Selasa, 24 Maret 2009

MAHASISWA DAN PERAN PERUBAHAN

Pemilihan umum 2009 bangsa Indonesia yang akan menentukan nasib bangsa 5 tahun ke depan ini akan memasuki langkah pertamanya. Pesta demokrasi tersebut menjadi ajang tontonan terbesar di negeri ini. Setiap orang di negeri ini akan melihat baliho-baliho, spanduk-spanduk, rontek-rontek dan sebagainya yang berisi foto-foto caleg ataupun partai-partai tertentu di jalan tempat mereka biasanya berlalu-lalang. Iklan-iklan televisi pun tidak luput dari serangan demokrasi dengan menayangkan berbagai iklan menarik terkait partai. Di setiap perbincangan kerumunan berbagai kalangan pun biasanya akan terceletuk beberapa hal terkait dengan ajang penentuan bangsa ini. Setiap warga bangsa pun idealnya telah siap dengan kartu pemilih di tangan dan rencana contrengan di TPS dekat mereka tinggal.

Tetapi ironis rasanya ketika melihat para generasi penerus bangsa ini, yang notabene seharusnya memiliki hak untuk ikut menentukan perjalanan bangsa ini ke depan, ternyata tidak menggunakan hak pilihnya. Banyak sebab yang melatar-belakangi hal tersebut, mulai dari hal yang bersifat sangat administratif sampai hal yang bersifat paradigmatis. Masalah administratif yang dialami oleh mahasiswa-mahasiswa khususnya yang berasal dari daerah luar tempat mereka kuliah menjadi kendala paling utama. Pengurusan surat-surat yang sangat birokratif, rumit dan berujung kepada kegagalan mereka mendapatkan kartu pemilih menyebabkan sebagian besar dari mereka kehilangan hak pilihnya. Belum lagi masalah mendasar yang terjadi pada sebagian besar mahasiswa, berpikir bahwa pemilu bukan tanggung jawab mereka, pemilu hanya ajang membuang-buang uang tanpa arti, tidak ada perbedaan mereka ikut serta dalam pemilihan atau tidak, dan hal-hal negatif lainnya yang ada di pikiran mereka.

Mahasiswa-mahasiswa, para penerus bangsa yang akan menjadi calon-calon pemimpin masa depan bangsa ini, harus sadar bahwa sekecil apapun kontribusi yang mereka berikan kepada bangsa ini akan menjadi sangat berarti. Bangsa ini mengharapkan dan menunggu kinerja-kinerja maksimal yang minimal diawali dengan kepedulian mereka terhadap pemilu dari para pemudanya untuk menjadikan raksasa Indonesia ini bisa bangun dari tidur panjangnya. Mahasiswa-mahasiswa harus sadar bahwa satu suara mereka berarti 200 juta rakyat Indonesia. Mahasiwa harus sadar bahwa bangsa ini sekarang tengah dilanda keadaan kritis dan memprihatinkan. Tidak ada cahaya yang bisa dilihat di ujung masa depan bangsa jika para pemimpin-pemimpin masa depan bangsa seperti saat ini keadaannya, apatis dan tidak peduli dengan keadaan bangsa.

Sudah saatnya mahasiswa sadar dan mengerti bahwa mereka punya basis kekuatan yang sangat besar terkait dengan perubahan negeri ini ke arah yang lebih baik. Jumlah kekuatan mahasiswa Indonesia sekitar 7% dari 200juta rakyat Indonesia yaitu sekitar 14 juta. Bayangkan jika kekuatan sebesar itu menggunakan hak pilihnya secara maksimal, bisa dipastikan perubahan negeri ini akan terarah berdasarkan idealisme mahasiswa yang sangat patriotik. Peluang atau kemungkinan jati diri bangsa yang kembali muncul sangat bisa diharapkan karena yang menentukan pun mahasiswa yang memiliki jati diri sangat kuat dalam diri mereka.

Pemuda adalah perubah. Soekarno berkata bahwa beliau dapat menguasai dunia dengan hanya 10 pemuda yang memiliki karakter, dan saat ini Indonesia memiliki 14 juta pemuda Indonesia yang seharusnya memiliki karakter. Indonesia bisa berubah menjadi lebih baik dan bermartabat, tergantung dari apakah calon pemimpin-pemimpin masa depannya punya kepedulian untuk itu, tergantung apakah mahasiswa mau melakukan kerja-kerja maksimal untuk bangsanya, dan tergantung dari sebuah hal yang sangat kecil, yang sangat mudah dilakukan, yaitu peduli terhadap ajang pesta demokrasi terbesar negeri ini dengan menggunakan hak pilihnya, sehingga dengan itu calon pemimpin-pemimpin masa depan bangsa ini bisa melihat pemimpin-pemimpin bangsa saat ini secara lebih obyektif dan memperbaikinya nanti, ketika mereka telah berada dalam masa kontribusi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar