Selasa, 02 Desember 2008

Peran Da'wah Dalam Perubahan Ekonom Bangsa

Paska krisis moneter 1998 yang menjangkiti dunia, Negara-negara Asia mulai bangkit dan menunjukkan tanda-tanda kebangkitan yang menakjubkan. Sebagai analogi, dapat dilihat bagaimana Malaysia yang dulu adalah Negara yang selalu berguru pada Indonesia saat ini dengan signifikan berada jauh di atas Indonesia. Banyak orang mengatakan bahwa sebenarnya Negara kita masih memiliki beberapa kelebihan yang tidak mampu ditandingi oleh Malaysia, namun hal itu bias dikatakan adalah sebuah apologi yang tidak beralasan dan terkesan mementahkan fakta dan kejadian yang sebenar-benarnya terjadi. That’s it, terkadang sebuah masalah memang harus dipandang secara objektif dari beberapa sudut pandang. Dan jika dipandang secara lebih komprehensif, saya yakin bahwa memang setiap orang akan mengatakan bahwa Malaysia jauh lebih baik daripada kita. Itu faktanya, dan itu yang harus dicari solusinya.

Entah apa yang salah dari system perekonomian kita, atau memang ada yang salah dari system berkehidupan ekonomi kita. Jawaban mengenai permasalahan ini tidak bias dipandang dari sudut akademis atau keilmuan biasa. Ada hal-hal yang tidak bias dijabarkan secara ilmiah dalam lingkup akademis. Karena itulah kita diwajibkan untuk memandang sesuatu secara lebih komprehensif dan tidak parsial. Ekonomi sebagai bagian dari ilmu social humaniora memiliki kesatuan yang terintegrasi antara satu bagian ilmu dengan yang lain. Begitu juga dengan ekonomi, pasti terkait dengan ilmu-ilmu lain seperti psikologi, budaya, filsafat dan sebagainya. Jika dianalisis secara lebih umum dan komprehensif mungkin saja ini berkaitan dengan hal-hal lain seperti budaya dari para ekonom-ekonom kita yang tidak mencerminkan idealita dari ekonom yang seharusnya.

Bayangkan ketika seorang mahasiswa ekonomi berjalan dengan anggun dan gagahnya tanpa mempedulikan orang-orang miskin yang meminta-minta disekelilingnya, seperti itulah wajah bangsa kita ke depannya. Ekonomi bukanlah jawaban konkret akan kesejahteraaan rakyat. Ekonomi bukanlah jawaban otomatis dari permasalahan-permasalahan social yang terjadi. Ekonomi hanyalah alat untuk merekayasa distribusi barang dan jasa yang terjadi. Permaslahan sebenarnya hanya dapat diatasi oleh ekonomi yang terintegrasi dan utuh, yang terkait dengan psikologi dan budaya.

Disitulah peran pergerakan da’wah dalam lingkungan ekonomi seharusnya berpengaruh. Pergerakan da’wah tidak hanya dimaknai sebagai membuat kajian-kajian manhaj atau hadits arbain semata, tetapi harus lebih jauh dari itu. Melakukan penyadaran pada mahasiswa-mahasiswa yang akan menjadi wajah bangsa ini. Hal itu yang seharusnya menjadi prioritas agen-agen da’wah yang terjun ke dalam lingkungan seperti fakultas ekonomika dan bisnis. Seperti yang termaktub dalam sebuah hadits yang mengatakan bahwa riba memiliki dosa 3o kali lebih besar daripada zina, yang oleh sebagian tafsir dikatakan bahwa dosa yang dilakukan dengan mengorbankan kepentingan public memiliki prioritas dan bobot yang jauh lebih besar daripada kepentingan privat. Kemiskinan karena keapatisan dan pragmatism mahasiswa, para agen penerus bangsa ini, jelas menyangkut kepentingan public yang tidak bias dibiarkan. Sudah menjadi keharusan menggeser pola pikir dan paradigma mereka menjadi agen-agen yang peduli akan nasib orang-orang tertindas negeri ini.

1 komentar:

  1. tulisannya bagus...
    (contentnya, bukan ketikannya. hooo...)

    but anyway, hubungannya sama judul? mana febnya ya? ato aku yg ngga ngeh? hehehe...

    yooow, smangat trus ya dek, eh kak, eh nov... hahaaa :D

    BalasHapus