Sabtu, 13 Februari 2010

Pilihan.....

Aku pernah merasakan jatuh. Sangat jatuh, dimana seolah waktu berputar kian lambat, diiringi oleh rasa asam yang berkubang dalam hatiku. Peristiwa itu bahkan masih teringat olehku, hingga saat ini, menjadi trauma tersendiri yang sedikit banyak mempengaruhiku. Membuatku takut dengan perjalanan hidupku yang mirip dengannya di masa sekarang ataupun masa depan. Trauma itu membekas begitu dalam, seolah telah terukir dan menjadi luka wajah yang tak bisa hilang, yang setiap orang bisa melihatnya walau hanya sekilas, bahkan dengan sakit dan duka yang bercerita dibaliknya.

Jika bisa aku ingin melupakan kisah itu. Membuangnya jauh-jauh, atau menguburnya dalam-dalam sampai tanah itu sendiri tak mengetahui keberadaannya. Namun mungkin belum cukup waktuku tuk mencapai kedalaman itu. Mencapainya butuh waktu yang panjang, dan berbagai peristiwa yang datang menimpa silih berganti, menjadikanku sesosok baru, yang mungkin membuatku lupa siapa diriku.

Dan saat ini, sebelum aku mampu mengubur dalam kisah tragis itu, keadaan mengingatkanku pada kisah itu, dengan segala sakitnya, ketakutannya, kekhawatirannya, kegelisahannya, keputus-asaannya, keterombang-ambingannya, segalanya. Keadaan ini entah terasa begitu mirip.

Entah, aku tak tau, apakah memang ini keinginan-Mu Yaa Rabb? Mengenalkanku dengan kebahagiaan di awal, lalu menempatkanku pada posisi yang sama dengan posisiku di kisah itu, lalu mengakhirinya dengan kehancuranku? Apakah Engkau ingin mendidikku dengan cara-Mu ini Yaa Rabb??? Atau ini semua berawal dari kesalahanku sendiri? Yang tidak berhasil lulus ujian pembuka-Mu? Lalu kau tentukan bahwa akhir dari hamba-Mu yang tak lulus adalah merasakan sakit yang pernah dia rasakan sebelumnya? Yang mana yang akan Kau kehendaki untukku Yaa Allah?

Jika boleh aku mengingatnya kembali, kisah itu, aku mendapati kesalahan yang fatal telah aku lakukan, yaitu keterombang-ambingan. Ketidak-tegasan dan kepasrahanku pada keadaan yang menggiringku akhirnya pada rasa sakit, karena harapan yang begitu lama kunanti akhirnya pupus. Kesalahan itu yang kini membayangiku. Kesalahan yang tidak ingin kuulangi kembali pada kisah saat ini, yang begitu mirip.

Hanya seekor keledai yang akan terjatuh pada lubang yang sama. Mungkin prinsip itu yang saat ini terpikir olehku. Jika di masa yang lalu aku mendapati diriku begitu bodohnya dipermainkan keadaan karena sifat pasrah dan keterombang-ambingan, maka hal itu akan kucoba hapus saat ini.

Afwan jika pilihanku untuk bersikap ternyata menyakiti. Aku mohon maaf… aku harus belajar dari masa lalu, dan menghindari lobang yang sama yang dulu sempat membuatku terjatuh dalam dan terluka parah.

Kadang yang terbaik memang tidak selamanya menyenangkan. Yang terbaik justru sering terasa sangat menyakitkan. Entah untukku, mu, nya, atau siapapun.

Afwan…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar