Minggu, 15 Juni 2008

Ketua BEM sebagai Ketua BAM

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah lembaga Negara yang menjadi wadah aspirasi rakyat kepada pemerintah. Di lembaga tersebut terdapat orang-orang yang dipilih oleh rakyat untuk mewakili suara rakyat kepada pemerintah. Namun faktanya lagi-lagi tidak sesuai dengan teorinya, Dewan Perwakilan Rakyat saat ini lebih tepat dikatakan sebagai Dewan Pertidakwakilan Rakyat. Statement ini bisa dibuktikan oleh masih banyaknya demonstrasi yang terjadi sebagai jalan satu-satunya mengungkapkan aspirasi kepada pemerintah. Seharusnya berawal dari teori, ketika dewan perwakilan tersebut dibuat maka rakyat menyampaikan aspirasinya kepada Dewan tersebut bukan kepada jalanan (turun ke jalan). Dalam hal ini saya menghubungkan kesamaan antara DPR dengan BEM. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) adalah Induk organisasi dari organisasi-organisasi lain. Seorang ketua BEM adalah orang yang telah dipilih oleh seluruh mahasiswa dalam suatu lingkungan akademik untuk mewakili mereka memimpin BEM dan menjadikan organisasi-organisasi dan kehidupan berakademik sesuai dengan aspirasi mereka. Sehingga menurut saya tepat bila Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) itu dikatakan sebagai Badan Aspirasi Mahasiswa (BAM). Sebuah badan yang mampu mewakili suara mahasiswa. Sebuah badan yang seharusnya bergerak dan menyimpulkan suatu permasalahan berdasarkan aspirasi dari seluruh mahasiswa.


Namun berdasarkan pengamatan saya, saat ini BEM-BEM yang ada tidak seperti yang seharusnya. Dalam hal ini saya tidak membenarkan diri saya sendiri tetapi saya mempunyai alasan untuk menuliskannya. Badan Eksekutif Mahasiswa lebih tepat dikatakan sebagai Badan Eksklusif Mahasiswa. Menurut saya banyak sekali mahasiswa yang tidak tahu dan tidak mengerti tentang apa itu BEM, tentang apa yang dilakukan oleh BEM, ataupun apa yang bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa dari BEM itu sendiri. Sama dengan fenomena dari DPR, banyak sekali rakyat yang tidak mengerti akan fungsi dari DPR. Mungkin ada yang mengerti tentang hal itu, tetapi justru yang mengerti itu adalah rakyat yang terdidik dan mapan. Padahal yang sangat membutuhkan fungsi dari DPR adalah mereka masyarakat-masyarakat kecil yang sangat rentan menderita ketika ada kebijakan yang tidak sesuai. Begitu pula menurut saya tentang keadaan BEM saat ini, banyak mahasiswa yang tidak tahu dan tidak mengerti akan fungsi dari BEM. Kalaupun tahu, biasanya para mahasiswa tersebut hanya mengetahui sedikit saja dari BEM. Biasanya yang mengetahui itu adalah orang-orang yang memang orang-orang yang care terhadap lingkungan. Nah disinilah peran dari BEM selaku wadah aspirasi mahasiswa untuk merangkul semua mahasiswa dari yang pintar samapai yang kurang pintar, dari yang aktif organisasi sampai yang tidak aktif organisasi, dari yang cuek sampai yang tidak cuek.


Namun tidak sepantasnya pula memang ketika BEM sepenuhnya dipersalahkan menjadi sedikit eksklusif terhadap mahasiswa. Ada banyak variable yang menyebabkan keadaan seperti ini. Menurut saya variabel yang paling berperan adalah mindset kebanyakan mahasiswa yang semestinya dirubah. Mindset yang berkeinginan ketika bayi ditimang-timang, ketika balita dimanja, ketika remaja foya-foya, ketika tua kaya raya, ketika mati masuk surga. Atau seperti yang dikatakan mas Budiyanto, “sekolah, belajar, dapet kerja, nikah terus mati, tanpa mengerti esensi dari kehidupan”. Mindset adalah inti dari diri seseorang yang melatarbelakangi seseorang tersebut bertindak. Menurut saya mindset ini yang paling berperan dalam memunculkan keadaan seperti ini. Nah, tugas BEM lah bersama organisasi-organisasi lain untuk menularkan mindset yang benar kepada mahasiswa yang lain. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh BEM untuk mengubah paradigma berpikir tersebut seperti menggecarkan sosialisasi BEM, menggencarkan promosi acara-acara BEM, atau membuat para mahasiswa itu aktif dan tidak cuek terhadap keadaan lingkungan yang terjadi. BEM bersama organisasi-organisasi lain harus mampu mengedukasi mahasiswa yang lain untuk memiliki mindset yang selaras dengan mindset para anggota BEM. Keuntungan yang bisa di dapat antara lain ketika BEM akan bertindak sesuatu maka mahasiswa yang lain pun akan ikut mendukung hal tersebut. Imej BEM sebagai Badan Ekslusif Mahasiswa pun akan berganti menjadi Badan Aspirasi Mahasiswa karena pikiran mahasiswa yang sejalan terhadap BEM. Memang untuk hal ini diperlukan kerja keras dan niat yang tulus untuk membangun lingkungan yang ideal. Untuk hal ini diperlukan kemauan memberi tanpa mengharap menerima, kemauan memberikan terbaik dari apa yang kita punya kepada orang lain tanpa mengharap balasan pujian atau feedback kebaikan dari orang lain. Seperti yang tertulis dalam buku, Setengah Isi Setengah Kosong, karya Parlindungan Marpaung, organisasi akan menjadi sangat kuat dan solid, ketika setiap orang di dalamnya mau memberi tanpa mengharap menerima.

2 komentar:

  1. setuju, ketika BEM menjadi aspirasi mahasiswa, dan gw setuju banget ketika berorganisasi harus mempunyai niat yang tulus tanpa mengharapkan feedback....!!!!

    Pertanyaa gw buat lo,,,?

    ketika lo menjadi BEM>
    , tapi program lo itu tidak diminati oleh mahasiswa, apa yang harus lo perbuat ketika itu terjadi,,?

    BalasHapus
  2. ketika kita memiliki sebuah visi, sebuah kewajiban kita untuk memegang teguh visi itu, dan pantang untuk kita mengubah visi itu sebelum hal itu tercapai...
    tapi dalam tataran strategi, kita harus menjadi orang yang sangat fleksibel....
    ga'harus menurutku memegang teguh sebuah program yang sebenarnya ga'disukai ma target marketnya...
    ubah program itu, dan carilah peluang mana yang bisa dimasuki untuk berada di tengah-tengah mahasiswa yang tidak meminati itu.... bersikaplah full of flexibility....
    itu kunci dari strategi.... tapi bersikap kukuh dan angkuhlah dengan visi yang telah ditetapkan... visi BEM.... yang tercantum di lagu darah juang dan totalitas perjuangan....

    BalasHapus