This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 12 Januari 2010

Seni dan Menulis: Pendidikan Pembebasan Palestina

Pendidikan dalam kehidupan ras manusia adalah niscaya[1]. Keberadaannya tidak bisa diganggu-gugat karena alasan apapun. Jika ada sekelompok manusia yang menentang keberadaan pendidikan, berarti sekelompok manusia tersebut secara langsung dan terang-terangan menentang kemajuan peradaban dan peningkatan kualitas kehidupan manusia.

Ada sebuah negeri yang masih asing dengan keberadaan pendidikan. Negeri konflik yang bahkan sampai sekarang diragukan keberadaan nilai-nilai kemanusiaannya. Bukan karena rakyatnya yang tidak berperadaban, tetapi karena egoisme negeri adidaya Israel yang menjajahnya. Pendidikan sebagai basis penting bagi manusia meningkatkan kualitas hidupnya tak bisa ditemukan di negeri ini, keberadaannya lenyap tanpa bekas. Negeri yang di dalam peta politik dunia lama dikenal dengan nama Palestina.

Palestina saat ini adalah Palestina yang terjajah, terdzhalimi, dan teraniaya. PBB sebagai institusi perdamaian seolah bungkam ketika mengatasi konflik di tanah Al-Quds ini[2]. Politik internasional pun akhirnya mengakui daerah konflik tersebut dengan nama Israel, bukan negeri Palestina. Sementara itu, rakyat Palestina berada dalam situasi mencekam karena setiap saat peluru tentara Israel bisa saja mampir ke tubuh mereka, distribusi air yang sangat tidak merata, dan krisis pangan yang berkepanjangan.

Keadaan ini harus segera diubah. Pendidikan harus menjadi usaha perjuangan agar kualitas rakyat Palestina berubah ke arah yang lebih baik. Perubahan jelas hanya akan terjadi dengan pendidikan sebagai motornya, pendidikan yang efektif dengan kondisi Negara Palestina tentunya, bukan pendidikan yang diajarkan di sekolah-sekolah pada umumnya.

Pendidikan rakyat Palestina adalah pendidikan dalam pembentukan perlawanan dan usaha pembebasan negeri, bukan semata-mata peningkatan kapasitas skill dan intelektualitas pencari kerja. Sudut pandang ini penting dipahami, sehingga ketika berbicara masalah pendidikan rakyat Palestina, tidak akan tercampur aduk dengan paradigma umum yang memandang pendidikan seperti lazimnya pendidikan formal. Dengan segala latar belakang dan pemikiran tersebut, media seni dan penulisan dinilai merupakan cara pendidikan yang efektif dilakukan.

Ada beberapa alasan yang mendasari dan menguatkan pemfokusan pendidikan rakyat Palestina di bidang seni dan menulis. Pertama, dengan seni dan tulisan rakyat Palestina bisa menyebarkan kegelisahan dan keinginan kuat akan kemerdekaan negeri kepada dunia Internasional. Segala produk karya seni dan karya tulis yang rakyat Palestina buat akan membuka wacana dunia Internasional yang dikungkung oleh hegemoni kepentingan tertentu[3].

Kedua, Israel boleh saja mengkungkung politik, ekonomi, dan kebebasan Palestina dengan pendekatan kekerasan, akan tetapi perlawanan dengan seni dan budaya menulis akan semakin menguat seiring dengan menguatnya pendekatan represif Israel. Sejarah Indonesia pun menguatkan fakta ini, bahwa represi yang semakin kuat dari penjajah akan membuat daya intelektualitas dan kesenian bangkit[4].

Ketiga, dengan seni dan budaya menulis Palestina akan tetap eksis karena mereka tidak hanya berperang dalam perang frontal, tetapi juga perang budaya dan perang intelektualitas. Jika dengan skenario terburuk Palestina akan benar-benar hancur dengan proses represi militer di luar batas dari Israel, maka masa depan dunia akan mengenang tulisan-tulisan dan karya seni perjuangan rakyat Palestina. Hal ini akan memberikan efek positif terhadap dunia Islam, namun sebaliknya bagi Israel.

Untuk menerapkan proses pendidikan seperti ini diperlukan berbagai pertimbangan untuk menentukan langkah-langkah kongkret seperti cara belajar, model pembelajaran dan tempat belajar. Penentuan beberapa hal ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan terkait dengan tujuan dan kondisi negeri Palestina itu sendiri.

Cara belajar yang bisa digunakan dalam bidang seni dan menulis cukup berbeda. Dalam bidang seni, pemfokusan harus dilakukan mengingat karakter dari seni yang memiliki cakupan luas dan fokus pelatihan yang khusus di setiap bidangnya. Pendidikan seni juga seharusnya didasari tujuan awal pendidikan, yaitu sebagai basis perlawanan. Oleh sebab itu pendidikan seni seperti teater, lukisan, film, atau musik menjadi fokus utama yang penting untuk dilakukan. Produk-produk dari empat bidang seni tersebut adalah bidang seni yang cukup populer dikalangan umum.

Berbeda halnya dengan pendidikan seni, pendidikan menulis seharusnya tidak difokuskan ke bentuk tulisan tertentu. Rakyat Palestina seharusnya mampu membuat karya-karya tulis di berbagai macam bentuk tulisan, baik makalah, artikel ilmiah, artikel opini, cerpen, prosa, novel, puisi, dan sebagainya. Peluasan arah pendidikan menulis lebih ditujukan untuk memperluas target pasar dunia Internasional. Pelatihan menulis di berbagai macam bentuk ini pun tidak memiliki metode pendidikan yang berbeda jauh sehingga memungkinkan untuk dilaksanakan keseluruhannya.

Ada dua model pembelajaran yang bisa digunakan, yaitu model diskusi kelompok kecil berisi 5-10 murid dengan satu guru dan model klasik seperti kelas pada sekolah-sekolah formal. Kedua model ini bisa dilakukan tergantung kondisi yang ada di negeri Palestina itu sendiri. Dalam kondisi perang, model diskusi kelompok bisa dilakukan secara sembunyi-sembunyi, namun dalam kondisi normal kedua model tersebut bisa dilakukan.

Tempat belajar yang menjadi basis pendidikan rakyat dalam kondisi tidak perang seharusnya berada di masjid. Hal ini dilakukan untuk memberikan ruh perjuangan Islam pada rakyat Palestina. Rasulullah sendiri telah mencontohkan bagaimana masjid digunakan oleh kaum muslim saat itu sebagai sebagai basis berbagai macam kegiatan, termasuk di dalamnya mengatur strategi perang dan pendidikan.

Salah satu contoh kesuksesan penyebaran paradigma dengan pendidikan seni dan menulis terjadi di Indonesia. Sejarah menunjukkan bagaimana PKI dengan Lekranya berhasil menyebarkan paradigma komunis dan menggaet sangat banyak pendukung saat itu. Logika ini bisa diterapkan dalam pola perjuangan Palestina dalam menggaet sebanyak mungkin pendukung di dunia Internasional. Dalam dunia penulisan, FLP bisa dijadikan contoh sukses pendidikan menulis di Indonesia. Komunitas pendidikan menulis ini cukup berhasil memberikan warna baru bagi buku-buku Islam di Indonesia. Tentunya hal ini cukup berdampak pada paradigma masyarakat khususnya generasi muda dalam memahami Islam.

Pendidikan di kedua bidang ini harus segera dilakukan dengan pilar-pilar penguat yang mampu menopang keberadaannya. Tanpa pilar-pilar penguat ini, pendidikan seni dan menulis untuk rakyat Palestina menjadi rapuh dan mudah dihancurkan. Pilar-pilar ini tentu saja seharusnya ditegakkan oleh negeri-negeri dengan penduduk mayoritas muslim di dunia, bukan oleh Palestina itu sendiri. Logikanya karena negeri Palestina tidak memiliki daya untuk menegakkan pilar-pilar penguat tersebut.

Pilar penguat tersebut terdiri dari pilar politik, pilar ekonomi, dan pilar hukum. Ketiga pilar ini merupakan pilar-pilar penting yang mampu menyangga eksistensi pendidikan seni dan menulis yang sedang berlangsung. Politik dengan diplomasi dan negosiasinya, ekonomi dengan bantuan sumber daya yang dibutuhkan, dan hukum dengan penegakan peraturan perlindungan pendidikannya, semua ini penting untuk ditegakkan.

Ketiga hal tersebut diharapkan mampu menjadi balok besar penyangga upaya pembebasan negeri konflik tempat bersejarah kaum muslimin tersebut. Tempat bersejarah yang sampai detik ini masih dialiri oleh darah rakyatnya sendiri. Pendidikanlah yang perlu diusahakan untuk membawa negeri ini ke arah yang lebih baik. Sekali lagi bukan pendidikan biasa yang dipraktekkan di sekolah-sekolah formal, akan tetapi pendidikan dalam pembentukan perlawanan dan usaha pembebasan negeri.


[1] Lihat http://www.ntust-isa.org/index.php?option=com_content&task=view&id=49

[2] Dikutip secara tidak langsung dari http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A2134_0_3_0_M

[3] Dikutip secara tidak langsung dari http://www.arrahmah.com/index.php/news/read/5711/hegemoni-media-as-tengah-menemui-ajal-kepercayaan-publik-mulai-surut

[4] Pendapat ini diambil dari kesimpulan terhadap produktifitas seni dan tulisan dari gerakan-gerakan sosial Indonesia yang makin menguat justru ketika makin kuatnya kekangan pemerintah pada masa pra 1998.

Senin, 04 Januari 2010

Keluarga Muslim Sebagai Pondasi Masyarakat Muslim

Dalam proses pendidikan seorang manusia, ada sebuah tempat belajar terindah yang setiap orang memilikinya. Tempat dimana ruang-ruang kelasnya hanya terdiri dari beberapa orang, dan tentunya tidak sebesar kelas-kelas formal di sekolah. Di dalamnya tidak terdapat raport sebagai media pengukur kemampuan setiap peserta didik, yang ada hanya kasih sayang dan kesabaran 2 orang pria dan wanita. Buku-bukunya tidak wajib ada, yang ada hanya konsistensi luar biasa untuk saling mengingatkan dalam kebaikan. Kurikulumnya pun cenderung tidak sistematis tetapi abstrak dan tidak berbentuk, terkadang mengajarkan matematika, tetapi beberapa saat mengajarkan biologi, beberapa saat kemudian mengajarkan kehidupan dan agama. Tempat terindah yang dimiliki oleh seorang manusia dari pertama kali dia menghirup udara dunia sampai akhir hayatnya, keluarga.

Rasulullah mencontohkan sebuah tauladan yang luar biasa mengenai utamanya sebuah keluarga. Hal ini dikuatkan oleh sebuah hadits yang menceritakan bahwa aisyah menangis ketika beliau menceritakan kisah hidup Rasulullah dalam keluarganya. Beliau menangis karena tidak sanggup mengingat kenanga indah seorang suami baik hati seperti Rasulullah, dimana dia menambal sendiri sepatu yang bolog, menjahit sendiri baju yang robek, ikut membersihkan rumah bersama-sama istrinya, dan bahkan membantu memasak untuk keluarganya.

Keluarga memang memiliki peran yang sangat vital dalam perkembangan kehidupan masyarakat muslim. Penyebabnya karena keluarga menjadi bekal pembelajaran pertama seorang muslim sebelum dia terjun ke dalam ralita masyarakat yang lebih kompleks. Jika pembekalan yang dilakukan oleh keluarga baik, maka begitu pula yang akan dia lakukan kepada dan dalam masyarakat, begitu juga sebaliknya.

Dalam masyarakat, analogi sel bisa diterpakan dalam logika keluarga. Keluarga dalam kehidupan masyarakat muslim seperti sebuah sel. Keluarga ibarat sel yang bermitosis menjadi sebuah jaringan, berkembang menjadi sebuah organ, dan terus terkait satu sama lain membentuk sebuah sistem yang kompleks. Makin kuat sel-sel yang ada, maka akan semakin kuat pula jaringan, organ dan sistem yang tercipta. Analogi seperti itu bisa digunakan dalam logika keluarga. Keluarga muslim, akan membentuk jaringan keluarga muslim, berkembang menjadi organisasi muslim dan terkait satu sama lain membentuk sistem kehidupan muslim dalam masyakarakat.

Dengan penjelasan seperti ini jelas pembentukan keluarga muslim secara kuat akan membentuk dan berdampak pada pembentukan keluarga muslim yang juga kuat. Oleh karena itu, pembentukan keluarga muslim yang kuat dinilai sangat penting untuk mencapai cita-cita tegakna kalimatullah di muka bumi.