Selasa, 14 Juli 2009

Seperti Sebuah festival Besar

Seperti sebuah festival besar, pemilu presiden lalu menunjukkan bagaimana besarnya bangsa ini. Biaya yang digunakan untuk menyelenggarakannya saja berkisar 4 triliun rupiah jika dilaksanakan dalam satu putaran. Angka yang cukup besar untuk mengadakan pesta. Belum lagi kertas-kertas contrengan yang menggunung, alat-alat scanner, server, kotak pencontrengan, dan surat-surat yang berbagai macam namanya yang akan menganggur paska pemilu pilpres.

Bagaimanapun angka 4 triliun bukanlah angka yang kecil. Angka sebesar itu akan sangat berguna jika digunakan untuk menyejahterakan rakyat. Jumlah tersebut terlampau besar untuk menyelenggarakan sebuah pesta. Apalagi jika mengingat bahwa pesta sebesar ini hanya menjadi hiburan bagi beberapa segmen masyarakat saja. Fakta menunjukkan bahwa walaupun pesta yang menghabiskan dana 4 triliun itu berlangsung, orang-orang miskin di perempatan jalan masih saja seperti semula, bahkan ketika ditanya, mereka tidak peduli dengan pesta yang sedang berlangsung. Mereka menganggap bahwa siapapun yang memimpin negeri ini tidak berpengaruh pada kehidupan mereka. Begitu juga dengan para petani di desa, anak-anaknya, masyarakatnya, orang-orang di pedalaman, penduduk di luar pulau jawa khususnya di kota-kota yang masih terpencil, mereka semua terasing dari glamour pesta demokrasi negeri ini. Terasing bukan berarti tidak tersentuh oleh arus pesta tersebut, tetapi terasing dari hasil akhir panggung teater pesta ini. Mayoritas mereka hampir tidak mendapatkan manfaat dari siapapun yang terpilih menjadi pemimpin negeri ini.

Pilpres hanyalah sebuah sarana. Bangsa ini harus mengingat hal tersebut. Tujuan utama dari sarana pemilihan presiden ini jelas adalah menciptakan Indonesia yang lebih baik dan bermartabat. Bukan sekedar mencitrakan diri, membuai masayarakat dan menunjukkan pada dunia sosok Indonesia. Tujuan utama dari pilpres ini adalah membawa negeri ini kepada persatuan bangsa, bukan memecah belahnya, dan menimbulkan permusuhan di antara sesama warga bangsa. Tujuan dari pilpres ini bukan hanya sebuah kisah festival besar dengan dana bertriliun rupiah, tetapi seharusnya menjadi sebuah kisah akan terwujudnya impian-impian orang-orang miskin dan tertindas.

Janji-janji capres yang diutarakan selama masa kampanye seharusnya menjadi tolak ukur keberhasilan pilpres kali ini. Janji mengenai kesejahteraan masyarakat, pertahanan militer, anggaran pendidikan, pemukiman untuk kaum miskin, perlindungan terhadap pasar tradisional, dan sebagainya menjadi bumbu-bumbu penyedap dalam masa-masa kampanye lalu. Banyak yang meragukan, walaupun banyak juga yang mengharapkan hal tersebut terjadi. Jangan sampai festival besar ini menyisakan ruang kosong setelahnya, tanpa tindak lanjut, tanpa efek sama sekali.

Terlepas dari tingginya angka golput, perubahan negeri ini adalah tanggung jawab yang harus dipikul oleh seluruh warga negara. Tidak hanya tim sukses, partai koalisi, partai oposisi, warga biasa, dosen, petani, nelayan, pedagang atau apapun statusnya, ketika nama warga negara Indonesia diemban di atas pundaknya, tanggung jawab yang dimilikinya pun juga sama dengan yang lain. Seluruh warga negara Indonesia memiliki tugas yang sama, yaitu membuat negeri indah ini menjadi lebih baik dan bermartabat. Jangan biarkan pilpres hanya menjadi festival besar tanpa manfaat. Seluruh warga bangsa wajib mengontrol janji-janji presiden terpilih. 11 tahun reformasi telah bergulir, dan sudah saatnya negeri ini melangkah maju dengan peran serta semua pihak.

1 komentar:

  1. wah2...
    anak HTI nih ya??
    atau jamaah lain?
    atau ga punya Jama'ah?
    mau diskusi akh ma ane??

    BalasHapus