Minggu, 28 Februari 2010

Wanita… Oh Wanita… Hehehe….

Pria-pria sekuat Napoleon Bonaparte, Adolf Hitler, dan Soekarno mendadak jadi begitu kerdil ketika kisah mereka dengan makhluk bernama wanita terkuak. Gimana nggak? Pria-pria yang dikenal sebagai leader-leader dan inspirator banyak jiwa ini terlihat begitu lemah, bahkan lebih lemah ketika berhadapan dengan wanita dibanding dengan musuh-musuhnya yang bersenjata granat. Contohnya mungkin bisa kita cari lewat google atau wikipedia, soalnya kalo’ dibahas di sini mungkin bakal ngabisin berlembar-lembar kertas putih yang bisa aja nambah parah masalah global warming yang sampai sekarang belum selesai. Atau mungkin juga penulis ga’ nyantumin soalnya pas nulis ini lagi ga’ berhubungan ma dunia maya, males melangkahkan kaki ke warnet, sementara buku yang terkait pun ga’ ada, yah wacana ini ditelan aja mentah-mentah, kalo’ ada yang ga’ percaya bisa nyari informasinya sendiri. Hehehe…

Yang pasti hal ini menjadi pembicaraan yang menarik di kalangan pria-pria yang mengaku kuat, atau sedang belajar ingin menjadi kuat. Wanita memang menjadi masalah utama mereka, walaupun sebenarnya kita tidak seharusnya sepakat untuk mengatakan bahwa wanita memang masalah. Hanya saja, seringkali aktivis-aktivis kampus yang berkali-kali mengucapkan “Merdeka atau Mati!!”, “Hidup Mahasiswa!!”, “Hidup Rakyat Indonesia!!”, atau apalah itu kata-kata sejenisnya, bertekuk lutut dihadapan singgasana keindahan dunia yang disebut wanita. Entah karena kurangnya asupan gizi dan doktrinasi yang diberikan oleh organisasi kampus mengenai permasalahan bangsa sehingga bisa menyingkirkan masalah-masalah yang bisa dianggap ‘tidak penting’, atau memang ini adalah takdir dari jalan hidup pria???

Bisa salah satu dari keduanya, bisa juga keduanya menjadi alasan. Yang jelas Umar bin Khattab pun secara gamblang pernah mengatakan bahwa beliau begitu takutnya berjalan di belakang wanita karena godaan yang bisa saja tiba-tiba menyergap. Hmm… kalo dipikir-pikir, sekelas Umar bin Khattab saja bisa setakut itu dengan wanita, mungkin ada benarnya jika kita berpikir wanita memang sumber utama kelemahan pria. Berarti mungkin benar jika kita mengatakan, pertekukan-lutut para pria dihadapan wanita merupakan bentuk takdir yang harus dijalani oleh pria. Tidak bisa digeneralisir memang, tapi tidak salah juga kan jika ‘teori’ ini menjadi acuan diskusi kita ini? J

Yup…. Wanita… makhluk satu ini memang luar biasa. Entah apa yang bisa begitu menarik dari makhluk satu ini sehingga sihirnya bisa lebih ampuh dari ‘ekspecto petronum’ Harry Potter (bener ga sih tulisannya). Kalo diliat-liat padahal yah biasa aja, sama-sama punya mata, hidung, telinga, tangan, kaki. yah… tapi kenyataannya ada sesuatu yang terpendam yang membuat wanita begitu mudahnya menaklukkan seorang pria… wanita yang dipercaya memiliki lembayung warna pelanginya itu bisa dengan mudahnya menghipnotis kesuntukan pria menjadi embun bahagia, kelemahannya menjadi kekuatan tak ternilai, dan segalanya yang jelek-jelek menjadi bagus-bagus.

Walaupun tidak selamanya begitu juga kawan. Mungkin ada baiknya kita melihat dari sudut pandang negatif untuk menyeimbangkan sudut pandang positif yang telah diulas. Barusan tersiar kabar di televisi bahwa seorang pria tewas gantung diri karena wanita yang dia cintai selingkuh dengan pria lain, tragis sekali. Kisah-kisah yang banyak beredar di dunia dongeng ternyata terjadi juga di dunia nyata. Tidak Cuma itu, di lain tempat dengan waktu yang berbeda, seorang pria menceburkan dirinya di sungai yang sangat deras alirannya, berniat mengakhiri hidupnya di tempat tersebut, dengan alasan cintanya ditolak oleh wanita yang sangat dicintainya.

Beberapa dari kita mungkin mencibir, mengernyitkan dahi, atau bahkan menghina orang-orang tersebut di dalam hati kita. Yah, banyak dari kita akan mengatakan bahwa orang-orang tersebut mikir pendek banget, ga punya semangatlah, lemahlah, atau apalah ungkapan-ungkapan yang lebih cocok ditujukan untuk mereka yang mengalami hal yang mirip seperti itu. Mungkin kita benar dengan menganggap mereka seperti itu, mungkin juga kita salah. Ingatlah sobat, fakta ini berulang kali terjadi dan hal-hal tersebut kisah nyata, bukan rekaan fiksi atau cerita dari negeri antah berantah. Kejadian-kejadian itu muncul dari masyarakat kita, masyarakat Indonesia. Tidak ada yang tahu, apakah jika kita menghadapi masalah yang sama seperti mereka hadapi, kita akan lebih baik dalam bersikap atau bahkan lebih buruk dalam bersikap. Sekali lagi perlu diingat, bahwa wanita memang menjadi pusat terlemah yang dimiliki oleh pria. Itu benar, setidaknya didasarkan oleh ‘teori’ yang kita sepakati di awal diskusi kita tadi. (maksa banget ga sih??)

Sobat, banyak dari kita yang pernah atau bahkan sedang mengalami masalah berat terkait dengan wanita. Entah ditinggal lah, dibuang lah, atau tidak dihiraukan lagi. Mungkin masalah itu begitu beratnya sehingga membuat agenda-agenda yang sudah kita rencanakan gagal total, berantakan, atau mungkin sampai pada tataran disorientasi diri. Hal-hal ini sering terjadi di lingkungan para aktivis pria yang begitu sibuk dan memegang bejibun amanah. Kadang sampai ga mau makan, ga mau ngenet, ga mau jalan, maunya tidur terus di atas kasur mendengarkan lagu-lagu slow ala Phill Collins atau instrumental ala One litre of tears.

Wajar… tapi berbahaya… banyak dari pria-pria itu akhirnya sadar dan bangkit kembali dalam waktu yang relatif singkat, namun banyak juga yang tetep aja begitu dari waktu ke waktu, bahkan makin parah dan makin dalam masuk ke jurang. Kalo udah gitu susah banget ditarik ke atas. Alih-alih mau membantu malah makin menjatuhkan dirinya lebih dalam ke dasar jurang.

Kejadian semacam ini memang punya bermacam-macam solusi dan penyelesaian, tergantung dari kondisi lingkungan dan pria itu sendiri. Tetapi yang jelas, satu argumen yang harus dipegang teguh oleh para pria yang mengaku dirinya kuat adalah, “Harga diri adalah segala-galanya”. Kita boleh sedih, kita boleh suntuk, kita boleh nangis mungkin, kita boleh lemah atau bahkan sampai sakit gara-gara wanita, wajar, namanya juga pria, tetapi argumen tadi ga boleh ilang dari diri kita ketika memang kondisi itu datang dan mengelilingi kita.

Dalam sebuah seminar, ada sebuah masukan yang sangat berharga, tepatnya ketika pembicara seminar tersebut menceritakan titik balik yang membuatnya bangkit dan menjadi penulis buku yang cukup sukses. Luar biasanya, titik balik yang membuatnya bangkit dan tidak ingin menyerah justru ada ketika permasalahan tentang wanita muncul dalam kehidupannya. Singkat yang bisa diceritakan, bahwa dia mengalami keputus-asaan yang sangat karena wanita yang telah menjadi tunangannya tiba-tiba menikah dengan pria lain secara tiba-tiba. Begitu depresinya sampai-sampai bunuh diri menjadi jalan keluar yang terpikir dan hampir dilakukannya.

Hampir… untungnya Tuhan berkehendak lain. Dengan hidayah dan anugerah-Nya, Dia berikan kekuatan pada pembicara ini, dan membuatnya sadar bahwa dirinya terlalu berharga untuk mengakhiri hidup seperti ini. Alhasil dia akhirnya sadar, bahwa “Harga Diri” jauh lebih berharga daripada sesosok keindahan yang bisa juga menjadi racun paling menyedihkan bagi kehidupan para pria.

Kita boleh hancur karena wanita, beberapa dari kita dan pasti kebanyakan dari kita pernah merasakan hal seperti itu. Mungkin juga beberapa dari kita sedang mengalaminya. Apapun itu masalahnya, dan betapapun perihnya, Boyz never cry. “Harga Diri” adalah segalanya, dan dengan itu seharusnya semangat pembalasan dan pantang diinjak menjadi pemacu paling efektif diri kita untuk meraih impian dan perubahan kita ke arah yang terbaik.

Pernah menonton film Ketika Cinta Bertasbih kan? Pasti masih ingat berapa kali seorang Abdullah Azzam mengalami keputus-asaan karena berkali-kali Allah menghendaki kegagalan menikah atasnya. Ga’ tau deh gimana perasaan kita kalo jadi seorang Azzam, bisa jadi kita bakal marah-marah dan menganggap Allah ga’ adil, seperti Aming di filmnya yang berjudul ‘doa’. Tapi faktanya Azzam yang begitu banyak mengalami kegagalan dan kesedihan tetep tegar-tegar aja tuh, ga minder dan jatuh sejatuh-jatuhnya. Endingnya pun bisa ditebak, dengan sikap seperti itu, Allah memberikan yang terbaik untuknya, persis seperti yang Ibunya inginkan, seorang Anna.

Allah akan memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya, walaupun mungkin yang terbaik bukanlah yang disenanginya, walaupun mungkin yang terbaik adalah sesuatu yang menyakitkan untuk diri hamba-Nya.

Keep fokus…. N do the best… buat orang tua,, sahabat, dan diri kita sendiri….

SEMANGAT!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar