Minggu, 18 April 2010

Keniscayaan Ujian Pemuda



Hasan Al-Banna mengatakan bahwa seorang pemuda memiliki kekuatan terbaik dari seorang manusia. Hal itu dibuktikannya dengan langkah nyata, pendidikan yang fokus kepada pembentukan generasi ummat. Beliau percaya bahwa peradaban Islam pasti akan muncul di tangan pemuda. Sama seperti da’wah Nabi dan Rasul yang terekam dalam Al-qur’an. Da’wah itu selalu dipanggul di atas pundak pemuda.

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Ar-Rum: 54)

Sejarah membuktikan bahwa perubahan selalu berasal dari kebeningan telaga yang menggelegak dari hati para pemuda. Kemiskinan yang menjadi momok bangsa Amerika Latin diubah oleh Che dengan revolusinya di Cuba. Kemerosotan ekonomi Jerman diubah oleh Hitller dengan faham fanatisme rasnya. Sayyid Qutbh, Hasan Al-Banna, Hasan Hanafi, Khomeini, bahkan hingga generasi Tabi’it Tabi’in, semuanya adalah pemuda dengan perubahan yang dibawanya masing-masing.

Impian, harapan dan cita-cita seorang pemuda begitu tinggi. Ditambah lagi kekuatan dan keberanian yang dimilikinya. Semua potensi yang dimiliki oleh seorang pemuda mengantarkannya pada strata tertinggi dari barisan para pejuang. Ibarat sebuah pohon, pemuda adalah pucuk tertingginya. Dan dengan posisi itu, pemuda niscaya menanggung amanah yang terberat dalam kehidupan.

Teringat sebuah pepatah, “makin tinggi pohon makin kencang angin bertiup.” Makin tinggi tingkatan dan kekuatan yang diberikan, cobaan itu akan semakin besar.

Jika pepatah ini dibawa dalam konteks pemuda, maka pemuda sunnatullahnya memiliki cobaan yang paling berat semasa hidupnya. Dalam keadaan emosi yang masih labil, keinginan yang berlimpah, angan yang panjang dihanyutkan dalam lingkungan yang hedonis, apatis, dan serba instan. Pemuda dengan segudang amanah di pundaknya harus mampu melewati hadangan internal dan eksternal ini.

Pemuda yang lemah akan mati dalam cobaan kenikmatan. Dan pemuda yang berhasil melewatinya akan terus diuji dengan angin yang lebih kencang. Wajar jika pemuda diberikan cobaan yang berat. Karena dari tangan-tangan merekalah diharapkan sebuah perbaikan.

Allah berperan besar dalam mempersiapkan kader-kader-Nya. Seorang pemimpin selalu lahir dari seleksi alam yang berat. Dan pemuda sebagai generasi kepemimpinan sudah sewajarnya mendapatkan ujian yang sangat berat. Seperti besi yang dipanaskan, ditempa, dan direndam berkali-kali akan menghasilkan pedang yang tajam.

Terakhir, teruntuk dirimu para pemuda. Kesabaran seorang pemuda memang tipis. Emosi yang menggelayut menjadikan kesabaran begitu sulit. Apalagi jika dengan kesabaran itu, masalah yang datang begitu besar dan tak kunjung hilang. Akan tetapi ingatlah logika besi yang ditempa dan dibakar. Makin kencang tempaan dan panas api yang membakar, akan menghasilkan pedang yang semakin tajam. Makin keras dan berat ujian yang diberikan, makin handal generasi kepemimpinan yang dihasilkan.

Allah yakin, pemuda tidak seperti kayu lapuk yang akan hancur dengan segelintir benturan. Allah yakin pemuda ibarat besi yang kan makin gagah dan kokoh dengan tempaan api. Bersabarlah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar