Rabu, 26 Oktober 2011

Outliers

‘Luck’

Pernahkah terpikir, kesuksesan berkaitan erat dengan tanggal lahir? Ini bukan zodiak atau astrologi. Ini logika yang sering terlewat dari perhatian kita. Menariknya pembahasan ini juga terkait dengan variabel lain yang tak pernah terbayangkan ikut mempengaruhi kesuksesan seseorang. Dan karena variabel independen ini ternyata begitu sering muncul dalam biografi kesuksesan para ‘outliers’, maka dapat dikatakan bahwa mereka (baca: variabel independen) berperan sama pentingnya dengan kerja keras dan IQ.

Kita sering menyebutnya ‘Hoki’ atau ‘Luck’. Beberapa yang agak alim menyebutnya ‘anugerah’ atau ‘karunia’. Intinya sesuatu yang sangat berharga, secara ‘gratis’ kita dapatkan dan tidak semua orang mendapatkannya. Contohnya, ada seorang mahasiswa yang harus belajar karena besok ada quiz. Eh, malamnya ternyata ada pertandingan Indonesia vs Malaysia. Sebagai orang awam yang imannya turun naik, mahasiswa ini memilih belajar sambil menonton. Nah, mahasiswa ini menonton sambil merebahkan dirinya di atas karpet lengkap dengan bantal dan guling dan karena tidak kuat melawan godaan syaiton mahasiswa ini akhirnya tertidur pulas.

Keesokan paginya, dapat ditebak seperti apa ekspresi mahasiswa ini. Bangun dengan wajah sumringah tapi asem, dia buru-buru mandi dan secepat kilat membuka buku untuk belajar sedikit plus sarapan roti yang dia makan dalam sekali telan. Tak terasa jam kuliah segera dimulai, dengan cekatan mahasiswa ini mengambil kunci motor dan menggeber motornya hingga tidak jelas mana valentino rossi mana mahasiswa. Setelah sampai di kelas, wow, keberuntungan menyertainya karena di depan pintu tertulis kuliah ditiadakan karena dosen berhalangan.

See? Ketiadaan kelas itu merupakan keberuntungan bagi mahasiswa tersebut dan bisa jadi merupakan kesialan bagi mahasiswa lain. Pun jika seluruh mahasiswa menganggapnya keberuntungan, tidak semua mendapatkan keberuntungan itu kan? Toh lebih banyak mahasiswa yang tidak belajar karena besok ada quiz dan akhirnya harus menulis surat “Bu/Pak, maaf saya tidak tau jawaban soal quiz ini, mungkin jika ada quiz berikutnya saya bisa lebih maksimal”.



Kesempatan

Dalam bukunya, ‘Outliers’, Malcolm Gladwell menunjukkan bahwa faktor ‘luck’ inilah yang justru berperan penting menghasilkan kesuksesan, disamping faktor kerja keras dan kerja cerdas. Salah satu contoh, ditunjukkan oleh komposisi pemain tim junior nasional Cekoslowakia yang mengikuti turnamen Piala Dunia Junior sebagai berikut:

No. Nama (Inisial) Bulan Lahir
1. MG Januari
2. LF Januari
3. PJ Januari
4. JD Januari
5. JM Januari
6. MH Januari
7. MS Februari
8. JV Februari
9. JS Februari
10. TO Februari
11. LM Februari
12. OK Februari
13. RP Maret
14. OA Maret
15. MS Maret
16. MF April
17. TP Mei
18. LK Juni
19. TM Juni
20. TC Agustus
21. TF September

Lihat?? Komposisi pemain didominasi oleh kelahiran Januari, Februari dan Maret. Hal ini bukan kebetulan karena ternyata fenomena ini juga terjadi pada komposisi pemain Hoki pada tim Medicine Hat Tigers tahun 2007. Barnsley, seorang psikolog tahun 1980-an lah yang pertama kali menemukan fenomena usia relatif pada komposisi tim olahraga.

Penjelasan ini sama sekali tidak mistis. Penyebabnya adalah batasan umur penerimaan untuk berbagai kelas usia pemain Hoki dan sepakbola tersebut adalah 1 Januari. Artinya seorang anak yang berusia sepuluh tahun dan lahir tanggal 2 Januari bisa bermain bersama anak yang berusia sepuluh tahun tapi lahir di akhir bulan Desember. Dan faktanya kesenjangan usia hingga 12 bulan merupakan hal yang vital bagi dunia olahraga yang mengutamakan ukuran tubuh dan kematangan emosional.

Perbedaan ini awalnya tidak terlalu besar, hingga suatu ketika para pencari bakat akan mencari pemain-pemain terbaik di satu angkatan, berdasarkan ukuran tubuh dan kematangan emosionalnya  untuk dimutasi ke level yang lebih tinggi. Dan mudah ditebak, anak-anak yang lahir pada bulan-bulan awal mayoritas punya ukuran tubuh lebih besar dengan kematangan emosional yang lebih baik. Pada level yang lebih tinggi, anak-anak yang beruntung ini akan menerima pelatihan dua sampai tiga kali lipat dibanding level sebelumnya. Maka perbedaan yang awalnya kecil semakin besar akibat treatment yang lebih baik.

Bill Gates

Keberuntungan ini juga menyertai kehidupan Bill Gates, pendiri Microsoft yang legendaris itu. Kebanyakan kita menganggap bahwa keberhasilan Bill Gates semata-mata merupakan hasil dari kerja keras dan kerja cerdasnya. Padahal cerita dibalik kesuksesannya jauh lebih rumit. Bill Gates merupakan produk dari keberuntungan.

Bill Gates adalah anak dari seorang pengacara kaya yang memperistri bankir terkemuka. Sewaktu kecil Bill dimasukkan oleh orangtuanya ke Lakeside, sekolah swasta kaya yang berisi anak-anak orang kaya di Seattle.  Di pertengahan tahun kedua Bill di Lakeside, sekolah itu mendirikan sebuah klub komputer. Tahun itu Lakeside membeli sebuah terminal komputer seharga 3000 dollar.

Hal ini luar biasa mengingat tahun itu adalah 1968. Dimana banyak universitas bahkan tidak memiliki komputer di era 1960-an. Dan yang lebih mencengangkan adalah jenis komputer yang dibeli oleh Lakeside, yaitu komputer bersistem time sharing yang bisa digunakan bersama-sama dengan sambungan langsung dengan komputer mainframe di tengah kota Seattle. Padahal saat itu komputer umumnya masih menggunakan program dengan sistem kartu komputer yang melelahkan.

Sejak saat itu Bill menghabiskan waktunya di dalam ruang komputer Lakeside. Dia dan teman-temannya mengajarkan diri mereka sendiri tentang bagaimana mengontrol alat yang aneh ini.

Keberuntungan datang kembali. Suatu ketika sebuah perusahaan penyewaan komputer menawarkan pada Lakeside untuk menguji program perangkat lunak dengan kompensasi waktu penggunaan komputer secara gratis (ini berharga mengingat saat itu waktu penggunaan komputer dibatasi). Dan Bill mengambil kesempatan itu. Dia semakin tenggelam dalam keasyikan pemrograman komputer ketika siswa sebayanya tidak pernah belajar pemrograman.

Perusahaan tersebut bangkrut dan kemudian Bill pindah untuk bermain komputer di pusat komputer University of Washington. Tak lama kemudian mereka bertemu perusahaan yang mengizinkan mereka menggunakan komputer dengan gratis dengan syarat mau membuat sebuah perangkat lunak yang bisa digunakan untuk mengotomasisasi pembayaran gaji. Bill semakin larut dalam keasyikannya melakukan pemrograman, hingga tahun 1975 komputer booming dan Bill siap menghadapi zaman itu berbekal 10.000 jam pergelutannya dengan bahasa pemrograman sebelumnya.

Keberuntungan lainnya adalah umurnya. Umur Bill saat itu adalah umur yang sangat tepat dalam menghadapi masa booming komputer. Karena jika dia terlalu muda, dia masih harus kuliah sehingga kalah cepat dalam bersaing menyambut masa booming komputer, dan jika dia terlalu tua dia pasti sudah bekerja di IBM dan tidak bisa menjadi leader dalam masa booming komputer pribadi. Faktanya adalah dua orang leader di bidang komputer saat ini punya tahun kelahiran yang sama, Bill Gates dan Steve Jobs, dilahirkan pada tahun yang sama: 1955.

Refleksi

Seringkali kita memandang bahwa kesuksesan yang kita dapatkan berasal dari kerja keras dan cerdas kita. Yah ibarat kacang lupa kulitnya. Kita lupa bahwa justru hal-hal di luar kuasa dan kendali kita adalah yang paling berkuasa dan mengendalikan keberhasilan kita.

Tim sepakbla Cekoslowakia, Bill gates, Steve Jobs, Bill Joy, Joy Flom, The Beatles dan banyak lagi outliers lainnya merupakan hasil dari keberuntungan yang mereka dapatkan (selain kerja keras mereka tentunya). Mereka dilahirkan, hidup, berkembang, belajar, dan mendapatkan kesempatan-kesempatan yang tidak semua orang mendapatkannya. Jelas akan sangat sulit bagi mereka untuk duduk di atas singgasananya sembari melihat ke bawah dan mengatakan bahwa semua adalah hasil kerja keras mereka.

Lalu bagaimana dengan kita? Pernahkah kita merenung bahwa kesuksesan yang kita capai sekarang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar kemampuan diri kita, di luar kendali kita, di mana faktor-faktor itu hanya dikuasai oleh satu Dzat yang tiada kekuatan yang lebih besar kecuali diri-Nya, Allah? Dan jika memang kita sudah sadar bahwa kesuksesan kita saat ini merupakan hadiah dari kesempatan dan keberuntungan yang diberikan-Nya di masa lalu, maka kenapa kita harus takut menghadapi masa depan? Bukankah kesempatan dan keberuntungan yang mengantarkan kita pada kesuksesan di masa depan masih berada di genggaman-Nya hingga hari ini?

:)

Sekedar renungan, untukku dan untukmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar