This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 20 Agustus 2011

Syukur atau Putus Asa?

Ada seseorang yang menyatakan kekecewaan karena merasa dirinya tidak seberuntung saudaranya. Bagaimana tidak. Bisa jadi saudaranya lebih cerdas, bisa jadi lebih cantik atau ganteng, bisa jadi lebih shaleh, bisa jadi lebih santun, bisa jadi lebih berprestasi, bisa jadi lebih lebih dan lebih dibanding dirinya. Ujung-ujungnya dia kecewa karena merasa orang-tuanya membandingkannya dengan saudara-saudaranya.

Kisah lain bukan hanya terbatas hanya di lingkup iri saja. Ada seseorang yang punya kebiasaan buruk seperti merokok, susah menahan nafsu syahwat, sering menonton video biru, telat shalat, keseringan tidur, IPK jeblok, kurang pergaulan, minder pada yang kuat sombong pada yang lemah, pemalas, dan ga berprestasi. Orang-orang semacam ini merasa sulit sekali untuk berubah jadi lebih baik. Alasannya karena sulit, sudah jadi kebiasaan dari kecil, lingkungannya mendukung dia berbuat seperti itu, dan berbagai macam alasan lainnya.

Saya sih frontal saja, bisa jadi cerita ini fiktif, namun jika ada kesamaan narasi bukanlah kebetulan belaka. :ngakak

Tapi kalo kita mau jujur sama diri sendiri, potret di atas adalah makanan sehari-hari bagi kebanyakan orang. Merasa bahwa diri kita tidak ideal dan ketika ingin berubah jadi ideal begitu sulit. Ujung-ujungnya, mau tidak mau pihak yang merasa dirinya tidak ideal akan berkata, “Yah sudahlah, disyukuri saja apa yang kita diberikan Allah pada kita. Udah diciptakan begini ya disyukuri aja.”

Rabu, 17 Agustus 2011

Refleksi 17 Ramadhan

Dunia ini emang sempit gan. Bayangin aja, jauh-jauh ke Bontang ketemunya Ust. Cahyadi Takariawan (sering ngisi kajian di Jogja), Pak Setiyono dan Pak Sumiyana (Dosen FEB UGM) serta Mansyur Ridho (temen PPSDMS). Yang paling mengherankan, ceramah Idul Fitri di masjid raya Baiturrahman akan disampaikan oleh Prof. Dr. Slamet Sugiri, MBA., Akt (Kajur Akuntansi). Healah... :ngakak

Tapi memang dunia ini ditakdirkan Allah sebagai persinggahan yang sebentar dan sempit saja gan. Maka wajar kalo seringkali kita menemui hal-hal yang sederhana muncul dari sesuatu yang kita anggap besar dan rumit. Ilmu manusia memang tidak pernah bisa sampai memahami Ilmu Allah yang luar biasa luas.

Pagi ini motivasi menulis muncul disebabkan oleh begitu banyak kegelisahan dari ceramah-ceramah luar biasa sejak 1 Ramadhan hingga 17 Ramadhan. Bontang emang Subhanallah, banyak mengundang ustadz-ustadz cerdas dari berbagai penjuru Indonesia. Banyak sekali perenungan yang pas dalam konteks kita sebagai mahasiswa. Dan lebih khusus kita sebagai mahasiswa tingkat akhir yang sudah di ujung tanduk dalam persiapan menghadapi the real life.

Jika seluruh manusia terdahulu dan belakangan berkumpul semua dalam suatu tempat, lalu mereka meminta permintaan paling banyak, dan seluruh permintaan itu kemudian dikabulkan, maka tidak akan mengurangi apa yang ada pada Allah, kecuali seperti sebatang jarum yang dicelupkan ke dalam lautan yang luas, lalu diangkat kembali. Air yang tersisa pada jarum itulah seluruh permintaan terbanyak manusia, dan lautan luas itulah milik Allah,” kata seorang ustadz.