Rabu, 17 Agustus 2011

Refleksi 17 Ramadhan

Dunia ini emang sempit gan. Bayangin aja, jauh-jauh ke Bontang ketemunya Ust. Cahyadi Takariawan (sering ngisi kajian di Jogja), Pak Setiyono dan Pak Sumiyana (Dosen FEB UGM) serta Mansyur Ridho (temen PPSDMS). Yang paling mengherankan, ceramah Idul Fitri di masjid raya Baiturrahman akan disampaikan oleh Prof. Dr. Slamet Sugiri, MBA., Akt (Kajur Akuntansi). Healah... :ngakak

Tapi memang dunia ini ditakdirkan Allah sebagai persinggahan yang sebentar dan sempit saja gan. Maka wajar kalo seringkali kita menemui hal-hal yang sederhana muncul dari sesuatu yang kita anggap besar dan rumit. Ilmu manusia memang tidak pernah bisa sampai memahami Ilmu Allah yang luar biasa luas.

Pagi ini motivasi menulis muncul disebabkan oleh begitu banyak kegelisahan dari ceramah-ceramah luar biasa sejak 1 Ramadhan hingga 17 Ramadhan. Bontang emang Subhanallah, banyak mengundang ustadz-ustadz cerdas dari berbagai penjuru Indonesia. Banyak sekali perenungan yang pas dalam konteks kita sebagai mahasiswa. Dan lebih khusus kita sebagai mahasiswa tingkat akhir yang sudah di ujung tanduk dalam persiapan menghadapi the real life.

Jika seluruh manusia terdahulu dan belakangan berkumpul semua dalam suatu tempat, lalu mereka meminta permintaan paling banyak, dan seluruh permintaan itu kemudian dikabulkan, maka tidak akan mengurangi apa yang ada pada Allah, kecuali seperti sebatang jarum yang dicelupkan ke dalam lautan yang luas, lalu diangkat kembali. Air yang tersisa pada jarum itulah seluruh permintaan terbanyak manusia, dan lautan luas itulah milik Allah,” kata seorang ustadz.

Subhanallah, seringkali kita malas berdoa dan curhat ke Allah, karena takut ngerepotin. Kita menganggap Allah repot mengurusi manusia yang masing-masing punya masalah dan punya doa yang berbeda-beda. Padahal hadits yang kurang lebih dikatakan ustadz di atas menjawabnya. Emang kita siapa akhi, ukhti? Emang kita siapa ngerasa ngerepotin Allah??

Berdoalah yang banyak. Minta sama Allah, karena logikanya kalo kita ga minta sama Allah, pasti kita minta sama selain Allah. Padahal “Hanya kepada-Mu aku meminta dan hanya kepada-Mu aku memohon pertolongan.” Logika ini jelas akh, ukh. Ayo minta yang banyak, “Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah.

Ustadz Cahyadi menceritakan kisah seorang tukang becak yang tidak punya harta untuk bisa naik haji. Tapi tukang becak ini yakin sama Allah. Dia ga putus asa dari rahmat Allah. Maka kemudian dia melakukan sebuah cara sebagai ikhtiarnya untuk bisa naik haji. Agan tau apa yang dia lakukan? Dia berkomitmen untuk menshadaqahkan jasa narik becaknya setiap hari jumat. Sehingga ketika ada penumpang di hari jumat, akan dia gratiskan. Tapi imbalannya, dia meminta untuk didoakan sama penumpang yang sudah dia antar, agar dia bisa naik haji.

Dia yakin sama Allah dan ga berputus asa dari rahmat Allah. Dia lakukan itu dengan rutin dari bulan ke bulan. Hingga suatu ketika ada seorang penumpang yang datang dari terminal dan minta diantar ke suatu tempat. Tukang becak ini pun mengantarkannya. Karena hari Jumat maka seperti biasa tukang becak ini menggratiskan jasanya dan sebagai imbalannya penumpang mendoakan tukang becak agar bisa naik haji.

Penumpang ini kaget. “Bapak benar-benar ingin naik haji?” kata penumpang itu. “Iya pak, saya ingin sekali naik haji,” Kata tukang becak.

Dengan tersenyum kemudian penumpang ini berkata, “Pak saya ini datang ke Purwokerto untuk mencari calon haji yang akan saya berangkatkan tahun ini. Saya memang sudah berazzam untuk menghajikan 1 orang setiap tahun. Hal ini sudah saya lakukan bertahun-tahun. Dan tempat yang saya tuju ini adalah tempat di mana saya akan mencari siapa orang yang akan saya hajikan. Untuk tahun ini saya berniat menghajikan orang asli Purwokerto. Subhanallah, belum sampai ke tempat tujuan saya sudah diberikan Allah jawaban siapa yang harus saya hajikan. Kalo begitu, Bapak siap-siap saja, besok kita daftar untuk naik hajinya Bapak.”

Allahuakbar! Pertanyaannya sekarang, siapa yang mengatur ini semua? Purwokerto itu luas. Siapa yang mengatur tukang becak itu untuk bisa hadir di terminal dan menunggu di tanggal, jam dan menit yang tepat untuk kemudian bertemu dengan penumpang tersebut? Siapa yang mengatur bahwa penumpang itu harus naik bis, tidak naik kereta atau travel, dan turun di terminal yang tepat? Siapa kemudian yang mengatur bahwa penumpang itu harus berjalan turun dari bis dan memilih becak dari tukang becak yang ingin naik haji tersebut? Siapa yang mengaturnya?

Allahuakbar. Karena kita pahami bahwa tidak ada satupun kejadian di muka bumi ini terjadi kecuali Allah sudah mengaturnya. Karena kita yakin bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu. “Dan tidak ada satu binatang melatapun yang berjalan di atas bumi ini, kecuali Allah memegang ubun-ubunnya”. Subhanallah.

Akhi, dunia ini cuma sementara. Jika kita merasa bahwa dunia ini sulit, sempit, menyengsarakan dan hanya berisi kesedihan, maka bersabarlah karena dunia ini cuma sebentar. Namun jika kita merasa bahwa dunia ini adalah surga kebahagiaan, luas, dan berisi kesenangan, maka ingatlah bahwa ada alam lain yang jauh lebih kekal dan agung.

Ustadz yang tadi malam ceramah mengibaratkan perbandingan lamanya waktu akhirat dengan dunia. Jika kita hidup di dunia selama 70 tahun, maka alam kubur/barzakh adalah 70.000 kali lipat lebih lama dibandingkan dunia. Maka artinya lama waktu di alam barzakh adalah 70.000 x 70 = 4.900.000 tahun.

Setelah alam barzakh kita akan memasuki padang masyhar. Lama kita menunggu di padang masyhar adalah 70.000 kali lipat di alam barzakh. Artinya lama kita menunggu di alam masyhar adalah 70 x 70.000 x 70.000 = 343.000.000.000 tahun.

Lalu setelah padang masyhar kita akan masuk pada hari penghisaban. Di hari penghisaban lamanya adalah 70.000 kali lipat dibandingkan dengan alam masyhar. Maka lama kita hidup di hari penghisaban adalah 70 x 70.000 x 70.000 x 70.000 = 24.010.000.000.000.000 tahun.

Setelah itu kemudian kita akan menunggu keputusan surga atau neraka. Dan keputusan itu lamanya adalah 70.000 kali lipat lebih lama dibandingkan dengan hari penghisaban sampai tak terbatas. Maka lama kita hidup saat masa menunggu keputusan surga atau neraka itu adalah 70 x 70.000 x 70.000 x 70.000 x 70.000 = 1.680.700.000.000.000.000.000 sampai tak terbatas.

Allahuakbar. Sebentar sekali dunia ini akhi, ukhti. Sebentar sekali. Hanya singgah sebentar saja. Kehidupan kita aslinya adalah kehidupan di akhirat. Kehidupan yang luar biasa panjangnya. Kehidupan yang hanya keadilan Allah saja yang bekerja. Kehidupan yang menjadi hasil dari apa yang kita lakukan semasa di dunia.

Pantas jika Rasulullah pernah berjalan dengan para sahabat dan bertemu dengan keledai yang dekil, kotor, buta sebelah dan pincang. Lalu Rasulullah berkata bahwa sesungguhnya dunia itu jauh lebih hina dibandingkan dengan keledai tersebut. Subhanallah.

Akhi, Ukhti. Ramadhan adalah bulan penuh ampunan. Maka akan sangat merugi seorang muslim yang mendapati bulan Ramadhan dan menjalaninya hingga usai, namun sampai akhir ramadhan dosa-dosanya belum diampuni. Na’udzubillah.

Masih ada sisa waktu akhi, ukhti, masih ada sisa waktu. Terus berjuang. Terus berusaha. Lipat-gandakan amaliyah kita. Lipat-gandakan istigfar-istigfar kita. Sebelum ramadhan benar-benar berakhir.

Dunia ini penting, karena dunia ini akan menentukan apa yang akan kita terima di 1.680.700.000.000.000.000.000 tahun sampai tak terbatas mendatang. Dunia ini penting karena sungguh seluruh manusia akan menyesal di hari akhir. Yang dosanya banyak menyesal karena telah melakukan banyak dosa, yang pahalanya banyak menyesal karena tidak berusaha menggapai pahala lebih banyak lagi.

Dalam sebuah riwayat disampaikan bahwa penghuni surga berjumlah 10 shaf. Dan 2/3nya adalah umat Rasulullah. Di dalam shaf-shaf itu ada Abu-Bakar Ash-Shiddiq, Umar Bin Khattab, Ustman, Ali-Bin Abi Thalib, Umar Bin Abdul Azis, Aisyah, Khadijah, para generasi salafus shalih, para tabiin dan ulama, serta para pejuang-pejuang yang mati syahid di jalan Allah. Maka pertanyaannya sekarang, seberapa yakin kita, bahwa kita pantas berada di tengah-tengah mereka?

Terus berjuang akhi, ukhti,... terus berjuang.... dan jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah. Semoga Allah memasukkan kita di tengah-tengah barisan 2/3 shaf yang menjadi bagian umat Rasulullah di akhirat kelak. Amien.

4 komentar:

  1. Nice gan..Ust Cahyadi jauh2 ke Bontang cuma buat ngisi kultum doang ya..n bagaimana bisa ketemu pk sumyana? si Mansyur kerja di Bontang yak??

    BalasHapus
  2. tulisan yg panjang...banyak cerita, mengharukan. Kejutan Allah memang ada setiap saat..setiap meomen

    BalasHapus
  3. Yup, jangan pernah berputus asa dengan rahmat Allah, karena pertolongan Allah itu sungguh dekat

    BalasHapus
  4. iya gan, cuma ngisinya diputer2 antara satu mesjd ke mesjid lainnya, ane liat mansyur cuma lewat depan ane pas di mesjid, mau ketemuan anenya pas ada acara gitu, cuma bentar doang dia di Bontang ...

    BalasHapus