This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 30 Juli 2010

Kebencian Positif

Malam yang cerah, 30 Juli 2010, pengganti siang yang gelap hari ini. Jangan salah bung! Kegelapan dan kecerahan bukan semata-mata masalah cahaya lampu atau matahari. Jadi ga ada salahnya kalo kita bilang siang hari ini gelap dan malam ini justru cerah.

Pencerahan itu ada di dalam hati. Mendung yang paling pekat sekalipun akan jauh lebih terasa ringan dibandingkan dengan hujan badai dalam hati seorang manusia. Mendungnya alam bisa kita hadapi dengan bersembunyi dalam kehangatan rumah. Tapi hujan badai hati? di mana kita bisa mencari dan menemukan kehangatan untuk berlindung?

Cinta. Ooh, mungkin itulah kehangatan yang dicari. Letupan api kecilnya menyentik selapis kulit yang kedinginan. Jangankan hujan badai dalam hati, bahkan gemuruh langit hati pun akan ditenangkan oleh merdunya bisikan cinta. So sweett...

Kamis, 29 Juli 2010

Publik vs Private

Sulit rasanya memilah ranah publik dengan ranah private dalam kehidupan kita. Padahal parameter itu digunakan untuk menentukan seberapa dewasa diri kita. Tanpa pemilahan yang tepat, tugas dan amanah yang kita panggul tak akan terlaksana dengan baik. Bayangkan jika sebuah organisasi yang terbagi dalam beberapa fungsi tak mampu melakukan aktivitasnya hanya karena konflik pribadi yang terjadi dalam internal masing-masing anggota.

Dalam budaya asing, hal seperti itu sulit ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Mereka bisa saja semalaman suntuk mabuk-mabukan dan tak tidur. Akan tetapi di waktu pagi tiba-tiba mereka bangkit dan menghadiri rapat penting dengan jas, kemeja dan celana kain rapi serta paras bersih dan rambut yang tersusun rapi. Hampir tak ada bekas bahwa mereka semalaman mabuk-mabukan.

Kamis, 22 Juli 2010

Rapuh

Setiap orang bisa begitu bodoh di hadapan dirinya sendiri. Aku pernah mendengar bahwa musuh terberat seorang pemimpin bukanlah orang lain, tetapi justru dirinya sendiri. Hati adalah ruh, yang mampu menjatuhkan tiang pancang tertinggi dalam sekali tebas. Aku rapuh, sangat rapuh.

Aku bahagia di tempat ini. Tapi di dalam kebahagiaan itu seperti ada bara yang menyengat dan melukai. Perih. Mungkin tipis, tapi hingga sekarang luka itu belum sembuh. Luka itu kecil, tetapi dalam. Aku ingin sembuh.

Ternyata keindahan tidak hanya mampu mendatangkan manis tetapi juga kepahitan. Entah aku menganggapnya apa. Yang jelas dia bersarang kuat dalam pikiranku.

Ingin aku mengucapkan selamat tinggal padanya. Selamat tinggal pada keindahan. Karena yang aku terima darinya hanya pahit, bukan manis. Bukan salahnya. Sekali lagi aku katakan ini semua kesalahanku, murni. Pemuda rapuh yang kalah dalam perang melawan batinnya sendiri.

Minggu, 18 Juli 2010

Jasad, Ruh, dan Fikri,,,,

Setiap manusia memang memiliki kelebihannya masing. Kepercayaan ini mengatakan bahwa tak kan ada manusia yang memiliki berbagai kelebihan. Maka lebih baik menanamkan satu fokus yang bisa dicapai oleh manusia secara maksimal. Inilah yang terjadi dengan pendidikan modern yang mengkotak-kotakkan spesialisasi manusia dan memberikan mereka ruang kreatifitas dalam sistem.

Tadinya pun aku berpendapat seperti itu. Tapi pemikiranku mulai berubah. Tepatnya saat kami para mahasiswa melakukan segala program hampir sendirian. Dari mengumpulkan bahan kompos, mengaduk, memberikan zat tambahan, sampai proses penutupan. Semuanya kami lakukan sendiri, yang seharusnya dilakukan oleh warga.

Tapi di situlah kekuatan sebenarnya berada. Aku tiba-tiba teringat tentang konsep tarbiyah jasadiyah, ruhiyah, dan fikriyah yang dikenalkan oleh Hasan Al-Banna. Konsep komprehensifitas dari pengembangan secara maksimal seluruh potensi manusia. Mungkin ini yang membedakan kualitas gebrakan yang dimiliki oleh Rasulullah dan para sahabatnya dengan kita saat ini.

Salah satu contoh, Ali, sahabat Rasulullah adalah sahabat yang dijuluki ‘gerbang ilmu’ Rasulullah. Dengan kepandaian seperti itu Ali juga seorang yang pandai berperang dan kuat dalam beribadah. Begitu juga dengan Umar Bin Khattab dengan seringai pedangnya tak melupakan kekuatan daya pikir dan kemegahan spiritualitas.

Mari kita bandingkan dengan orang-orang terbaik dunia saat ini. Apakah mereka memiliki kelebihan se-komprehensif para sahabat Rasul dahulu? Sepertinya tidak. Sistem pendidikan yang saat ini digulirkan memaksa cetakan manusia-manusia spesialis yang buta terhadap lingkungan sekitarnya.

Dalam proses perubahan, jelas manusia-manusia seperti ini tidak mampu diharapkan. Dalam kungkungan tirani, perubahan hanya akan tercipta dari dobrakan manusia-manusia mandiri yang berkualitas.

Kungkungan militer dan ekonomi Israel kepada Palestina hanya bisa dirubah dengan kemandirian dan kualitas pejuang-pejuang Palestina. Dengan kecerdasan mereka menata, merencanakan, dan memikirkan. Dengan kekuatan spiritualitas mereka bertahan dan tegar dalam menghadapi berbagai rintangan. Dan dengan kekuatan fisik mereka berperang serta melaksanakan rencana dan hasil pemikiran mereka.

Jika ada pertanyaan kapan Indonesia bisa maju? Mungkin dengan konsep ini aku bisa menjawabnya. Yaitu saat Indonesia berhasil mencetak generasi penerus yang masing-masingnya memiliki kekuatan jasad, ruh, dan fikriyah.

Sejujurnya kemarin aku kelelahan saat mengangkat bahan pembuatan kompos. Dan tambah kelelahan saat terjun dalam proses pembuatan kompos. Mahasiswa-mahasiswa dengan kecerdasannya akhirnya dipaksa berkontribusi dengan kekuatan fisiknya. Jika dengan dua potensi saja kami mahasiswa sudah kelelahan, bagaimana jika ditambah dengan pengembangan potensi spiritual? Dan jika dengan level seperti itu kami sudah sangat kelelahan, bagaimana dengan level para sahabat nabi?

Oh.... di situlah indahnya. Tarbiyah menyejarah. Jalan ini memang masih sangat panjang. Karena tujuan yang ingin kita capai akan jauh melampaui usia kita sendiri.

Kamis, 15 Juli 2010

Sesak

Ya Allah, aku rindu. Sepertiga malam bermesraan dengan-Mu. Mengadu segalanya kepada-Mu. Sesak yaa Rabb. Seperti ada yang mendobrak ingin merangsak keluar dari jantung ini.

Bantu aku Ya Allah untuk kuat berjalan dalam tiupan derai debu ini. Sungguh aku buta dengan jalan di depanku. Tuntun aku Ya Allah. Aku hilang pegangan. Aku terhuyung lemah, tolong genggam tanganku.

Aku ingin selalu yakin bahwa aku tak pernah sendirian. Karena Engkau pernah menjanjikan bahwa janji-Mu pasti. Aku yakin bahwa Engkau selalu berada di tengah tangisan dan doa. Aku yakin bahwa Engkau selalu berada dalam setiap harapan hamba-Mu yang selalu meminta walaupun dirinya tau dosa memenuhi hari-harinya.

Ya Allah, aku membutuhkan-Mu. Aku yakin Kau jauh lebih tau bagaimana masalahku dibanding diriku sendiri, aku menulis ini bukan untuk memberitahu-Mu, tapi untuk meyakinkan-Mu, bahwa aku benar-benar membutuhkan-Mu.

Tak ada satu pun kekuatan yang mampu memenjara keinginan-Mu untuk meninggikan dan menjatuhkan seorang manusia. Tak ada sebuah kekuasaan pun yang mampu membolak-balikkan hati kecuali atas izin-Mu. Segala sesuatu datang atas kehendak-Mu dan pergi pula atas kehendak-Mu.

Kuatkan pundak ini untuk menghadapinya, bukan lari.

Kau yang jauh lebih tau seperti apa sistem kehidupan ini berlaku. Dan Kau yang paling tau apa yang tertulis dalam lauhul mahfudz-Mu. Semuanya. Segalanya memang telah tertulis dalam lauhul mahfudz-Mu. Detik, menit, jam, dan harinya.

Aku seperti seekor ikan pengelana yang terus berenang menuju hulu sementara aku tak tau pasti apakah aku seharusnya memang berenang ke arah hulu. Semuanya serba misteri, gelap dan meraba.

Aku seperti camar yang bermimpi terbang hingga tengah lautan, tapi akhirnya sadar bahwa sayapnya tak cukup kuat mengantarkannya lebih jauh dari pantai.

Ya Allah, tombak-tombak ini menusukku, tajam menghunus tepat di pusat jantungku. Jika Kau izinkan, mungkin aku akan memilih malaikat maut. Namun lagi-lagi aku yakin Kau menginginkanku mencabut tombaknya, walau dengan meninggalkan luka dan perih. Aku yakin Kau menginginkanku untuk terus berdiri walau harus dengan meringis kesakitan.

Aku tau aku terlihat bodoh di hadapan-Mu. Namun inilah aku yaa Rabb. Seorang renta yang masih memiliki mimpi untuk terus berlari, walaupun aku tau saat ini tongkat pancang yang menahan kakiku.

Yaa Allah... jangan pergi...

Aku membutuhkan-Mu.

Selasa, 13 Juli 2010

Indahnya Anak Kecil

Ada kejadian menarik dan lucu sekali selepas shalat maghrib tadi. Kontan anak-anak kecil berebut menyalamiku yang saat itu sedang duduk berdzikir. Mereka anak-anak TPA yang baru sekali aku kenal dan kelasnya aku isi.

Entah bagaimana, aku melihat wajah-wajah penuh dengan kepolosan itu. Muka-muka tanpa dosa yang tak pernah berpikir tentang niat jahat seseorang. Wajah-wajah lugu yang benar-benar menyiratkan kejernihan dan kejujuran. Oooh to tweet....

Pikiranku langsung melompat masuk ke mesin waktu untuk kembali ke masa-masa di mana aku kecil. Masa-masa tanpa beban dan penuh dengan canda tawa dan kebebasan. Kalo diibaratkan sebuah musim, nuansanya mirip sekali sama musim semi. Cuacanya cerah dan sedikit berawan.

Dalam hati aku tersenyum sendiri. Hufftt, udah 21 tahun dengan tinggi badan hampir 175 cm sementara pikiran dan tingkah lakuku masih mirip dengan anak kecil. Ternyata aku sudah besar.

Kadang aku ingin meminjam kantong ajaibnya doraemon untuk sekedar pergi ke dunia cermin di mana waktu berhenti sejenak dan tidak ada orang lain kecuai diri kita sendiri. Indah mungkin, tinggal di dunia sendirian dan berlaku semau yang kita mau, seperti anak kecil yang bebas dan tak mengenal peraturan, hanya melakukan sesuatu atas kejernihan hati dan kebersihan nurani.

Seperti apa ya dunia yang dipenuhi dengan anak-anak kecil dewasa? Hehehe, frasa asing, “anak kecil dewasa”. Yah, anak kecil yang dipenuhi oleh kejujuran, kesederhanaan dan kepolosan. Mungkin jika itu terjadi sejarah hanya mengenal nama perang dunia ‘yang tak pernah ada’.

Seringkali kejahatan besar di dunia ini muncul dari ambisi pribadi pemimpin dewasa yang jauh lebih kekanak-kanakan daripada anak kecil itu sendiri. Secara fisik dan kekuasaan mereka besar tetapi secara esensi mereka adalah anak kecil. Betapa banyak anak kecil yang merasa besar dan tidak sadar bahwa mereka sebenarnya jauh lebih kecil dari yang mereka pernah bayangkan.

Kedewasaan tidak pernah seiring dengan meningkatnya usia. Keduanya adalah hal yang sekuler atau berbeda. Pernah membaca pidato yang dilontarkan oleh seorang Severn Suzuki berumur 12 tahun di forum PBB? Dengan kata-kata polos dia membuat seluruh penghuni forum PBB terhenyak membatu.

Demikian sekilas cuplikan pidatonya,

“Kami Adalah Kelompok dari kanada yg terdiri dari anak” berusia 12 dan 13 tahun. Yang mencoba membuat Perbedaan: Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk bisa datang kesini sejauh 6000 mil. Untuk memberitahukan pada anda sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, Hari ini Disini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja.

Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk berbicara bagi semua generasi yg akan datang.

Saya berada disini mewakili anak” yg kelaparan di seluruh dunia yang tangisannya tidak lagi terdengar.

Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang” yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya diseluruh planet ini karena kehilangan habitat nya. kami tidak boleh tidak di dengar.

Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena berlubang nya lapisan OZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara.

Saya sering memancing di di Vancouver bersama ayah saya hingga beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan”nya penuh dengan kanker. Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang” dan tumbuhan satu persatu mengalami kepunahan tiap harinya – hilang selamanya.

Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar binatang” liar, hutan rimba dan hutan tropsi yang penuh dengan burung dan kupu”. tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal” tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya.”

Lihat kedewasaannya? Itu maksudku!

Minggu, 11 Juli 2010

Hujan Membawa Pesan...

Hujan bukan hanya air yang jatuh. Banyak hal tertuang dalam rintikan dan percikannya. Pemberian anugerah tiada tara dari debu dan pasir bisu. Menghanyutkan sekaligus menenggelamkan. Sejuk sekaligus beku.

Tidak banyak yang memperhatikan bagaimana sebuah hati memandang kesedihan. Dan tak banyak mata yang mampu melihat kejernihan hujan. Seolah fenomena biasa yang tanpa makna dan arti.

Hujan menyeruakkan nuansa kesendirian yang syahdu, bukanlah kegembiraan megah. Pernahkah kalian melihat bagaimana dedaunan tertunduk psarah dalam guyuran hujan? Tak sama dengan riak-riak yang tercipta saat tiupan angin deras membolak-balikkannya. Apalagi dengan kobaran api dari kehancuran ranting-ranting kayu lapuk.

Pada dasarnya air memang berbeda. Kedamaian, ketenangan, kesabaran, kecairan, kefleksibelan, dan keterbukaannya membuat setiap lapisan menerimanya. Air membawa pesan yang dalam dari langit kepada tanah, sama seperti seorang ibu yang berpesan kepada anaknya.

Ya Allah, aku yakin seyakin-yakinnya bahwa diri-Mu adalah segala dari segala yang ada di dunia ini. Bahkan aku yakin sepenuhnya, bahwa daun yang jatuh pun tak kan luput dari penglihatan dan seizin-Mu.

Karena itu aku yakin, bahwa segala yang kau berikan padaku, bahkan jika itu kesedihan tak kan luput dari penglihatan dan seizin-Mu. Jika kau membiarkan dedaunan kering jatuh dari pucuknya, itu karena aku yakin diri-Mu tau bahwa tanah membutuhkannya.

Jika Engkau memberikanku sebuah kesedihan, aku yakin diri-Mu tau bahwa aku atau orang lain membutuhkannya. Karena tak ada yang sia-sia dalam setiap perjalanan hidupku, bahkan jika itu hanya selangkah dan tak lebar.

Engkau yang Maha Mengetahui segala hal yang tersingkap dalam lubuk hati manusia, bahkan jika hati itu terselimuti selubung kemunafikan yang tebal. Kau mengetahui semuanya. Dan aku yakin Kau memberikan yang terbaik untukku.

Kau yang Maha membolak-balik hati manusia. Begitu mudahnya hingga tak butuh waktu yang lama untuk melakukannya dengan segenap kekuasaan-Mu.

Aku pasrah kepada-Mu.

Sabtu, 10 Juli 2010

Terima Kasih

Lega! Itulah kata yang saat ini bisa aku ungkapkan. Memang hanya sekedar kata atau kalimat. Tapi pengaruhnya begitu membekas seperti kesegaran yang diberikan embun pada daun. Seorang pria memang lebih membutuhkan sebuah kepastian, apapun bentuknya, bahkan jika itu hanya sebuah titik.

Masyithah, nama itu masih terngiang, namun telah berpindah dalam suatu tempat sendiri dalam petak-petak hatiku. Bentuknya semakin jelas dan semakin terang, tak lagi buram bak kepulan asap hitam yang menyesakkan.

Hanya seuntai kalimat, tak panjang, mungkin sekitar 5 kata yang membentuknya. Tapi makna, arti, dan dampaknya begitu terasa dan kuat bagi diriku.

Aku ingin berterima-kasih, atas kata-kata itu. Sejujurnya, itu sangat membantuku. Terima kasih... Masyithah...

Aku membaca sebuah bab dari buku Salim A. Fillah yang salah satu bagiannya membahas tentang apa itu cinta. Buatku seperti kekuatan hebat yang mampu melambungkan Rasulullah ke langit ketujuh, dan sebaliknya menjebloskan Yusuf ke penjara. Cintalah yang membentuk segala kejadian luar biasa di bumi ini. Karena itu aku percaya bahwa dunia ini sebenarnya dibentuk oleh dua hal, kata dan cinta.

Salah satu bagiannya berkata bahwa tidak penting dengan ‘siapa’ dan ‘kapan’, akan tetapi jauh lebih penting dengan ‘mengapa’ dan ‘bagaimana’.

“Setiap manusia yang sadar dan mengetahui jawaban ‘mengapa’ akan sanggup mengatasi setiap ‘bagaimana’..” (Nietsche)

Aku sendiri merasa aneh karena anugerah ini datang dengan sangat tiba-tiba. Kita tak pernah saling mengenal bahkan saling mengetahui satu sama lain. Tapi rasa ini mengatakan aku pernah mengenalmu sebelumnya. Mungkin itulah misterinya. Dan itulah indahnya.

Aku tau bisa jadi kau tak membaca serpihan-serpihan huruf kosong ini. Tetapi yang jelas aku tak peduli. Aku hanya ingin mengungkapkan segenap rasa seperti air yang ingin tumpah.

Dalam setiap diam dan tenangku, mungkin sekelebat dirimu melintas. Tetapi yakinlah yang mengikutinya bukan lagi sebuah harapan akan penantian, tapi do’a untuk segala kebaikan yang senantiasa tercurah untukmu... Masyithah...

Terima kasih...

^^

Rabu, 07 Juli 2010

Kertas Putih

Kertas putih dan kata yang menyertainya sering hanya menjadi tempat sampah yang menampung sampah-sampah keresahan kita. Bayangin aja, kalo sedih aja nulis, kalo bete, kalo takut, kalo jengkel, kalo marah, kalo nangis semuanya menulis dan kata begitu mudah keluar. Tapi kalo bahagia, kertas ini kita lupain. Kalo kertas dan kata ini jadi orang, pasti dia marah-marah. Yaiyalah pasti dia ngerasa Cuma dibutuhin kalo kita butuh, kalo ga butuh ya dibuang.

Kertas juga manusia bung (busyet, lebay amat..). Ya seperti itulah. Sejatinya kata-kata ini keluar dari diri kita seperti lisan yang tak kan tahan berhenti untuk berbicara dalam jangka waktu sehari saja.

Ya ampun, kertas, kalo kamu jadi manusia, mungkin kamu sahabat sejati yang paling setia. Ga pernah ngeluh sementara aku nyelocos terus ngeluarin sumpek dan resahku. Semuanya kamu terima. Subhanallah, keren banget ya kamu. Hehehe...

Hmph.... Ya Allah, mudah-mudahan kuat melalui 2 bulan ini. Melawan seorang Masyithah dalam hatiku. Sip! Amien! Berjuang!

Selasa, 06 Juli 2010

Sepi di tengah keramaian

Aku ingin menceritakan kepadamu sebuah kisah. Tentang gejolak jiwa yang terus membentur dinding-dinding rasa dan amarah seorang manusia. Sayangnya kalian salah jika mengatakannya sebagai sebuah kejahatan. Tidak sama sekali! Bahkan banyak orang mengatakannya sebagai sebuah kebaikan yang luhur.

Bayangkan saja, gunung es pun bisa luluh dengan secercah sergapannya. Kerasnya batu bisa mencair seketika dengan keluhurannya.

Namun di lain sisi, taman-taman hati yang indah tiba-tiba kering-kerontang. Hanya karena desir panasnya tak kuat ditahan dan akhirnya membakar habis semuanya.

Aku ingin berteriak dan mengatakan pada semuanya bahwa duniaku bukanlah dunia pelangi. Duniaku saat ini hanya sebuah gumpalan lembar tanpa warna, hitam putih. Aku merasakan kejatuhan yang dalam dari perasaan yang indah ini.

Setiap orang berhak merasakan rasa ini. Tapi banyak orang yang lupa bahwa perasaan ini membawa tanggung jawab yang besar. Sama seperti konsekuensi kemarau yang menimbulkan kekeringan. Sama seperti dampak kegelapan pada bulan yang bercahaya.

Pikiranku semrawut, bukan karena benangnya, tapi karena keringnya. Benang bisa semrawut karena kondisinya yang memang begitu rapuh.

Kaitan huruf tanpa makna tersebut menunjukkan diriku yang sebenarnya. Andaikan seorang bidadari memberikanku air bah, mungkin padinya hanya akan terseret jauh ke dalam lumpur kesengsaraan. Tapi pun aku tetap membutuhkan bidadari itu....

Dulu aku pernah merasakan hal seperti ini, hanya saja saat itu aku masih punya sahabat-sahabat terbaikku, yang setia memberikan senyuman dan tawa mereka di saat sedihku. Jangankan sekedar sharing, bahkan jika sampah yang kuberikan pun mereka bersedia menerimanya. Mereka seperti air di kala terikku, bagaikan tiang-tiang pancang yang siap menerima beban berat yang membuatku seperti bangunan retak yang mudah sekali ambruk.

Tapi sekarang aku tak memiliki siapapun. Aku di sini, dengan segala keramaian yang menjauh dariku. Aku di sini, di mana kekosongan dan kehampaan terasa di tengah tawa dan canda mereka. Ada yang kurang. Mungkin lebih tepatnya, ada yang seolah hilang.

Mungkin itu semangatku. Yah, semangat bisa tiba-tiba menghilang dalam larutan pekat cinta yang perih.

Aku kagum pada kekuatan cinta, di satu sisi burung pun akan terbang walau harus menembus badai dan air mata. Tapi di lain sisi, mereka bisa menembak mati burung-burung lain yang dengan lepas terbang dan melayang antar benua.

Jika diibaratkan, mungkin akulah burung yang tertembak itu. Saat ini aku luka parah. Aku punya dua sayap, tapi tak mampu terbang. Aku lelah dan kesakitan. Sayapku seperti sayap-sayap patah yang remuk oleh kekuatan cinta.

Cinta... cinta....

Haha..

Konyol sekali...

Aku buta dengan diriku sendiri. aku buta dengan kapasitas yang aku miliki. Aku buta... buta... buta...

Seperti kelabang yang memimpikan cinta sebuah permata. Tak kan mungkin terjadi. Dan sangat mustahil.

Mustahil.... dan tak mungkin....