This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 15 Juni 2011

Ethics Vs Performance: Accountant Dilemma in Economic Crisis with GameTheory Approach



Karya:
  1. Iqbal Kautsar
  2. Ahmad Syaifuddin
  3. Nova Kurniawan

Introduction

Global economies have not escape unscathed from the successive crises that have occurred in recent history.

In 1997-1998, and again in 2008 the world was shaken by an economic recession triggered by the breakdown of the Subprime mortgage market in the United States.

The events in 2008 were preceded by collapse of large finance companies such as New Century Financial Credit in America and the bankruptcy of Sachson Landesbank in Germany in 2007. Also in 2008 finance companies Lehman Brothers, Washington Mutual, Merrill Lynch, Goldman Sachs, Northern Rock, UBS and Mitsubishi UFJ filed for credit protection under the Bankruptcy Act.

[Copas] Rencana Tuhan



Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang meyulam sehelai kain.

Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya,
apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang meyulam sesuatu di atas
sehelai kain.
Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah
benang ruwet.
Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut, "Anakku,
lanjutkanlah permainanmu,
sementara ibu menyelesaikan sulaman ini, nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas."

[Copas] Mencintai sejantan 'Ali



Karya: Ust. Salim A. Fillah, dalam Buku "Jalan Cinta Para Pejuang"

Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah.
Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya.
Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya.

Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta.
Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta.
Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.
Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya!
Maka gadis cilik itu bangkit.
Gagah ia berjalan menuju Ka’bah.
Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam.
Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali.
Mengagumkan!
‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta.

Minggu, 12 Juni 2011

Penerapan Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) dalam Upaya Pencegahan Korupsi di Indonesia

 

Latar Belakang

Reformasi 1998 bangsa Indonesia berada di persimpangan jalan. Waktu bergulir hingga 10 tahun lebih sejak munculnya gerakan untuk menggulingkan pemerintahan orde baru yang otoriter dan korup. Namun impian-impian mengenai tata kelola pemerintahan yang bersih dari KKN sepertinya masih membutuhkan usaha yang keras dalam mewujudkannya.

Transparancy International sebagai lembaga yang memetakan aktivitas korupsi di dunia pada tahun 2010 memberikan laporan bahwa Indonesia dengan metode CPI berada pada urutan 110 dengan score 2,8. Hal ini sangat buruk jika mengingat bahwa negara ASEAN lain seperti Thailand mampu menduduki urutan 78 dengan score 3,5 dan Malaysia di urutan 56 dengan score 4,4. Mirisnya di urutan 110, Indonesia ternyata memiliki score yang hampir sama dengan negara-negara miskin seperti Gabon, Ethiopia, Guyana dan Mali.

Jumat, 10 Juni 2011

Janji pasir

"Aku mengenal dikau

tlah cukup lama separuh usiaku
namun begitu banyak
pelajaran yang aku terima

segala kebaikan
takkan terhapus oleh kepahitan
ku lapangkan resah jiwa
karna ku percaya kan berujung indah


kau membuatku mengerti hidup ini
kita terlahir bagai selembar kertas putih
tinggal ku lukis dengan tinta pesan damai
dan terwujud harmoni”


(padi, harmoni)



Berdendang dalam kehampaan yang fana. Memutih dalam cerah yang berkelabutan. Membiru seperti langit yang tak menemukan ujungnya. Menghampar bebas dalam lautan imajinasi liar. Seolah jejeran batang dan daun memekik tajam, pada kabut tipis yang terlihat dari atas ‘bukit menangis’.

Di jalan aku bertemu pasir, yang berbeda dari pasir di sana. Pasir pantai yang menjadi saksi injakan-injakan kita. Di kala kejenuhan dan peluh itu menyerang. Pasir-pasir yang menjadi saksi tawa riang kita. Di saat kita bertemu dan bercengkerama dekat. Pasir-pasir yang tersisa lekat akibat gulat canda yang kita lakukan.

Sekarang aku di sini. Pasir-pasir itu tak ada. Pasir di sini berbeda. Pasir-pasir di sini berserakan. Tak indah sama sekali. Pasir-pasir di sini kejam, tak berperasaan, dan jahat. Mereka beterbangan dan menyakiti. Kadang hingga menyelinap ke mata dan membuatku menangis.

Aku rindu pasir ini. Pasir-pasir yang tersenyum. Seolah menyambutku dengan hangat. Membawaku melayang dalam lautan canda dan tawa bersamamu. Menghadirkan masa-masa indah yang entah kapan kan kutemui lagi. Seputih abu-abu, biru bahkan merah itu.

Tujuh tahun yang lalu, di saat penerbangan itu, hingga saat ini di penerbangan ini. Keduanya sama. Keduanya berpisah. Bedanya saat itu kita janji kan bertemu lagi di sini. Namun saat ini, janji kita tuk kan bertemu di atas sana, di area kesuksesan.

Beberapa tahun lagi kan kutagih janji kita. Janji pada pasir, yang telah kita injak bersama. Dalam tawa, canda, kehangatan, kasih, dan tangis. Janji yang tertulis indah dalam setiap doa dan hati.

Senja…

Aku selalu suka warna senja. Sore ini, begitu berasa. Entah kenapa, dari balkon ini memandangi langit senja cukup mendamaikan hatiku, menggetarkan, hampir aja ada yang netes dari balik kelopak mata ini.

Keindahan ini begitu merasuk. Mungkin denting-denting nada dari theme song petualangan sherina yang menambah kesyahduannya. Aku teringat semua kenangan yang terkait dengan lagu ini. Langit senja ini seolah berbicara, bercerita tentang indahnya masa itu. Sawah hijau ini juga menatapku lama. Memberikan pandangan manisnya, memberikan makna lucu, yang ngangenin banget.

Tepat saat melodi indah terlantun, burung-burung bergerak terbang rapi berkelompok ke arah matahari terbenam. Sungguh indah… sungguh…. Subhanallah… aku bingung mau mengucapkan apa untuk menuangkannya. Perasaan ini begitu berat, begitu bermakna. Begitu tenang.

Aku ingin menangis, andai saja aku bisa menangis. Entah untuk apa. Pingin aja. Terkadang manusia mesti mengungkapkan perasaannya lewat air mata, yang entah karena apa. Seperti itu yang terjadi padaku sekarang.

Ya Allah… indah sekali… indah sekali…

Aku rindu, aku… hmph… aku ga tau… yang pasti perasaan ini begitu damai… begitu indah… begitu membangkitkan rasa kenangan dan segala anugerah yang Kau berikan padaku…

Aku hanya bisa mengucapkan syukurku… pada-Mu… untuk sore ini…. sore yang indah ini… di atas balkon, langit senja, nada theme song petualangan sherina, dan semilir angin sejuk ini.. serta burung-burung yang terbang berkelompok itu…. Buatku sore ini sungguh indah… sungguh indah…