Senin, 02 November 2009

Pemuda Sejati Pembangunan Sejati

Aset potensial terbesar dalam kehidupan ini ada pada diri seorang manusia. Kalimat ini mengawali jelajah panjang tulisan ini sebagai paradigma awal perjalanan imajinasi. Manusia yang mana, dalam keadaan seperti apa, dan selama apa, menjadi pertanyaan serius yang mungkin tidak semua orang bisa mengetahuinya. Banyak orang yang mengetahui bahwa manusia sebenarnya merupakan robot tercanggih, terindah, tercepat, terpintar, dan terbaik yang ada di bumi ini. Dia memiliki aspek yang sangat kompleks dengan emosi, pikiran, spiritualitas, semangat, karsa, dan rasa yang tidak mungkin terbandingi oleh robot manapun di bumi ini.

Manusia sendiri terbagi dalam tiga fase di kehidupannya, yang akhirnya juga menjadi batas, bagi perbedaan kelebihan yang satu dengan yang lainnya. Tuhan menciptakan manusia dari bayi yang tidak bisa apa-apa sendirian, lalu bayi kecil itu tumbuh menjadi sosok yang lebih dewasa, bersahabat, kuat, dan tegar. Seiring dengan berjalannya waktu, sosok tumbuh dari bayi tersebut tenryata makin berkurang kekuatannya. Sesosok itu makin berjalan membungkuk, lemah, tak bertenaga, bahkan seringkali hanya bisa tertidur di ataas ranjangnya. Tuhan memang menciptakan manusia dari lemah, lalu menjadi kuat, dan menjadi lemah kembali. Saat kuat itulah saat pemuda hidup, saat dimana manusia berada di pertengahan sepanjang kehidupannya.

Sejarah mencatat bahwa peran pemuda menjadi sangat sentral dalam peran perubahan. Tidak ada satupun revolusi, reformasi, transformasi dalam sejarah peradaban yang tidak digawangi oleh pemuda sebagai pionernya. Dari masa kenabian ala Nuh, Musa, Muhammad, sampai beberapa abad setelahnya yang memunculkan Napoleon, hitller, che, dan sebagainya selalu dipersembahkan oleh pemuda. Master piece dunia yang begitu indah dan menakjubkan selalu pasti tercetus dan terlontar dari sosok-sosok pemuda luar biasa. Pemuda itu seperti kertas tebal putih yang bersih dan indah. Siapapun bisa melukiskan warna di atas kertas putih itu. Dengan warna tersebut, kertas putih itu berubah menjadi kertas baru yang lebih matang, lebih bertenaga, dan lebih bermakna.

Kondisi Indonesia masih memprihatinkan. Kasus korupsi besar-besaran dengan mafia-mafia yang bekerja di dalamnya memperburuk keadaan bangsa yang sudah digerogoti berbagai penyakit moral, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Belum lagi ketika melihat di tengah keadaan saat ini, kepemimpinan masih saja ditalangi oleh orang-orang yang itu-itu saja. Roda besar kemajuan bangsa ini masih saja ditopang oleh mesin-mesin tua yang konservatif dan cenderung tidak idealis. Berpikir dengan pola pikir kuno yang tidak menuntut adanya perubahan.

Sudah saatnya Indonesia berubah. Perubahan sejati yang hanya bisa dilakukan oleh generasi penerus bangsa ini. perubahan yang seharusnya dipelopori oleh peran para remajanya, peran para pemudanya. Mirip dengan boedi utomo yang dengan kekuatan perubahan dan idelaismenya berhasil menjadikan dirinya sebagai pondasi perjuangan pergerakan Intelektual dalam kemerdekaan Indonesia.

Oleh pemudalah Indonesia seharusnya menyongsong masa depannya. Pembebasan yang dilakukan oleh pemuda akan lebih visioner dan berpikir jauh, bahkan melampaui batas usianya sendiri. Di saat para generasi tua masih berpikir bagaimana memper’kaya’ negeri ini dengan bangunan-bangunan fisik khas eropa, generasi muda akan hadir dan merubah paradigma tersebut. Generasi muda akan hadir dalam pembangunan yang sejati. Pembangunan yang tidak hanya terbatas pada pembangunan fisik ‘kosong’ ala Eropa, tetapi juga pembangunan sosial, ekonomi, politik, moral, agama ala Indonesia. Ketika negeri ini telah benar-benar bebas dan merdeka dari penjajahan asing, generasi muda akan tetap bekerja sampai negeri ini mencapai titik kebaikan tertingginya, yaitu implementasi sepenuh dan seutuhnya amanah konstitusi dan pembukaan UUD 1945. Di titik inilah peran pemuda dalam pembangunan yang seharusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar