Selasa, 13 September 2011

Hikmah


Tanggal 12 September malam Allah mengizinkan Bontang kedatangan seorang ustadz yang sering dipanggil dengan sebutan Uje’, alias Ustadz Jefri. Untuk temen-temen yang berhalangan hadir berikut saya tulis salah satu poin yang paling mengena buat saya dari tausiyah yang beliau sampaikan.

Selalu ada hikmah dalam setiap kejadian.

Ada sebuah kisah dimana hiduplah seorang raja yang bersahabat akrab dengan seorang ulama. Hobi mereka berdua sama, yaitu berburu hewan liar di dalam hutan. Seperti biasa mereka berburu berdua, melewati hutan-hutan dan menelusuri petak demi petak tanah untuk akhirnya bisa menemukan hewan liar yang mereka cari. Pada hari itu, ada sebuah kejadian yang membuat berbeda. Setelah melakukan penelusuran dalam hutan akhirnya mereka kaget karena seketika muncul harimau yang dengan tiba-tiba melompat ke arah raja dan berusaha memangsanya. Refleks sang raja melawan hingga jarinya tergigit oleh harimau dan putus. Dengan pergelutan yang kuat dan dibantu oleh ulama harimau itu berhasil diusir menjauh.

Sang raja masih mengerang kesakitan karena jarinya putus. Dibopong oleh sang ulama, mereka berdua kembali ke istana sang raja. Selesai diobati sang raja masih saja mengeluh karena jarinya hilang satu akibat gigitan sang harimau. Mendengar sang raja yang terus mengeluh, sang ulama pun berkata, “Wahai sabahatku, bersabarlah, pasti ada hikmah dari kejadian ini”. Sang raja marah, dia merasa ulama tersebut tidak bisa berempati dengan mengatakan perkataan tersebut. Bagi sang raja kehilangan sebuah jari membuatnya cacat dan terlihat memprihatinkan.

Akhirnya dengan kemarahan yang masih membara, raja itu menjebloskan ulama tersebut ke dalam penjara. Setelah beberapa hari ulama tersebut di penjara, raja itu kemudian menemui sang ulama. Sang raja menanyakan apakah sang ulama sudah sadar dengan kesalahannya, namun jawaban sang ulama, “pasti ada hikmah dari semua peristiwa ini”. Sang raja kembali naik pitam, “masih tidak sadar juga”, kata sang raja dalam hati.

Suatu hari sang raja berburu sendirian tanpa ditemani oleh ulama yang masih dipenjara. Seperti biasa sang raja menelusuri hutan, dengan melewati petak demi petak tanah untuk menemukan hewan buruan. Tiba-tiba muncul beberapa orang yang menangkap sang raja dan kemudian membawa sang raja ke dalam sebuah pemukiman pedalaman.

Ternyata orang-orang yang menangkap sang raja tersebut adalah suku-suku pedalaman hutan yang menganut agama dimana salah satu bentuk ibadah yang diajarkan agama tersebut adalah mempersembahkan manusia atau memberikan sesaji pada Tuhannya dengan cara mengorbankan manusia. Alangkah takutnya sang raja yang akan menjadi tumbal pada hari itu.

Namun kemudian ketika sang raja hendak dibunuh dan dijadikan persembahan Tuhan mereka, kepala suku tersebut memperhatikan bahwa anggota tubuh sang raja itu tidak lengkap. Seketika itu kepala suku itu menahan proses persembahan yang akan dilakukan. Kepala suku itu berkata, “kita tidak mungkin memberikan persembahan pada Tuhan kita, manusia yang cacat, lihat, manusia itu kekurangan 1 jari, apa kata Tuhan kita nanti kalau kita memberikan persembahan berupa manusia yang cacat.”

Singkat cerita akhirnya sang raja tidak jadi dijadikan tumbal. Sang raja itu kemudian diperbolehkan untuk pulang. Di tengah perjalanan pulang, sang raja itu sadar, “ah, inilah hikmah dibalik peristiwa kehilangan jari yang menimpaku,” kata sang raja dalam hati.

Sesampainya di istana, sang raja buru-buru menceritakan kisahnya kepada sang ulama. Dengan sumringah sang ulama berkata, “Allahuakbar, ternyata inilah hikmahnya, dengan kejadian ini pula Allah menyelamatkan nyawaku,” kata sang ulama. Sang raja heran, bukankah yang terselamatkan itu nyawa sang raja, bukan nyawa sang ulama.

Sang ulama kemudian melanjutkan penjelasannya, “Wahai sahabatku, kita selalu pergi berburu berdua. Jika engkau tidak memenjarakanku, kita pasti akan berburu berdua pada hari itu. Kemudian kita berdua akan ditangkap oleh suku itu. Saat prosesi persembahan dilakukan, mereka melihat jarimu yang tidak lengkap dan tidak jadi menjadikanmu tumbal. Jika engkau tidak jadi ditumbalkan, maka pastilah aku yang akan menjadi tumbalnya karena jariku lengkap, Allah menyelematkanku dengan penjara ini sahabatku.”

Sang raja tertegun. Allahuakbar. Begitu sayangnya Allah, hingga menyelamatkan dirinya lewat jalan yang dibenci oleh sang raja.

Seringkali kita merasa bahwa Allah tidak sayang kita karena memberikan cobaan yang berat pada kita. Seringkali kita mengeluh, menuntut, mempersalahkan Allah atas keadaan kita sekarang. Padahal jika kita sudah berusaha dan melantunkan doa-doa terbaik, seharusnya kita yakin bahwa Allah pasti mengabulkan doa-doa dan memberikan reward atas ikhtiar yang kita lakukan.

Tidak boleh seorang muslim berputus asa dari rahmat Allah. Karena selalu ada kemudahan dalam setiap kesulitan. Dan selalu ada kemudahan dalam setiap kesulitan. Dua kali Allah mengatakannya dalam Al-Qur’an.

Tetep berjuang, jangan menyerah.

Jangan pernah merasa lelah hingga lelah itu lelah mengejar kita. Jangan pernah berputus asa hingga putus asa itu berputus asa mengejar kita. Dan jangan pernah takut hingga takut itu takut mengejar kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar