Jumat, 25 Maret 2011

“Empty your mind, focus..”

(Lantai 2 utara Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM)

“Empty your mind, focus..” (Jackie Chan, dalam Karate Kid)

Sering kali kita merasakan ketakutan. Hidup yang penuh misteri ini seperti kotak pandora yang setiap saat bisa membuat pemiliknya jatuh terjengkang. Pernah terpikir seandainya masa depan kita jelas, mungkin akan jauh lebih mudah menjalaninya. Tidak seperti sekarang, belajar apapun dan berharap salah satu yang kita pelajari berguna untuk masa depan kita. Diversifikasi resiko, seperti investasi dalam portfolio.

Beberapa saat lalu, aku mendengar Jepang terkena 3 musibah, gempa, tsunami, dan nuklir. Membayangkannya saja membuat merinding. Suasanya pasti kacau balau. Teringat bagaimana letusan merapi saja membuat aku dan adikku menjadi pengungsi.

Tapi ternyata keadaan Jepang jauh lebih baik dari yang terbayang. Tidak ada rebutan bantuan makanan, tidak ada penjarahan, tidak ada saling dorong, tidak ada teriakan dan tangisan. Semua serba rapi, teratur, ‘beradab’.

Sesaat membaca berita tulis. Aku terhenyak. Bagaimana mungkin di tengah suasana kacau balau, mereka masih mampu menunjukkan kekuatan mereka? Bahkan di tengah kepungan gelombang radiasi aktif yang sangat banyak, beberapa teknisi PLTN mengorbankan masa depan mereka dengan terus memperbaiki tabung nuklir yang hampir bocor. Gila kan?

Mereka memang kuat. Jauh sekali dari kualitas masyarakat Indonesia, apalagi aku. Dengan kedua tangan dan kaki serta kesempurnaan indera saja aku masih sering mengeluh. Kadang sesenggukan saat sendiri. Benar-benar cengeng. Aku yakin Japanese akan tertawa mendengar manusia lemah seperti ini.

Yang kita perlukan bukan keluhan. Bukan juga penyesalan atas segala pelajaran yang telah Allah kasih. Justru yang kita perlukan adalah kekuatan untuk terus berjalan. Cara paling simpel melakukannya adalah empty your mind.

Orang-orang Indonesia terlalu lemah di hadapan emosinya. Entah karena kungkungan budaya atau dampak gen melayu. Yang jelas, hal yang satu ini membuat masyarakat Indonesia lemah. Mereka terlalu ‘lebay’. Jelas di dalam masyarakat Indonesia itu ada aku, yang memiliki kualitas yang jauh di bawah kalian yang membacanya.

Aku ingin membunuh emosiku. Mengosongkan pikiranku. Dan bergerak secepat dan sebaik yang aku bisa. Aku tidak ingin otakku terisi dengan hal-hal tidak penting, yang hanya akan menghambatku menggapai impianku. Aku tidak ingin hatiku ‘lebay’, dan membutakanku pada hal-hal yang memberhentikan langkahku. Aku ingin semuanya selaras menuju impianku. Insya Allah, semoga Allah memudahkanku.

Dua  bulan setengah sudah, aku tidak pernah menonton tivi. Selama itu pula aku terus melakukan rutinitas menyelesaikan 24 sks di semester yang aku harapkan menjadi semester terakhirku. Membagi waktu di antaranya untuk mengerjakan skripsi yang telah selesai hingga bab 3 walau belum di acc. Dan membiasakan untuk secepat mungkin tidur setelah shalat isya. Cukup membantuku. Semoga Allah memudahkan, amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar