyawan PKT yang saat ini aku berada di dalamnya. Dari kecil aku hidup di sini. Tapi baru sekarang aku sadar, ada yang kurang tepat. Mungkin karena aku mulai belajar banyak hal ketika kuliah di jogja.

Satu masalah yang sangat menggangguku adalah suasana di sini begitu seragam. Keberagaman tak muncul layaknya pemukiman desa dan iklim kampus UGM. Bagi sebagian orang itu bukan masalah, tapi ga buatku. Coba bayangin, gimana pertumbuhan seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan yang homogen dan seragam??? Jelas mindset dan jalan pikirannya akan mengarah pada kondisi seperti itu.  Berbeda halnya jika sejak awal anak dihadapkan pada kondisi yang serba beragam. Pikirannya akan lebih wise dan bijak menerima perbedaan.

Mungkin ini pandangan subyektif, tetapi kecenderunganku dan temen-temen lain yang dari Bontang seperti itu. Awal berada di kampus, kami kaget. Pasti. Karena suasana keseragaman yang mendidik kami sejak kecil berubah total menjadi keberagaman yang luar biasa. Alhasil kami terbagi dalam dua blok besar, kelompok yang tertutup dan tak mampu bergaul dengan baik dan kelompok yang dengan instan melepaskan jubah keseragaman dan melebur hingga tak berbentuk dalam masyarakat luas.

Mungkin sebagian lagi ada di kelompok ketiga. Kelompok yang mengerti bahwa lingkungan telah berbeda dan berubah, maka dirinya mulai belajar untuk melebur dengan lingkungan tanpa harus meninggalkan dirinya sendiri. memang butuh waktu, tapi daripada tidak sama sekali.

Kondisi perumahan PKT ini harusnya dirubah. Secara kodrat, manusia memang diciptakan berbeda-beda, walaupun tidak berarti mengkultuskan perbedaan. Secara wajar, ketika manusia bermasyarakat akan menumbuhkan perbedaan-perbedaan dalam tubuh  masayarakat itu sendiri. hanya tinggal bagaimana perbedaan itu akan tetap tunduk dalam sistem dan kaidah yang berlaku dan disepakati bersama.

Sama seperti guru yang memiliki kewenangan besar di dalam kelasnya. Antara satu guru dan guru lain pasti punya karakter dan cara mengajar yang berbeda-beda, akan tetapi bagaimanapun mereka mesti tetap tunduk dalam sistem akademik yang berlaku dalam sekolah.

Yah, sekedar curhatan ga jelas dariku. Mungkin lebih lengkapnya adalah kegelisahan yang muncul karena bayang-bayang dan imajinasi pikiranku yang memang ga ilmiah. Kalo mau ilmiah harusnya dibuat penelitian mengenai kecenderungan pertumbuhan pemikiran anak-anak PKT. Cuma siapa yang mau neliti begituan ya, hehehe.

Yah sudahlah, mudah-mudahan ada yang baca dan kita bisa diskusi mengenai ini. Alhamdulillahnya kalo yang baca juga termasuk salah satu anak perumahan, sepertiku, hehehe.

5 komentar:

  1. Assalamualaikum
    pada fase terbentuknya karakter dn kepribadiab seorang anak, orang tua dn lingkungan berperan sngat besar..

    pran orng tua lah yg sebenarnya sngat dominan disini,, ketika lingkungan tak lg kondusif..
    sayangx.. sebagian besar (ato mlh smua??) ortu,, tak sadar,, bahwa sdng mmbentuk ankx mnjadi generasi2 yg yah... qta semua tw lah...

    kecuali ank itu sendiri,, punya prisip, dn tman bergaul yg positip..
    tapi itu pun bs di htng memakai jari...

    sekarang tugas qta,, yg sdh lbh baik
    menasehati dn memberi teladan kepada tmn2, ad'2, dn semua orng disekitar qta jd lbh baik...

    untuk itulah,,
    sya yg kbetulan ada d jogja
    stidakx ingin mmbantu saudara2 sya,, yg satu kampung ini
    melalui suatu wadah
    yg bernama HMB.. (jujitsu jg si)
    InsyaAllah sya sdng usahakan mncapai itu...

    andaikata teman2 merasa trtrik dn terpanggil
    mari sma2 qta berbuat apa yg bs qta perbuat..
    berikan apa yg bs qta berikan
    mnusia yg bermanfaat, ialah mnusia yg bs brguna untuk orng lain..

    nanti bs qta sharingkan...

    matur nuwun...

    BalasHapus
  2. okay, thank U wo dah nyempetin baca... ^^

    BalasHapus
  3. hahaha! betul betul...trnyta kultur qta di sana yg trlalu spt itu yg mmbuat qta mjd aneh di sini (baca: di jogja). kukira ini cm mslah kecil, tpi trnyta mlah bsa jdi mslah yg kompleks. apalagi klo salah menyikapinya. so, kira2 solusi apa ya yg bsa qta lakuin? (nah lohh! hehe.)

    BalasHapus
  4. Simpel sebenarnya, ketika sudah menginjakkan kaki di tanah rantau jangan menutup diri, sebaliknya buka diri, ada banyak kesempatan beasiswa, exchange, organisasi, lomba, asisten dosen, asisten lab, grader, part time job, dsb.... ikuti sebanyak mungkin hal baru yang kita bisa.... jangan jadi 'kupu-kupu'... buka mata dan nikmati segala pengalaman dinamis dan dunia baru yang akan memberikan kita bekal di masa depan... rasakan perubahan dan benturan-benturan budaya antaa lingkungan dengan diri kita, nikmatin itu semua dan jangan pernah lari kalo ngerasa ga nyaman.... just simple right?

    BalasHapus